50
BAB III Politik Pemekaran Daerah Kabupaten Padang Lawas
Bab tiga berisi penjelasan mengenai hasil data yang diperoleh dilapangan sekaligus menyajikan hasil analisis dari data yang diperoleh dengan menggunakan
teori konsep, teori elit, teori pemekaran wilayah, dan konsep otonomi daerah. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan maka telah dilakukan wawancara
terhadap lembaga ataupun tokoh masyarakat yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.1 Latar Belakang Pemekaran Kabupaten Padang Lawas
Latar belakang pemekaran Kabupaten Padang Lawas akan dijelaskan dalam penelitian ini dengan tujuan agar dapat mengetahui perihal alasan yang
mendorong masyarakat Padang Lawas untuk melakukan pemekaran menjadi Kabupaten. Melalui penjelasan ini kemudian akan dianalisis terkait latar belakang
pemekaran Kabupaten Padang Lawas. Pada awalnya masyarakat Padang Lawas mengusulkan adanya pemekaran
untuk mempercepat laju pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, hingga setara dengan daerah otonomi lain yg mekar telah terlebih dahulu melakukan
pemekaran. Dengan adanya pemekaran Kabupaten Padang lawas diharapkan juga memberikan dampak yang positif untuk pelaksanaan pembangunan sarana dan
prasarana dalam pemerintahan akan semakin berkembang dan lebih efektif, dengan demikian pelayanan publik juga lebih dekat dengan masyarakat guna
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
40
40
Hasil Wawancara Bapak H.Kanti Nasution Camat Hutaraja Tinggi pada tanggal 12 November 2015 di Perumahan Pasir Julu pada pukul 16.30 WIB
Universitas Sumatera Utara
51
Kecenderungan yang dipertimbangkan untuk memekarkan daerah Padang Lawas adalah terkait dengan pertimbangan pemerataan pembangunan dan secara
geografis dinilai terlalu luas serta di satu sisi diharapkan pemekaran Padang Lawas akan mampu memperlancar roda pemerintahan kedepan, baik itu eksekutif
maupun legislatif. Di sisi lain, pembangunan sarana prasana yang pendukung, dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Pemekaran merupakan cara untuk memperpendek rentang kendali serta menciptakan pemerataan pembangunan yang berkeadilan dan kesejahteraan,
konsentrasi pembangunan yang tidak merata sehingga masyarakat beranggapan pemerintah induk tidak mampu menjawab persoalan-persoalan rakyat secara
konsisten, jauhnya jarak pelayanan publik kepada masyarakat dan kurangnya konsentrasi pembangunan yang tidak merata yang dilakukan oleh pemerintah
induk harusnya dijadikan tantangan oleh pemerintah induk untuk dicarikan solusinya, dan diharapkan upaya-upaya bagi kekuasaan semestinya tidak menjadi
alasan yang selama ini dijadikan kekuatan sebagai bentuk aspirasi. Keinginan pemekaran ini berasal dari tokoh-tokoh masyarakat, tokoh
lintas agama, tokoh pemuda dan tokoh adat yang bersatu dalam mengawal pemekaran daerah Padang Lawas. Selain itu pemerintah pusat juga mengapresiasi
keinginan pemekaran daerah Padang Lawas, hal ini sebagai dasar pendidikan politik dan bebas mengeluarkan pendapat bagi setiap masyarakat untuk
memajukan daerahnya. Diharapkan dengan adanya pemekaran ini, aspirasi masyarakat Padang lawas akan lebih cepat terwujud.
Universitas Sumatera Utara
52
Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa prospek pemekaran daerah Padang Lawas haruslah dilihat secara jelas baik prospektifitas masyarakat yg mumpuni,
maupun tentang persyaratan administrasi yang harus dipenuhi, serta kemampuan daerah nantinya dalan hal finansial, dan juga beberapa kelemahan di sektor SDM,
harusnya dapat dikaji, agar kerawanan politik dan konflik elit tidak mengorbankan rakyat pada umumnya.
Bukanlah hal yang mudah untuk merealisasikan pemekaran daerah, walaupun dalam kerangka reformasi politik, peluang pemekaran daerah dibuka
selebar-lebarnya yang dituangkan dalam UU No. 221999 yang diganti dengan UU No. 322004, walaupun bukan hal yang mudah dalam melakukan pemekaran,
segenap para penyelenggara pemekaran wilayah harus menjalankan syarat dan ketentuan administratif yang sudah ditetapkan menjadi titik dasar untuk
pembentukan daerah. Dan hal inilah yang dilakukan segenap para penyelenggara pemekaran Kabupaten Padang Lawas.
Sejarah pemekaran Padang Lawas diperjuangkan sejak tahun 1992, sesuai PP 129 Undang-undang 32 terjadi gejolak pemekaran di Tapanuli Selatan, yang
diparipurnakan oleh Tapsel pada waktu itu adalah Angkola Sipirok yang diajukan ke provinsi. Akan tetapi yang disetujui untuk dimekarkan oleh Kabupaten Tapsel
dan DPRD Tapsel adalah Angkola Sipirok, itulah daerah yang diparipurnakan dan diajukan ke provinsi selanjutnya provinsi menyampaikan ke pusat.
Dalam perkembangannya, selama proses tersebut berlanjut di pusat terjadi gejolak masyarakat Padang Lawas bahwa mereka juga ingin agar Padang Lawas
Universitas Sumatera Utara
53
dimekarkan. Di saat yang sama, masayarakat Padang Lawas Utara juga menginginkan hal yang sama. Namun hasil Paripurna adalah Angkola Sipirok.
Dalam prosesnya, masyarakat Padang Lawas cukup antusisas dalam mengikuti proses pemekaran Kabupaten Padang Lawas. Salah satu tokoh
masyarakat pemekaran Padang Lawas bernama H.Marahadi Hasibuan, mengatakan perjuangan pemekaran Padang Lawas tidak terpisahkan dari
perjuangan seluruh kabupaten baru yang ada di seluruh Tapanuli Selatan sebagai Kabupaten induk, yang diprakarsai oleh H. Raja Inal Siregar Gubernur Sumut
1988 hingga 1998. Sejalan dengan itu, DPRD Tapsel dengan keputusan nomor 15KPTS1992
tanggal 21 Maret 1992 tentang persetujuan pemekaran wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Kemudian, selanjutnya Raja Inal mengundang anggota
masyarakat Padang Lawas melalui Masrin Harahap yakni H.Baginda Siregar, Pada Mulia Lubis, Mangaraja Tagor Hasibuan dan Marahadi Hasibuan, agar hadir
di Medan untuk musyawarah di antaranya pemekaran Kabupaten Padang Lawas. Menurut Bapak Marahadi, Keempat nama warga Padang Lawas tersebut
ditetapkan sebagai sponsor berdirinya Kabupaten Padang Lawas. selanjutnya, ujar Bapak Marahadi, pada hari kedua Idul Fitri Desember 2000, Masrin Harahap
mengundang H.Fahruddin DPRD Prov. Riau, Marahadi Hasibuan, H.Andolan Siregar dan H.Muslihuddin untuk hadir dirumahnya di Wek I Kelurahan Pasar
Sibuhuan, mengajukan supaya dibentuk panitia Persiapan Kabupaten Padang Lawas Ibukotanya Sibuhuan.
Universitas Sumatera Utara
54
Pada mulanya, hasil dari musyawarah tanggal 13 April 1992, telah memutuskan Kota Padang Sidimpuan ibu kotanya Padang Sidimpuan, Kab.
Angkola Sipirok ibu kotanya Sipirok, Mandailing Natal ibu kotanya Panyambungan dan Padang Lawas ibu kotanya Sibuhuan.
Selanjutnya, pada 22 Februari 2001 kepanitiaan terbentuk dengan penasehat 5 orang yakni KH.Muctar Muda Nasution, KH.M.Arjun Akbar
Nasution, Tongku Fikir Lubis, H.Abdul Wahab Harahap dan Fahruddin S. Ketua panitia Marahadi Hasibuan dan wakilnya Syamsul Bahri Tanjung,
sekertaris H.Andolan Siregar dan Wakilnya David Daulay, Bendahara H.Muslihuddin Nasution dan Wakilnya H.Amir Hamjah Harahap. Sedangkan
seksi Keuangan sebanyak 10 orang yang dikoordinir Syahrun Harahap, seksi perlengkapan tujuh orang dikoordinir Afner Azis Siregar dan seksi humas
sebanyak 10 orang yang dikoordinir H.Muktar Hasan Nasution. Pada tanggal 5 juli 2005, lanjut Bapak Marahadi, diadakan rapat di
Lapangan Merdeka Sibuhuan yang berpidato saat itu H Fahruddin. Selanjutnya dibuat kesimpulan untuk menambah kekuatan panitia, maka dibentuklah tim kerja
di Mess Pemda Sibuhuan. Perjuangan tokoh pemekaran di warga Padang Lawas tersebut berakhir
pada 17 juli 2007 DPR-RI mengadakan sidang paripurna pengesahan rencana Undang-undang RUU menjadi Undang-undang pembentukan Kabupaten dan
Kota, Kab.Padang Lawas salah satu diantaranya. Pada 10 Agustus 2007
Universitas Sumatera Utara
55
ditetapkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2007 tentang pembentukan Padang Lawas.
41
a. Konflik Kepentingan Antar Aparatur Demokrasi 3.2 Kendala Dalam Proses Pemekaran