commit to user
Jenis daging yang paling banyak jumlah produksinya adalah daging ayam broiler, yaitu sebesar 3.644.454 Kg, tapi produksi itu tidak
mangalami pertumbuhan melainkan penurunan dari tahun sebelumnya. Sementara itu produksi daging Ayam ras sebesar 752.258 Kg, lalu daging
sapi sebesar 530.983 dan daging kambing juga mengalami penurunan dari tahun sebelunya yaitu 41.800 Kg menjadi 40.550 pada tahun 2008.
Produksi daging di Kabupaten Magetan sepanjang tahun 2003 sampai 2008 cenderung menurun. Meskipun produksinya semakin berkurang,
tetapi produksi dapat mencukupi permintaannya tanpa mendatangkan dari luar daerah. Di antara jenis–jenis hewan ternak yang diusahakan di
Kabupaten Magetan, ternak ayam petelur paling banyak di usahakan oleh para petani peternak kecil di pedesaan yang ada di wilayah Kabupaten
Magetan.
C. Deskripsi Variabel penelitian
Dalam penelitian tentang analisis permintaan telur ayam ras di Kabupaten Magetan akan terlebih dahulu dipelajari beberapa variabel yang
diduga mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Kabupaten Magetan, yaitu harga telur ayam, harga daging ayam, jumlah penduduk dan
pendapatan perkapita. Deskripsi variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1. Deskripsi perkembangan permintaan telur ayam ras
Data mengenai perkembangan permintaan telur ayam ras di Kabupaten Magetan selama periode 1990 sampai 2009 adalah sebagai
berikut :
commit to user
Tabel 4.11 Permintaan telur ayam ras di Kabupaten Magetan kgkptthn
Tahun
Permintaan Telur Ayam ras kgkapthn
1990
1683775
1991
1688630
1992
1694490
1993
2206167
1994
2198069
1995
2207403
1996
3168002
1997
3176268
1998
3181020
1999
3454378
2000
4195246
2001
3684573
2002
3346616
2003
3713974
2004
3591726
2005
2923571
2006
3876588
2007
4714263
2008
4440704
2009
4433593
Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2009. di olah Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa rata – rata
permintaan telur ayam ras di Kabupaten Magetan selama periode tahun 1990 samapai 2009 adalah sebesar 3182376 Kg. Permintaan tertinggi
terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 4714263 Kg, sedangkan permintaan terendah terjadi pada tahun 1990 yaitu sebesar 1683775 Kg.
Selama tahun 1990 sampai 2009 perkembangan permintaan cenderung mengalami naik turun. Penurunan permintan tersebut terjadi karena
commit to user
fluktuasi harga telur ayam itu sendiri dan keberadaan barang – barang subtitusi telur ayam ras yang harganya lebih murah. Seperti halnya yang
terjadi pada tahun 2005 dimana permintaan telur mengalami penurunan dikarenakan adanya melonjaknya harga BBM yang berpengaruh pada
inflasi, sehingga harga telur meningkat dan masyarakat lebih berpindah ke barang substitusinya.
2. Deskripsi perkembangan harga telur ayam ras Tabel 4.12 Rata - rata harga Telur Ayam ras di Kabupaten Magetan
RpKg
Tahun
Harga nominal
harga riil 1990
1535
4235 1991
1524
5321 1992
1857
6473 1993
2157
7509 1994
2352
7697 1995
2345
7257 1996
2578
7510 1997
3869
10434 1998
5106
8511 1999
5894
8498 2000
6012
8132 2001
7392
6709 2002
6134
5099 2003
6346
4953 2004
6612
4824 2005
9712
6245 2006
6808
4004 2007
8362
4590 2008
11735
5819 2009
11208
5297
Sumber : Disperindag Kabupaten Magetan, 2009.di olah Pada umumnya harga telur ayam ras dari tahun ke tahun
mengalami perubahan. Karena pembentukan harga telur ayam terjadi
commit to user
atas kekuatan pasar yang dibentuk melalui penawaran dan permintaan maka harga telur ayam ras mengalami perubahan yang tidak pasti
kadang terjadi perubahan yang naik kadang terjadi penurunan harga. Harga telur ayam ras juga ditentukan oleh kualitas dan jumlah barang
yang tersedia di pasar serta yang tidak kalah penting adalah selera konsumen.
Seperti yang terjadi pada tahun 2006 dimana harga telur ayam ras dari tahun sebelumnya yang rata-ratanya Rp 9.712,- turun menjadi
Rp 6.808,- itu bisa disebabkan karena adanya banyaknya barang yang tersedia di wilayah kabupaten Magetan sehingga terjadi persaingan
harga yang lebih murah. Harga nominal biasanya jauh berbeda dengan nilai riil. Terlihat
dari harga telur ayam ras di atas pada tahun 1990 rata-ratanya Rp 1.535,- dan tahun 2009 rata-ratanya sebesar Rp 11.208,-. Harga 1 kg
telur ayam ras 20 tahun yang lalu berbeda dengan harga dengan telur ayam ras sekarang.
Untuk itu kita harus mengukur harga riilnya dengan cara mendeflasikan harga dengan deflator PDB, dengan rumus sebagai
berikut:
PDRB harga berlaku Deflatr PDRB =
= P PDRB harga konstan
Harga nominalberlaku x 1P = harga riil
commit to user
3. Deskripsi perkembangan harga daging ayam Tabel 4.13 Rata - rata harga Daging Ayam di Kabupaten Magetan
Rpkg
Tahun
Harga nominal
harga riil 1990
3538
12335 1991
3979
13895 1992
3965
13822 1993
4235
14743 1994
4534
14839 1995
5346
16545 1996
7146
20818 1997
7457
20111 1998
11846
19747 1999
11752
16945 2000
12509
16921 2001
13012
11809 2002
10825
8999 2003
11837
9239 2004
12423
9064 2005
10624
6831 2006
12524
7365 2007
15632
8581 2008
17275
8566 2009
19979
9443
Disperindag Kabupaten Magetan, 2009.di olah Berdasarkan tabel 4.13 menjelaskan bahwa perkembangan harga
daging ayam di Kabupaten Magetan selama tahun 1990 sampai 2009 cenderung mengalami peningkatan. Harga daging ayam tertinggi terjadi
pada tahun 2009 dengan rata-rata sebesar Rp 19.979,- .Meskipun cenderung meningkat, terlihat harga daging ayam juga pernah
mengalami penurunan yang signifikan. Dimana penurunan itu terjadi karena adanya firus flu burung dan daging ayam tiren yang masuk
dipasaran. Sehingga membuat masyarakat lebih takut untuk
commit to user
mengkonsumsinya. Tetapi pada data harga riil terlihat peningkatan terjadi pada tahun 1996, 1997, 1998, dikarenakan pada saat itu terjadi
Krisis moneter yang mengakibatkan lonjaknya kenaikan pada semua barang pokok.
4. Deskripsi perkembangan jumlah penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Magetan setiap tahunnya
mengalami peningkatan. Dengan terjadi kenaikan jumlah penduduk tiap tahun diharapkan terjadi kenaikan jumlah permintaan telur ayam ras di
Kabupaten Magetan. Dari tabel 4.14, dapat di lihat bahwa pertambahan penduduk di
magetan relatif kecil hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk tiap tahun. Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi terjadi pada tahun
1993, pertumbuhan yang relatif rendah terjadi pada tahun 2009 yaitu - 0,06 .
Dengan bertambahnya jumlah penduduk akan menimbulkan permintaan suatu barang naik. Begitu juga sebaliknya dimana
berkurangnya jumlah penduduk akan mengurangi jumlah permintaan. Dengan itu diharapkan para peternak untuk menjamin sistem pemasaran
yang merata dan meningkatkan produksinya seiring bertambahnya jumlah penduduk.
commit to user
Tabel 4.14 Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Magetan jiwa
Tahun jumlah penduduk
1990
660304
0,44 1991
662208
0,29 1992
664506
0,35 1993
672612
0,47 1994
670143
0,38 1995
672989
0,42 1996
672612
-0,06 1997
674367
0,26 1998
675376
0,15 1999
677464
0,31 2000
680402
0,43 2001
683472
0,45 2002
685782
0,34 2003
687773
0,29 2004
689445
0,24 2005
691185
0,25 2006
692248
0,15 2007
693274
0,15 2008
693860
0,08 2009
692749
-0,16
Bps Kabupaten Magetan dalam angka 2009 5. Deskripsi perkembangan pendapatan perkapita
Semakin tinggi pendapatan, maka barang yang diminta akan lebih banyak, semakin rendah pendapatan, maka jumlah barang yang
diminta semakin sedikit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendapatan merupakan faktor pembatas terhadap jumlah barang yang
dimina. Berikut ini perkembangan pendapatan perkapita di Kabupaten Magetan selam kurun waktu tahun 1990 sampai tahun 2009 :
commit to user
Tabel 4.15 Pendapatan perkapita Kabupaten Magetan Rupiah Atas harga konstan 2000
Tahun
Pendapatan Perkapita
1990 2603891,464
1991 2700495,081
1992 2895943,645
1993 2999520,929
1994 3078543,69
1995 3251481,944
1996 3448793,885
1997 3600691,921
1998 3096023,812
1999 3130841,745
2000 3493321,811
2001 3465121,932
2002 3575968,945
2003 3704536,77
2004 3856032,311
2005 4039220,899
2006 4243817,808
2007 4462414,752
2008 4690563,653
2009 4939156,049
Bps Kabupaten Magetan dalam angka 2009, di olah Perdapatan per kapita adalah pendapatan rata – rata setiap
penduduk Kabupaten Magetan yang diukur dalam satuan rupiahtahun. Pendapatan perkapita di peroleh dengan cara membagi PDRB Harga
Konstan juta rupiah dengan jumlah penduduk pertengahan tahun jiwa, lalu di konstankan pada tahun 2000. Pendapatan perkapita selain dapat
menggambarkan daya beli yang dimiliki oleh konsumen juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah.
commit to user
Pada tahun 1990 sampai 2009 terlihat cenderung mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari bertambahnya jumlah dan jenis sarana-
sarana infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah daerah, antara lain jalan raya, pusat belanja, gedung perkotaan dan lain sebagainya.
Kenaikan pendapatam perkapita ini berdampak positif terhadap jumlah permintaan telur ayam, sebab kenaikan pendapatan ini akan menaikkan
jumlah permintaan telur ayam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendapatan merupakan faktor pembatas terhadap jumlah barang
yang diminta.
D. Analisis Statistik