commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, oleh sebab itu kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan diperbaiki.
Hal ini dimaksudkan agar kurikulum yang ada tidak ketinggalan zaman dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi aktual. Perbaikan biasanya
dilakukan dalam suatu periode tertentu, misalnya; tiap lima tahun, tiap sepuluh tahun dan seterusnya. Peraturan Mendiknas RI No.24 tahun 2006 dan
pelaksanaan PP No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan PP No.23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah menandai peluncuran kurikulum baru yang dijadikan dasar dalam kegiatan pembelajaran mulai tahun 20062007.
Beberapa pihak memberi istilah kurikulum baru tersebut dengan nama ´.XULNXOXP ´ QDPXQ DGD MXJD \DQJ PHQ\HEXWNDQ GHQJDQ ´.XULNXOXP
Tingkat 6DWXDQ 3HQGLGLNDQ .763´ 3HUXEDKDQ NXULNXOXP WHUVHEXW DNDQ
membawa dampak bagi semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan otonomi kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus terdapat tiga tujuan diterapkannya KTSP, yaitu:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan
sumberdaya yang tersedia. 2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. 3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.
commit to user
Perubahan kurikulum ini memberi dampak yang sangat luas terhadap keseluruhan komponen dalam proses pembelajaran. Komponen-komponen ini
antara lain guru, peserta didik, tujuan pembelajaran, materi pelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Semua komponen
ini menjalankan fungsinya masing-masing dalam suatu ikatan yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Guru sebagai figur sentral pendidikan, harus dapat diteladani akhlaknya di samping kemampuan keilmuan dan akademisnya. Selain itu, guru
harus mempunyai tanggung jawab dan keagamaan untuk mendidik peserta didiknya menjadi orang yang berilmu dan berakhlak Azyumardi Azra, 2006: 9.
Dengan demikian, guru bukan hanya menjadi sosok yang suka berceramah dengan pola pembelajaran yang konvensional, tetapi juga sosok yang mahir di bidang
teknologi informasi dengan model pembelajaran berbasis ICT Information and Communication Technology.
Dalam KTSP ini peran guru lebih dominan terutama dalam menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tidak saja dalam program tertulis tetapi
juga dalam pembelajaran nyata di kelas. Guru juga harus menentukan indikator sendiri yang disesuaikan dengan kondisi sekolah, lingkungan dan karakteristik
peserta didik. Guru berperan sebagai fasilitator sehingga peserta didik lebih aktif berperan dalam proses pembelajaran. Guru harus terbiasa memberikan peluang
yang seluas-luasnya agar peserta didik dapat belajar lebih bermakna dengan memberi respon yang mengaktifkan semua peserta didik secara positif dan
edukatif. Jika guru kurang kreatif dalam pengelolaan pembelajaran dengan memberikan metode pembelajaran yang kurang variatif maka akan menghambat
pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Saat ini, dalam segi kurikulum salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Hal yang paling penting adalah
faktor guru.Suatu kurikulum tanpa kualitas guru yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Guru diharapkan memiliki kompetensi
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan
commit to user
efisien. Kompetensi merupakan salah satu kualifikasi guru yang terpenting. Bila kompetensi ini tidak ada pada diri seorang guru, maka ia tidak akan berkompeten
dalam melakukan tugas dan hasilnya pun tidak akan optimal. Tingkat kesulitan yang dialami oleh guru dari berbagai jenis pendidikan
tentu saja akan sangat berlainan. Perbedaan tingkat kesulitan yang dihadapi oleh guru dari satu jenis pendidikan disebabkan oleh kemampuan dan kemauan para
tenaga pendidik untuk senantiasa memperbaharui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menganalisis sumberdaya lokal, dan menganalisis
kebutuhan masyarakat adalah perbedaan materi yang akan disajikan kepada peserta didik. Sebagai contoh, materi yang akan disajikan untuk peserta didik dari
pendidikan dasar tentu sangat berbeda dengan materi yang akan disajikan untuk peserta didik pendidikan menengah.
Dengan adanya perbedaan ini, guru dan peserta didik sebagai subjek utama proses pembelajaran dituntut untuk bisa beradaptasi dengan cepat. Bagi guru yang
mempunyai peranan sebagai pembimbing dan fasilitator pengajaran hendaknya lebih cepat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi agar dapat
secepatnya membimbing peserta didik dalam proses pembelajaran. Ini mencakup pemilihan materi pelajaran, metode yang digunakan dan media yang diperlukan.
Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru di SMA Islam 1 Surakarta dalam mengimplementasikan KTSP adalah :
a. Guru belum terbiasa mengembangkan kurikulum sendiri karena pada kurikulum sebelumnya kurikulum berbasis kompetensi guru langsung
menerapkan kurikulum yang telah dibuat oleh Dinas Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menuntut guru untuk mampu
menyusun dan mengembangkan kurikulumnya sendiri, kenyataannya selama ini guru terbiasa melaksanakan kurikulum yang hanya dibuat oleh
pusat. Guru merasa kesulitan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum. Seperti dalam pengembangan silabus kesulitan yang dihadapi
guru adalah: 1 Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
commit to user
2 Mengembangkan indikator ketercapaian dari proses pembelajaran yang dilaksanakan
3 Merencanakan kegiatan pembelajaranyang dapat mengarahkan peserta didik mencapai kompetensi yang sedang dipelajari
b. Terbatasnya sarana dan prasarana yang belum bisa dimanfaatkan secara optimal dalam menunjang pembelajaran di SMA Islam 1 Surakarta.
c. Jumlah peserta didik dalam satu kelas masih terlalu banyak. Untuk mengimplementasikan metode pembelajaran yang variatif dan
menyenangkan seperti tuntutan KTSP, mengembangkan sistem penilaian yang berkelanjutan, mengembangkan program remidial dan pengayaan
yang merupakan pelayanan individual terhadap peserta didik, sulit terlaksana karena situasi kelas tidak kondusif.
Implementasi kurikulum hampir seluruhnya tergantung pada kreativitas, kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru. Guru hendaknya mampu
memilih dan menciptakan situasi-situasi belajar yang menarik peserta didik. Guru mampu melaksanakan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan peserta didik, serta memilih bahan pelajaran yang mengaktifkan peserta didik. Selain itu guru juga mampu memilih, menyusun dan
melaksanakan evaluasi baik untuk mengevaluasi perkembangan atau hasil belajar peserta didik, atau untuk menilai efisiensi pelaksanaannya. Nana
Syaodih, 2000 Mulyasa dalam Muhammad Joko Susilo 2007: 189 menyatakan
bahwa guru perlu memperhatikan hal-hal berikut, yaitu : 1 Mengurangi metode ceramah
2 Memberikan tugas yang berbeda bagi peserta didik 3 Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya
4 Bahan harus dimodifikasi dan diperkaya. 5 Jangan ragu untuk berhubungan dengan spesialis bila ada peserta didik
yang mempunyai kelainan 6 Gunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan
membuat laporan 7 Ingat bahwa peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan yang
sama
commit to user
Di samping itu terdapat permasalahan lain yaitu kurang optimalnya penggunaan fasilitas sekolah seperti penggunaan perpustakaan, kurang
memadai buku-buku referensi bagi guru maupun peserta didik. Implementasi KTSP memerlukan sinergi yang harmonis semua pihak dalam lingkungan
sekolah yaitu peserta didik, guru, dan pengelola sekolah. Hal ini bertujuan agar KTSP dapat diimplementasikan secara benar, efektif dan berhasil guna
meningkatkan kompetensi guru untuk mewujudkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, nampak bahwa kesiapan sekolah dan kompetensi guru mempunyai andil yang cukup besar terhadap keberhasilan
dalam pelaksanaan kurikulum. Permasalahan dalam implementasi KTSP menarik perhatian penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul
´,MPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KTSP DALAM UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU
073-51.2120,.6;´Studi Kasus di SMA Islam 1 Surakarta Tahun ajaran 20092010
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan beberapa