Hamil Di Luar Nikah .1 Seksualitas Remaja

19 Sekurang – kurangnya ada tiga tahapan yang harus dilewati oleh seorang remaja : 1. Usia sekitar 12 – 14 tahun. Pada tahap ini pergumulan remaja biasanya berkaitan dengan penerimaan diri secara jasmaniah. Biasanya yang menjadi masalah adalah dia tidak menyukai bagian – bagian tubuhnya atau dia tidak bias menerima dirinya apa adanya. Kegagalan untuk bias menerima diri secara fisik, bissa membuahkan kekurang percayaan diri. 2. Usia sekitar 15 – 18 tahun. Pada usia ini pergumulan remaja biasanya berkaitan dengan penerimaan lingkungan teman – temannya terhadap dirinya ini. Apakah teman – temannya bisa menerimanya sebagai seseorang yang masuk dalam kelompok mereka. 3. Usia 19 tahun hingga 20 tahun atau 21 tahun. Ini memang sudah tumpang tindih dengan tahapan dewasa awal, sebab memang transisinya masuk ke tahapan dewasa awal. http:www.sabda.orgpublikasie-konsel019. 2.1.4 Hamil Di Luar Nikah 2.1.4.1 Seksualitas Remaja Remaja memasuki usia subur dan produktif. Artinya secara fisiologis, mereka telah mencapai kematangan organ – organ reproduksi, baik remaja laki – laki maupun remaja wanita. Kematangan organ reproduksi tersebut mendorong individu untuk melakukan hubungan social baik dengan sesame jenis ataupun dengan lawan jenis. Mereka berupaya mengembangkan diri melalui pergaulan, dengan membentuk teman sebanyaknya peer - group. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 20 Pergaulan bebas yang tak terkendali secara normative dan etika – moral antar remaja yang berlainan jenis, akan berakibat adanya hubungan seksual di luar nikah sex pre - material. Agoes Dariyo, 2004 : 89. Hal – hal yang mendorong remaja melakukan hubungan seks di luar pernikahan, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga Kaiser Kaiser Family Foundation, dalam Santok, 1998 adalah a factor mis- persepsi terhadap pacaran: bentuk penyaluran kasih – sayang yang salah di masa pacaran, b factor religiusitas: kehidupan iman yang tidak baik, dan c factor kematangan biologis. a. Hubungan seks: bentuk penyaluran kasah sayang yang salah dalam masa pacaran. Sering kali remaja mempunyai pandangan yang salah bahwa masa pacaran merupakan masa dimana seseorang boleh mencintai maupun dicintai oleh kekasihnya. Dalam hal ini, bentuk ungkapan rasa cinta kasih sayang dapat dinyatakan dengan berbagai cara, misalnya pemberian hadiah bunga, berpelukan, berciuman, dan bahkan melakukan hubungan seksual. Dengan anggapan yang salah ini, maka juga akan menyebabkan tindakan yang salah. Karena itu, sebelum pacaran sebaiknya orang tua wajib member pengertian yang benar kepada anak remajanya agar mereka tidak terjerumus pada tindakan yang salah. b. Kehidupan iman yang rapuh. Kehidupan beragama yang baik dan benar ditandai dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam menjalankan ajaran – ajaran agama dengan baik, tanpa dipengaruhi oleh situasi kondisi apapun. Dalam keadaan apa saja, orang yang taat beragama, selalu dapat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 21 menempatkan diri dan mengendalikan diri agar tidak berbuat hal – hal yang yang bertentangan dengan ajaran agama. Dalam hatinya, selalu ingat terhadap Tuhan, sebab mata Tuhan selalu mengawasi setiap perbuatan manusia. Oleh karena itu, ia tak akan melakukan hubungan seksual dengan pacarnya, sebelum menikah secara resmi. Ia akan menjaga kehormatan pacarnya, agar terhindar dari tindakan nafsu seksual sesaat. Bagi individu yang taat beragama, akan melakukan hal itu dengan sebaik – baiknya. Sebaliknya, bagi individu yang rapuh imannya, cenderung mudah melakukan pelanggaran terhadap ajaran – ajaran agamanya. Agama hanya dijadikan kedok atau topeng untuk mengelabuhi orang lain pacar, sehingga tak heran, kemungkinan besar orang tersebut dapat melakukan hubungan seksual pranikah. c. Factor kematangan biologis. Dapat diketahui bahwa masa remaja ditandai dengan adanya kematangan biologis. Dengan kematangan biologis, seorang remaja sudah dapat melakukan fungsi reproduksi sebagai mana layaknya orang dewasa lainnya, sebab fungsi organ seksualnya telah bekerja secara normal. Hal ini membawa konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah terpengaruh oleh stimulasi yang merangsang gairah seksualnya, misalnya dengan melihat film porno, cerita cabul. Kematangan biologis yang tidak disertai dengan kemampuan mengendalikan diri, cenderung berakibat negative yakni terjadinya hubungan seksual pranikah di masa pacaran remaja. Sebaliknya, kematangan biologis disertai dengan kemampuan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 22 pengendalian diri akan membawa kebahagiaan remaja di masa depannya, sebab ia tidak akan melakukan hubungan seksual pranikah.

2.1.4.2 Kehamilan Remaja

Dokumen yang terkait

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok Dalam Membentuk perilakunya Di Kota Cimahi)

0 5 1

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS SEKS PRANIKAH (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah di Surabaya).

0 0 12

KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA).

0 3 87

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS SEKS PRANIKAH (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah di Surabaya).

0 0 100

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TUNGGAL DAN ANAK REMAJA DALAM MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG HARMONIS (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dan Anak Remaja dalam Menciptakan Hubungan yang Harmonis di Surabaya).

4 9 112

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA ( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya ).

8 16 112

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DAN REMAJA DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dan Remaja Dalam Memahami Resiko Seks Pra Nikah Di Surabaya) SKRIPSI

0 0 20

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TUNGGAL DAN ANAK REMAJA DALAM MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG HARMONIS (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dan Anak Remaja dalam Menciptakan Hubungan yang Harmonis di Surabaya)

0 0 24

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS SEKS PRANIKAH (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah di Surabaya)

0 0 18

KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA)

0 0 18