dapat membantu anak muda untuk menghadapi persoalan hidup yang berpusat pada naluri seks, yang kadang-kadang timbul dalam bentuk tertentu dan
merupakan pengalaman manusia yang normal Warnaen dalam Sri Esti Wuryani.D, 2008: 5. Pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi
atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak- dampak negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan,
penyakit menular seksual, depresi dan perasaan berdosa Sarlito Wirawan Sarwono, 2004: 188.
Pendidikan seks adalah masalah mengajarkan, memberi pengertian, dan menjelaskan
masalah -
masalah yang menyangkut seks, naluri dan perkawinan
kepada anak sejak akalnya mulai tumbuh dan siap memahami hal-hal di atas Abdullah Nashih Ulwan, 1992:1.
Wimpie Pangkahila menjelaskan, “Pendidikan seks sebenarnya berarti pendidikan seksualitas, suatu pendidikan mengenai
seksualitas dalam arti luas,” tambahnya. Seksualitas meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks, yaitu aspek biologik, orientasi, nilai, sosiokultur dan
moral, serta
perilaku http:
kesehatan .kompas.comreadxml2008031017342624pendidikan.seks.un
tuk.anak.segera.berikan diakses tanggal 4 November 2009 jam 17.08 WIB.
b. Tujuan Pendidikan Seks
Sesuai dengan kesepakatan International Conference of Sex Education and Family Planning tahun 1962, tujuan pendidikan seks adalah untuk menghasilkan
manusia-manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia karena dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya, serta
bertanggungjawab terhadap dirinya dan orang lain Rono Sulistyo dalam Bgd Armaidi Tanjung, 2007: 217. Tujuan lain dari pendidikan seksualitas tidak hanya
mencegah dampak negatif dari perilaku seksual di usia dini sebagaimana dikutipkan oleh banyak orang, tetapi yang lebih penting menekankan pada
kebutuhan akan informasi yang benar dan luas tentang perilaku seksual serta berusaha untuk memahami seksualitas manusia sebagai bagian penting dari
kepribadian yang menyeluruh Bruess Greenberg, dalam Alimatul Qibtiyah,
2006: 5. Tujuan penting lainnya adalah untuk menghindari seksualitas yang tidak sehat, prematur, hubungan seksual yang tidak aman, kekerasan, dan pelecehan
seksual Powell Cassidy dalam Alimatul Qibtiyah, 2006: 5 dan juga untuk mensosialisasikan pandangan positif tentang seksualitas Darling Hollo dalam
Alimatul Qibtiyah, 2006: 5. Memahami seksualitas secara positif bukan berarti menginnginkan untuk melakukan hubungan seksual tetapi lebih pada bagaimana
mempunyai pemahaman dan sikap positif terhadap seksualitas diri kita sendiri Parvaz dalam Alimatul Qibtiyah, 2006: 5-6.
Pendidikan seks dapat diperoleh dari tiga unsur, yaitu orang tua, sekolah, dan lingkungan sekitar. Sex Education does not assume that sex education takes
place only in educational institutions and the family. Contributions are therefore welcomed which, for example, analyse the impacts of media and other vehicles of
culture on sexual behaviour and attitudes. Medical and epidemiological papers e.g. of trends in the incidences of sexually transmitted infections will not be
accepted unless their educational implications are discussed adequately Pendidikan seks tidak menganggap bahwa pendidikan seks hanya terjadi di
lembaga pendidikan dan keluarga. Oleh karena itu, disambut kontribusi yang misalnya, menganalisis dampak media dan alat budaya lain pada perilaku seksual
dan sikap. Tulisan medis dan epidemologi misalnya dari tren dalam insiden infeksi menular seksual tidak akan diterima kecuali implikasi pendidikannya
dibahas secara
memadai http:www.gender-and-sexuality-
arena.comjournalsSex-Education-1468-1811 diakses tanggal 3 November 2009 jam 15.45 WIB.
c. Materi Pendidikan Seks