ketercapaian dari tujuan kebijakan ini menjadi tidak jelas. Terkait informasi, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang perda ini karena
sosialisasi yang dilakukan oleh pihak dinas kesehatan belum menyentuh ke seluruh lapisan masyarakat. Terkait dengan pembagian potensi, belum dibentuk
tim pengawas di lingkungan Universitas Sumatera Utara yang berwenang untuk menyidik dan memberi sanksi terhadap terjadinya pelanggaran dalam pelaksanaan
perda ini. Menanggapi kebijakan KTR di lingkungan Universitas Sumatera Utara
khususnya Fakultas Hukum, larangan untuk merokok tidak menyelesaikan masalah. Sebab, semakin dilarang justru akan menimbulkan semakin banyak cara
untuk merokok.
65
F. Kendala Dalam Pelaksanaan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Di Fakultas Hukum USU
“saya pribadi merasa FH. USU sulit untuk menjadi KTR karena rokok sudah menjadi kebiasaan di sini, apalagi kalau lagi nongkrong bersama
teman-teman. Harusnya, disediakan kawasan untuk merokok sendiri, jadi para perokok tetap bisa merokok tapi tidak merugikan orang lain yang bukan perokok,”
Menciptakan kawasan tanpa asap rokok di kampus tidaklah mudah. Tidak mudah bukan berarti tidak mungkin. Hanya, dibutuhkan usaha ekstra untuk
tercapainya kondisi ini. Usaha tidak hanya dilakukan oleh pemimpin untuk menerapkan aturan tentang kawasan tanpa rokok, tetapi juga oleh segenap warga
64
Falentina Agun Ingan, Implementasi Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Studi Kasus Di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab
Sjahranie RSUD AWS Kota Samarinda, Journal Ilmu Pemerintahan, 4 1 2016 : 500-514.
65
Hasil wawancara dengan Budi Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, tanggal 29 Juni 2016.
Universitas Sumatera Utara
kampus untuk menaati aturan tersebut. Bagaimana menyadarkan warga kampus untuk menaati aturan kawasan tanpa rokok, harus dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan sehingga setiap warga kampus menyadari bahaya rokok bagi kesehatan dan menghargai hak orang lain atas udara bebas asap rokok di kampus.
Terpadu oleh pemimpin, dosen, mahasiswa, karyawan, dan seluruh sivitas akademika yang terlibat dalam kegiatan di kampus. Berkesinambungan untuk
mahasiswa baru yang datang, mahasiswa dan warga kampus yang sudah beberapa lama di kampus maupun mahasiswa yang akan meninggalkan kampus untuk
mengabdi di masyarakat.
Hambatan Internal dalam pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Di Fakultas Hukum USU, antara lain :
66
1. Belum adanya aturan dari Pihak Rektorat
Belum adanya aturan KTR dari pihak rektorat membuat para dosenstaf dan mahasiswa merokok di sembarang tempat karena belum adanya sanksi bagi
para dosenstaf dan mahasiswa. 2.
Sosialisasi Sosialisasi kepada seluruh Civitas Akademika FH. USU menjadi hal yang
mutlak harus dilakukan, sebab adanya sosialisasi ini berguna untuk pendekatan kepada Civitas Akademika FH USU agar dapat menerima dan
mendukung kawasan tanpa rokok di lingkungan FH USU. Sosialisasi larangan merokok di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara berupa adanya
spanduk yang berada di tempat strategis Fakultas Hukum. Sosialisasi KTR
Universitas Sumatera Utara
dapat juga melalui media promosi kesehatan mengenai KTR maupun bahaya rokok. Dengan adanya sosialisasi melalui media promosi kesehatan ini, dilain
dapat menginformasikan jika lingkungan FH USU telah dilarang untuk merokok, namun juga dapat sebagai media edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan mahasiswa maupun pegawai tentang bahaya merokok bagi tubuh. Sebab dengan adanya edukasi akan memberikan pengetahuan dengan
harapan dapat meningkatkan pengetahuan. Perlu dilakukan sosialisasi bahaya rokok dan kawasan bebas rokok untuk
mahasiswa baru yang sebentar lagi akan datang di kampus kita sehingga mereka memiliki kesadaran untuk mencintai diri sendiri dan orang-orang di
sekelilingnya dengan tidak merokok Kampus tanpa tembakau dapat tercipta bila masing-masing memiliki
kesadaran untuk tidak merokok atau tidak merokok di lingkungan kampus. Merokok atau tidak merokok mungkin adalah pilihan, namun pilihan untuk
tetap merokok seyogianya tidak merugikan orang lain yang memilih untuk sehat tanpa rokok. Tidak merokok di kampus adalah sikap menghargai hak
orang lain untuk sehat. Menjadikan kampus kita tercinta sebagai kampus bebas rokok harus dimulai dari diri sendiri
3. Sanksi
Sanksi pelaksanaan monitoring peraturan KTR di FH USU berupa adanya pengawasan terhadap seluruh Civitas Akademika FH USU, bagi yang terbukti
merokok di lingkungan FH USU maka mendapat teguran oleh dosen yang
66
Hasil wawancara dengan Dosen FH. USU tanggal 1 Juli 2016.
Universitas Sumatera Utara
ditunjuk menjadi tim penegak disiplin, hal ini juga menjadi salah satu bukti komitmen pimpinan Fakultas dalam memerangi perokok di lingkungan
kampus. Adanya sanksi yang tegas dirasa sangat bermanfaat untuk membatasi ruang gerak perokok aktif. Hal ini yang akan membuat perokok untuk dapat
mengurangi frekuensi merokok dalam satu hari. Selain itu adanya KTR juga dapat melindungi perokok pasif. Pemberian sanksi bagi mahasiswa maupun
dosenpegawai yang kedapatan merokok di lingkungan FH. USU hanya berupa teguran.
4. Ketersediaan tim pengawas KTR
Belum terdapat tim pengawas KTR dari pihak rektorat maupun fakultas yang memiliki tugas pokok dan fungsi khusus mengarah pada upaya pengembangan
KTR di Universitas maupun Fakultas. Belum ada tim pengawas yang memiliki tugas pokok dan fungsi membahas rencana strategi pengembangan
KTR di tingkat pimpinan Fakultas, hal ini akan menjadi sebuah hambatan dalam efektivitas KTR. Sebab ketiadaan tim pengawas anti rokok ini akan
mempengaruhi ketiadaan pembahasan secara khusus mengenai rencana strategi lanjut pengembangan KTR di fakultas hukum.
5. Masih adanya para dosenstaf pengajar yang merokok di lingkungan kampus
Para dosenstaf pengajar yang merokok di lingkungan kampus, mahasiswa mencontoh karena tidak adanya panutan, sehingga mahasiswa ikut-ikutan
merokok dilingkungan kampus 6.
Ketersediaan Sarana dan Prasarana KTR
Universitas Sumatera Utara
Efektivitas KTR di FH USU belum didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana. Belum adanya area merokok di Fakultas Hukum, membuat para
mahasiswa merokok sembarangan Hambatan eksternal dalam pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
Di Fakultas Hukum USU, antara lain : 1.
Kurangnya kesadaran mahasiswa Merokok merupakan hal yang sudah dianggap bagi kaum Pria bahkan menjadi
Kebiasaan, namun jarang sekali dari mereka untuk memikirkan akibat atau dampaknya. jika hal tersebut terus berlanjut padahal semua itu sangatlah fatal
akibatnya apalagi bagi anak remaja banyak sekali pelajarmahasiswa yang merokok. Kurangnya Kesadaran Untuk Tidak Merokok dikalangan pelajar
merupakan masalah utama yang harus diselesaikan oleh Sekolah. Peyebab Kurangnya kesadaran mahasiswa untuk tidak merokok banyak sekali,
terutama faktor dari Keluarga. Kurangnya Pendidikan dan Bimbingan dari Orang tua akan menyebabkan berbagai masalah dikalangan pelajar salah
satunya Kenakalan Remaja. Kenakalan Remaja merupakan masalah Sosial yang terus menerus muncul setiap waktu, yang selalu dibahas dan dikaji untuk
mencari jalan keluarnya karena di satu sisi remaja merupakan harapan Penerus Bangsa, sedangkan di sisi lain remaja dianggap sebagai Pribadi yang labil,
yang ingin mengekpresikan jiwa mudanya yang bebas dengan melakukan hal – hal yang dikehendaki dan dianggap menyimpang.
Kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk untuk tidak merokok ditempat umum atau kawasan tanpa rokok, ini disebabkan kebanyakan perokok tidak
Universitas Sumatera Utara
mempedulikan resiko yang ditimbulkan oleh rokok, mereka menganggap bahwa merokok hanya merupakan suatu kebiasaan sesaat untuk memperoleh
kesenangan, ketenangan, bahkan meningkatkan kreativitas. Perokok juga beranggapan bahwa merokok dapat dihentikan dengan segera sewaktu-waktu
kapanpun mereka ingin, meski dalam kenyataannya, ketergantungan terhadap kandungan nikotin yang terdapat dalam sebatang rokok teramat sulit untuk
dipulihkan. 2.
Sikap Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup tidak dapat dilihat secara
langsung sehingga sifat hanya ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu
secara merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman kognitif, reaksi afeksi, kehendak dan perilaku masa lalu. Sikap mempengaruhi proses berfikir
atau respon afeksi, kehendak dan perilaku berikutnya. Masih banyak mahasiswa yang tidak mendukung peraturan dengan alasan
karena kebebasan mereka atau hak mereka dibatasi, terutama bagi mereka yang perokok berat. Ada juga mahasiswa yang berpendapat bahwa agak sulit atau
merasa terbebani untuk keluar dari gedung ketika ingin merokok. Masih rendahnya perilaku mahasiswa dalam menaati peraturan mungkin karena masalah
merokok adalah masalah perilaku sehingga perlu waktu dan proses untuk mengubahnya. Alasan yang membuat mereka melanggar peraturan dimungkinkan
karena watak mahasiswa yang ingin mencoba-coba melanggar atau rasa ego yang
Universitas Sumatera Utara
memicu untuk melanggar peraturan. Bilamana peraturan ditaati maka banyak manfaat yang akan diterima.
Peraturan itu efektif apabila para pemegang peran berperilaku positif yaitu berperilaku yang tidak menimbulkan masalah, dimana faktor perilaku dapat
memengaruhi orang untuk menaati peraturan. Oleh karena itu, penerapan aturan dan pengawasan yang ketat dapat menjadi solusi utama bagi agar tidak ada yang
merokok di kawasan-kawasan yang dilarang merokok, namun harus disosialisasikan secara menyeluruh kepada semua lapisan mahasiswa terlebih
dahulu sampai tidak ada miskomunikasi serta tidak ada alasan tidak tahu jika ada yang tertangkap melakukan pelanggaran.
Beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk mengatasi masalah perokok di lingkungan Universitas Sumatera Utara Khususnya Fakultas Hukum, yaitu:
1. Banyak melakukan sosialisasi tentang bahaya merokok, dengan banyak
mensosialisasikannya kepada para perokok khususnya mahasiswa akan mewujudkan kesadarannya, jika tidak peduli dengan dirinya maka minimal
mereka akan sadar akan orang-orang yang tidak merokok yang ada disekitarnya. Dengan begitu mereka akan mencari tempat yang tepat setiap
ingin merokok. 2.
Menyediakan banyak tempat khusus untuk merokok yang layak, sama halnya jika orang tidak dibiarkan buang air kecil disembarang tempat maka
harus disediakan toilet. Begitu juga dengan perokok jika dilarang merokok ditempat umum maka buatkalah tempat khusus untuk merokok.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN