Intervensi bedah Torasentesis terapeutik

masif sehingga jaringan paru mengalami pendesakan, maka pemasangan kateter yang menetap merupakan pilihan utama. Namun jika tidak ada pendesakan terhadap paru, maka pilihan lain yang dapat digunakan adalah pleurodesis pleural sklerosis. Dari sebuah penelitian non-randomized oleh Fysh ET dkk 2012 didapati bahwa 34 pasien yang memilih menggunakan kateter menetap secara signifikan lebih cepat pulang dari rumah sakit, lebih jarang mengalami rekurensi efusi, dan lebih cepat memperoleh perbaikan kualitas hidup dibanding 31 pasien lainnya yang memilih tindakan pleurodesis. 14

2.7.3. Pleuritis tuberkulosa

Hal yang khas dari efusi yang disebabkan oleh tuberkulosa adalah sifatnya yang dapat sembuh sendiri. Namun demikian, 65 pasien dengan pleuritis tuberkulosa primer mengalami reaktivasi dalam 5 tahun. Oleh karena itu pemberian obat antituberkulosis biasanya akan dimulai sebelum hasil kultur diperoleh jika keadaan klinis mendukung, dan hasil analisa cairan pleura menunjukkan suatu eksudat yang tidak dapat dijelaskan atau dengan cairan efusi limfositik serta tes tuberkulin positif. 14

2.7.4. Intervensi bedah

Intervensi bedah paling sering diperlukan dalam penanganan efusi parapneumonia yang tidak dapat didrainase secara adekuat dengan jarum biasa ataupun dengan kateter ukuran kecil. Torakoskopi dengan tuntunan video bermanfaat untuk dapat memvisualisasi dan biopsi pleura secara langsung untuk mendiagnosa efusi eksudatif secara lebih baik. Tindakan dekortikasi bermanfaat untuk membebaskan bagian paru yang terjebak pada bagian pleura yang Universitas Sumatera Utara mengalami penebalan. Pemasangan pintasan pleuroperitoneal merupakan salah satu pilihan dalam penanganan efusi pleura yang mengalami rekurensi, simtomatik, dan kebanyakan hal ini dijumpai pada efusi pleura maligna, namun digunakan pula pada efusi chylous. Namun sayangnya jalur pintasan sering mengalami disfungsi sehingga sering diperlukan pembedahan untuk perbaikan. Tindakan bedah juga diperlukan untuk kasus-kasus jarang seperti defek diafragma pada pasien dengan ascites, serta untuk mengikat duktus torasikus untuk mencegah reakumulasi efusi chylous. Disiplin ilmu lain yang mungkin terlibat dalam penanganan efusi pleura antara lain : pulmonologis, radiologi intervensi, serta bedah toraks bergantung pada lokasi efusi dan kondisi klinis. 14

2.7.5. Torasentesis terapeutik

Torasentesis teraputik betujuan untuk mengeluarkan cairan dalam jumlah yang banyak pada efusi pleura untuk mengurangi sesak dan menghambat proses inflamasi yang sedang berlangsung dan juga fibrosis pada efusi parapneumonia. Tiga hal berikut penting untuk diperhatikan dalam prosedur torasentesis yakni, 1 gunakan kateter berukuran kecil atau kateter yang didesain khusus untuk drainase cairan dan upayakan jangan menggunakan jarum untuk menghindari pneumotoraks. 2 monitoring oksigenasi ketat selama dan setelah tindakan perlu dilakukan untuk memantau oksigenasi arterial yang dapat saja memburuk akibat perubahan perfusi dan ventilasi selama proses re-ekspansi paru. 3 Usahakan cairan yang diambil tidak terlalu banyak aqgar tidak terjadi edema paru dan pneumotoraks. Biasanya 400-500 cc cairan yang dikeluarkan telah memberikan dampakk berupa berkurangnya sesak nafas. Sedangkan batasan yang Universitas Sumatera Utara direkomendasikan dalam sekali prosedur torakosentesis adalah 1-1,5 L. Batuk sering terjadi pada proses torasentesis. Hal ini sering terjadi dan tidak merupakan indikasi untuk menghentikan prosedur kecuali pasien merasa sangat tidak nyaman. 14

2.7.6. Pipa Torakostomi