2.3 Kepuasan Kerja
2.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Menurut Robbins 2008:256 Kepuasan kerja adalah sikap positif terhadap pekerjaan pada diri seseorang. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan
hal yang bersifat induvidual. Setiap induvidu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya,
Biasanya orang akan merasa puas atas kerja yang telah atau sedang dijalankan apabila apa yang dikerjakan dianggap telah memenuhi harapan, sesuai dengan
tujuannya bekerja. Apabila seseorang mendambakan sesuatu, berarti yang bersangkutan memiliki suatu harapan dan dengan demikian akan termotivasi
untuk melakukan tindakan kearah pencapaian harapan tersebut. Jika harapan tersebut terpenuhi, maka akan dirasakan kepuasan. Kepuasan kerja menunjukkan
kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan, sehingga kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori keadilan,
perjanjian psikologis dan motivasi. Lebih lanjut Robbins 2009 mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu
sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya dimana dalam pekerjaan tersebut seseorang dituntut untuk berinteraksi dengan rekan sekerja dan atasan,
mengikuti aturan dan kebijaksanaan organisasi, memenuhi standar kinerja. Hasibuan 2008 : 202 , menyatakan bahwa Kepuasan kerja adalah Sikap
emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaanya. Sikap ini di cerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja.
Universitas Sumatera Utara
Menurut teori yang dikemukakan beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu bentuk sikap yang ditunjukkan seorang
karyawan dalam menggambarkan kondisi dan sikapnya secara pribadi atas pekerjaan yang dilakukan sebagai wujud kesesuaian atas harapan yang diinginkan
di dalam bekerja.
2.3.2 Dimensi Kepuasan Kerja
Menurut Weiss dalam Felman dan Arnold dalam Prawirodirjo 2007 ada Beberapa dimensi atau faktor yang dapat dijadikan unsur untuk menilai perasaan
puas atau tidak puasnya seorang pegawai terhadap pekerjaannya, yaitu: 1. Compensation kompensasi: kompensasi mempunyai peranan penting dalam
menentukan kepuasan kerja karena dapat digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan, symbol dari prestasi, dan pengakuan karena
mencerminkan penghargaan atas peran sertanya. 2. Coworkers rekan kerja: yaitu kesempatan yang dimiliki pegawai untuk
bekerja sama dengan pegawai lainnya sehingga memiliki kesempatan bertukar pikiran dan mendiskusikan masalah pekerjaan, sehingga masalah yang ada
dalam pekerjaan bukan menjadi penyebeb kebosanan dan menjadi tantangan yang harus dicarikan solusinya.
3. Pekerjaan itu sendiri: pegawai cenderung lebih menyukai pekerjaan yang memberi kesempatan untuk menggunakan kemampuan dan ketrampilan,
kebebasan serta umpan balik. Karakteristik ini membuat kerja lebih menantang. Pekerjaan yang kurang menantang akan menciptakan kebosanan.
Universitas Sumatera Utara
Namun pekerjaan yang terlalu menantang dapat menyebabkan frustasi dan perasaan gagal.
4. Rekan kerja: bagi kebanyakan pegawai, kerja merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan interaksi sosial. Oleh karena itu mempunyai rekan kerja
yang menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan kerja. 5. Company policies and practice kebijakan dan peraturan perusahaan: yaitu
berbagai kebijakan dan peraturan yang diberlakukan, Untuk dapat melakukan suatu kebijakan dan peraturan dengan baik perlu diperhatikan beberapa hal,
yaitu kesejahteraan, ancaman, ketegasan dalam pelaksanaan, sosialisasi, dan kemampuan. Apabila pegawai merasa bahwa kebijakan dan peraturan yang ada
memadai maka hal ini akan menjadi sumber kepuasan kerja. Sedangkan menurut Luthan dalam Suyanto 2012, berapa dimensi dari
kepuasan kerja adalah: 1.
Pembayaran gaji atau upah Pegawai menginginkan sistem upah yang dipersepsikan adil, tidak meragukan
dan segaris dengan harapannya. Gaji sebagai faktor multidimensi dalam
kepuasan kerja merupakan sejumlah upah uang yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa dipandang sebagai hal yang dianggap pantas dibandingkan
dengan orang lain dalam organisasi. Uang tidak hanya membantu orang memperoleh kebutuhan dasar, tetapi juga alat untuk memberikan kebutuhan
kepuasan pada tingkat yang lebih tinggi. Karyawan melihat gaji sebagai refleksi dari bagaimana manajemen memandang kontribusi mereka terhada
perusahaan. Oleh karena itu karyawan akan merasa puas dengan gaji yang
Universitas Sumatera Utara
diterima mereka sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan tanpa adanya keterlambatan penerimaan yang berdampak terhadap kepuasan kerja.
2. Pekerjaan itu sendiri
Pegawai cenderung lebih menyukai pekerjaan yang memberi kesempatan untuk menggunakan kemampuan dan ketrampilan, kebebasan serta umpan balik.
Karakteristik ini membuat kerja lebih menantang. Pekerjaan yang kurang menantang akan menciptakan kebosanan. Namun pekerjaan yang terlalu
menantang dapat menyebabkan frustasi dan perasaan gagal. 3.
Rekan kerja Bagi kebanyakan pegawai, kerja merupakan salah satu cara untuk memenuhi
kebutuhan interaksi sosial. Oleh karena itu mempunyai rekan kerja yang menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan kerja. Pada umumnya, rekan
kerja yang kooperatif merupakan sumber kepuasan kerja yang paling sederhana pada karyawan secara individu. Kelompok kerja, terutama tim yang ‘kuat’
bertindak sebagai sumber dukungan, kenyamanan, nasehat, dan bantuan pada anggota individu. Karena kelompok kerja memerlukan kesaling tergantungan
dan koordinasi antar unit kerja dalam menyelesaikan pekerjaan, dimana saling mendukung antar sesama unit kerja menjadi Kondisi yang efektif untuk
membuat pekerjaan menjadi lebih menyenangkan, sehingga membawa efek positif yang tingggi pada kepuasan kerja
Universitas Sumatera Utara
4. Promosi
Pada saat dipromosikan pegawai pada umumnya menghadapi peningkatan tuntutan keahlian, kemampuan serta tanggung jawab. Sebagian besar pegawai
merasa positif jika dipromosikan. Oleh karena itu disamping sikap positif pegawai yang menginginkan promosi, pegawai juga mengharapkan adanya
sistem promosi yang transparan dan adil dari perusahaan. 5.
Penyelia supervisi Supervisi mempunyai peran yang penting dalam suatu organisasi
karena berhubungan dengan pegawai secara langsung dan mempengaruhi pegawai.
Pengawasan merupakan kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku. Ada 2 dua gaya pengawasan yang
dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Yang pertama adalah berpusat pada karyawan, diukur menurut tingkat dimana penyelia menggunakan
ketertarikan personal dan peduli pada karyawan, seperti memberikan nasehat dan bantuan kepada karyawan, komunikasi yang baik dan meneliti
seberapa baik kerja karyawan, yang berujung pada bimbingan dan pengarahan penyelia kepada karyawan didalam bekerja. Yang kedua
adalah standart kebijakan yang dibuat oleh perusahaan didalam pengawasan kinerja pegawai yang dapat mempengaruhi pekerjaan
karyawan. Secara umum, kedua gaya tersebut sangat berpengaruh pada kepuasan kerja karyawan
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Teori Kepuasan Kerja