Pemeriksaan pencitraan radiologis Pemeriksaan cairan pleura

dalam pemeriksaan fisik dapat membantu penilaian yang lebih baik sebab efusi dapat bergerak berpindah tempat sesuai dengan posisi pasien. Pemeriksaan fisik yang sesuai dengan penyakit dasar juga dapat ditemukan misalnya, edema perifer, distensi vena leher, S 3 gallop pada gagal jantung kongestif. Edema juga dapat muncul pada sindroma nefrotik serta penyakit perikardial. Ascites mungkin menandakan suatu penyakit hati, sedangkan jika ditemukan limfadenopati atau massa yang dapat diraba mungkin merupakan suatu keganasan. 14,18

2.6. Pemeriksaan Penunjang

2.6.1 Pemeriksaan pencitraan radiologis

Evaluasi efusi pleura dimulai dari pemeriksaan imejing untuk menilai jumlah cairan, distribusi dan aksesibilitasnya serta kemungkinan adanya abnormalitas intratorakal yang berkaitan dengan efusi pleura tersebut. 7 Pemeriksaan foto toraks posteroanterior PA dan lateral sampai saat ini masih merupakan yang paling diperlukan untuk mengetahui adanya efusi pleura pada awal diagnosa. Pada posisi tegak, akan terlihat akumulasi cairan yang menyebabkan hemitoraks tampak lebih tinggi, kubah diafragma tampak lebih ke lateral, serta sudut kostofrenikus yang menjadi tumpul. Untuk foto toraks PA setidaknya butuh 175-250 mL cairan yang terkumpul sebelumnya agar dapat terlihat di foto toraks PA. Sementara foto toraks lateral dekubitus dapat mendeteksi efusi pleura dalam jumlah yang lebih kecil yakni 5 mL. jika pada foto lateral dekubitus ditemukan ketebalan efusi 1 cm maka jumlah cairan telah melebihi 200 cc, ini merupakan kondisi yang memungkinkan untuk dilakukan Universitas Sumatera Utara torakosentesis. Namun pada efusi loculated temuan diatas mungkin tidak dijumpai. Pada posisi supine, efusi pleura yang sedang hingga masif dapat memperlihatkan suatu peningkatan densitas yang homogen yang menyebar pada bagian bawah paru, selain itu dapat pula terlihat elevasi hemidiafragma, disposisi kubah diafragma pada daerah lateral. 7,14 Tomografi komputer CT-scan dengan kontras harus dilakukan pada efusi pleura yang tidak terdiagnosa jika memang sebelumnya belum pernah dilakukan. 14

2.6.2. Pemeriksaan cairan pleura

Analisa cairan pleura merupakan suatu sarana yang sangat memudahkan untuk mendiagnosa penyebab dari efusi tersebut. Prosedur torakosentesis sederhana dapat dilakukan secara bedside sehingga memungkinkan cairan pleura dapat segera diambil, dilihat secara makroskopik maupun mikroskopik, serta dianalisa. 15 Indikasi tindakan torasentesis diagnostik adalah pada kasus baru efusi pleura atau jika etiologinya tidak jelas dimana cairan yang terkumpul telah cukup banyak untuk diaspirasi yakni dengan ketebalan 10 mm pada pemeriksaan ultrasonografi toraks atau foto lateral dekubitus gambar 2.2. Observasi saja diindikasikan jika efusi yang terjadi diyakini akibat dari gagal jantung kongestif, pleurisi viral, atau akibat pembedahan torak dan abdomen sebelumnya. Namun, jika pada keadaan ini jika dijumpai adanya hal-hal berikut yakni 1 pasien mengalami demam atau merasakan nyeri dada khas pleuritik, 2 jika efusi yang Universitas Sumatera Utara terjadi unilateral atau bilateral namun dengan ukuran yang jelas berbeda, 3 tidak ditemukan kardiomegali, 4 efusi tidak respon dengan terapi gagal jantung. 14,19 Gambar 2.2. Algoritma evaluasi pasien dengan efusi pleura. Dikutip dari: Light RW. 2002. Pleural effusion. New england journal medicine, vol 346, no 25. Universitas Sumatera Utara Langkah diagnostik pertama dalam analisa cairan pleura adalah membedakan antara transudat dan eksudat. Hal ini diperlukan untuk menyederhanakan kemungkinan-kemungkinan etiologi sebelum akhirnya dicapai kesimpulan etiologi yang benar. Selain itu, langkah ini juga dapat menentukan apakah perlu untuk melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap efusi pleura untuk memastikan diagnosa. 14,21 Ada beberapa paramater yang saat ini dapat dipakai untuk membedakan antara transudat dan eksudat, namun dari keseluruhan parameter tersebut tidak ada yang memiliki akurasi 100. Pada awalnya, kadar total protein dalam cairan pleura dipakai untuk membedakan jenis cairan pleura dimana jika kadar protein cairan pleura 3 gdL maka cairan tersebut merupakan eksudat sedangkan 3 gdL merupakan transudat. Namun menurut Meslom 1979, metode ini salah mengklasifikasikan baik transudat maupun eksudat sebesar 30. Sementara itu, Light dkk. 1972 menyatakan bahwa cairan eksudat harus memenuhi 1 atau lebih kriteria berikut ini : 1 rasio protein cairan pleura dan serum 0,5 ; 2 Rasio LDH cairan pleura dan serum 0,6 ; 3 LDH cairan pleura lebih besar dari dua pertiga batas atas nilai normal LDH serum. Sensitivitas dan spesifisitas dari paramater ini pada awalnya dilaporkan cukup tinggi yakni 99 dan 98. Namun belakangan angka ini ternyata berubah khususnya pada spesifisitasnya yakni hanya berkisar 70-86 saja. Hal ini juga sejalan dengan beberapa penelitian yang terkait Peterman, 1984 ; Burges,, 1995 ; Assi, 1998 ; Gasquez, 1998. Pada tahun 1995, Costa M dkk. melaporkan bahwa pemeriksaan gabungan LDH dan kolesterol cairan pleura memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang sama dengan Universitas Sumatera Utara hasil terbaik dari kriteria Light yakni 99 dan 98 sedangkan dalam penelitian ini didapati bahwa spesifisitas kriteria Light hanya 82 saja. Namun dalam penelitian ini cut off LDH yang digunakan untuk eksudat adalah 200 IU. Sementara Heffner dkk 1996 melaporkan bahwa cut off LDH 0,45 dari batas atas nilai LDH serum normal lebih baik berdasarkan kurva ROC daripada cut off sebelumnya yakni LDH 200 IU ataupun LDH 23 0,6 dari batas atas nilai LDH serum normal. Dalam laporan Costa M dkk, disebutkan pula bahwa spesifisitas pemeriksaan kolesterol cairan pleura dalam membedakan transudat dan eksudat adalah sebesar 100. Penelitian oleh Hamal dkk. 2012 melaporkan pemeriksaan kolesterol cairan pleura memiliki sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif PPV dan nilai prediksi negatif NPV berturut-turut 97,7 ; 100 ; 100 dan 95 dalam membedakan eksudat dan transudat. Sementara itu, pemeriksaan LDH cairan pleura LDH-P memiliki nilai berdasarkan urutan sebelumnya yakni sebesar 100 ; 57,8 ; 84,3 ; serta 100. Kedua pemeriksaan ini LDH-P dan K-P memiliki kelebihan yakni tidak perlu pengambilan darah dan cairan pleura secara simultan. Terdapat pula parameter- parameter lain yang dapat digunakan dalam penilaian efusi pleura seperti rasio albumin pleuraserum, rasio kolesterol pleuraserum serta rasio bilirubin pleuraserum, namun parameter-parameter yang disebutkan terakhir tidak memberi hasil yang lebih memuaskan. 5,8,10,21

2.6.3. Evaluasi terhadap efusi eksudatif