Nalar Hukum Penuntut Umum sebagai Dasar Pengajuan Kasasi

commit to user lxxxix

2. Nalar Hukum Penuntut Umum sebagai Dasar Pengajuan Kasasi

terhadap Putusan Bebas yang Diajukan oleh Pengadilan Sanggau dalam Perkara Perdagangan Orang Nalar hukum Penuntut Umum yang digunakan sebagai dasar pengajuan kasasi terhadap putusan bebas yang diajukan oleh Pengadilan Negeri Sanggau dalam perkara perdagangan orang adalah sebagai berikut : a. Bahwa judex facti tidak menerapkan peraturan hukum atau menerapkan peraturan hukum tidak sebagaimana mestinya yakni judex facti dalam merumuskan putusan tidak berdasarkan keterangan saksi-saksi yang dibenarkan oleh Terdakwa, melainkan berdasarkan Terdakwa dan saksi Ku Mui Kim Saksi A decharge, tidak meneliti secara cermat dan mengupas secara mendalam semua alat bukti yang diajukan di muka persidangan, yaitu sebagai berikut : 1 Keterangan saksi Tjung Cin Cu, saksi Liu Mui Fung alias Mui Fung yang diperkuat dengan pernyataan Terdakwa membenarkan keterangan saksi tersebut, dikaitkan dengan keterangan saksi Bayu Afrizal, saksi Drs. Agus Dwianto, Rusmadi dan Hanafi, S.Sos. masing-masing sebagai saksi Polisi dan saksi ahli akan didapatkan alat bukti petunjuk Vide Pasal 183 ayat 2 KUHAP 2 Pertimbangan Majelis Hakim pada halaman 24 jelas tidak mendasarkan kepada uraian fakta di persidangan dan karena uraian Majelis Hakim tersebut apabila dikaitkan dengan uraianrumusan putusan Majelis Hakim pada halaman 15 sd 17 adalah tidak bersesuaian, sehingga sangatlah tidak tepat keterangan saksi Tjung Cin Cu, saksi Liu Mui Fung alias Mui Fung yang memberikan keterangan berbeda dan dikaitkan dengan keterangan saksi-saksi lainnya, dianggap memberikan keterangan yang sama dengan saksi Ku Mie Lie, Djab Bui Cu, Ernawarti Liu dan saksi Elsa Tjia, sehingga hal ini dijadikan dasar oleh Majelis Hakim untuk membebaskan dari unsur Kedua Dakwaan Kesatu Subsidair Pasal 102 ayat 1 huruf a UU RI Nomor 39 Tahun 2004, disinilah letak commit to user xc kesalahan Majelis Hakim dalam meneliti secara cermat dan menghubungkan keterangan saksi-saksi dengan alat bukti yang ada; b. Bahwa judex facti dalam mengadili dan memutuskan perkara tidak melaksanakan cara mengadili menurut undang-undang, yakni : 1 Dalam surat salinan putusan judex facti tidak memuat atau mempertimbangkan mengenyampingkan keterangan saksi Hanafi, S.Sos., saksi Rusmadi saksi ahli yang juga telah didengar dan diminta keterangannya dalam persidangan Pasal 197 ayat 1 huruf d KUHAP; 2 Dalam surat salinan putusan judex facti juga tidak memuat atau mempertimbangkan keterangan saksi ahli dan saksi Bayu Afrisal. Dalam mengajukan kasasi, pemohon kasasi wajib mengajukan memori kasasi yang memuat alasan permohonan kasasinya. Memori kasasi menurut Subekti dan Tjitrosoedibio yang dikutip Harun M. Husein dalam bukunya, memori kasasi adalah risalah yang memuat alasan-alasan atau keberatan- keberatan yang diajukan terhadap putusan yang dimohonkan kasasi, yaitu putusan hakim banding pengadilan Tinggi Harun M. Husei, 1992: 86. Dalam memori kasasi, alasan-alasan kasasi yang diajukan oleh pemohon kasasi sebagai dasar permintaannya hendaklah diuraikan secara jelas dan rinci. Tidak cukup pemohon hanya menguraikan alasan dengan mengutip begitu saja alasan-alasan kasasi sebagai mana diuraikan dalam Pasal 253 ayat 1 KUHAP yaitu “Pemeriksaan dalam tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung atas permintaan para pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 244 dan Pasal 249 guna menentukan: a. Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya; b. Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang; c. Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya. commit to user xci Dalam memori kasasi harus diuraikan dimana terdapatterletak kesalahankekeliruan pengadilan dalam menerapkan hukum, bagaimana bentuk kekeliruankesalahan atau kelalaian pengadilan dalam cara mengadili dan bagaimana bentuk tindakan pengadilan yang telah melampaui batas wewenangnya tersebut Harun M. Husein, 1992: 86. Sehingga dalam memori kasasi Jaksa Penuntut Umum harus membuktikan ketiga hal tersebut. a. Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya; Peraturan hukum tidak diterapkan sebagaimana mestinya, hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut : Bahwa alasan yang dikemukakan oleh penuntut umum di atas telah menyebutkan secara jelas mengenai letak dari kesalahankekeliruan pengadilan dalam menerapkan hukum yaitu dalam merumuskan putusan tidak berdasarkan keterangan saksi-saksi yang dibenarkan oleh Terdakwa, melainkan berdasarkan Terdakwa dan saksi Ku Mui Kim Saksi A decharge, tidak meneliti secara cermat dan mengupas secara mendalam semua alat bukti yang diajukan di muka persidangan. Pertimbangan Majelis Hakim tidak mendasarkan kepada uraian fakta di persidangan dan karena uraian Majelis Hakim tersebut apabila dikaitkan dengan uraianrumusan putusan Majelis Hakim adalah tidak bersesuaian, sehingga sangatlah tidak tepat keterangan saksi Tjung Cin Cu, saksi Liu Mui Fung alias Mui Fung yang memberikan keterangan berbeda dan dikaitkan dengan keterangan saksi-saksi lainnya, dianggap memberikan keterangan yang sama dengan saksi Ku Mie Lie, Djab Bui Cu, Ernawarti Liu dan saksi Elsa Tjia, sehingga hal ini dijadikan dasar oleh Majelis Hakim untuk membebaskan dari unsur Kedua Dakwaan Kesatu Subsidair Pasal 102 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004, disinilah letak kesalahan Majelis Hakim dalam meneliti secara cermat dan menghubungkan keterangan saksi-saksi dengan alat bukti yang ada. Bahwa judex facti dalam mengadili dan memutuskan perkara tidak melaksanakan cara mengadili menurut undang-undang yakni dalam surat commit to user xcii salinan putusan judex facti tidak memuat atau mempertimbangkan mengenyampingkan keterangan saksi Hanafi, S.Sos., saksi Rusmadi saksi ahli yang juga telah didengar dan diminta keterangannya dalam persidangan Pasal 197 ayat 1 huruf d KUHAP dan dalam surat salinan putusan judex facti juga tidak memuat atau mempertimbangkan keterangan saksi ahli dan saksi Bayu Afrisal. Bahwa perlu diingat dalam Pasal 1 butir 27 KUHAP disebutkan bahwa Keterangan Saksi sebagai salah satu alat bukti dalam perkara pidana yaitu yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar, ia lihat dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari apa yang diketahuinya itu. Keterangan saksi sebagai alat bukti ini diatur dalam Pasal 185 ayat 1 KUHAP, yaitu apa yang saksi nyatakan dimuka persidangan. Alat bukti ini merupakan yang paling utama, tetapi agar keterangan saksi ini dapat dianggap sah sebagai alat bukti yang memiliki nilai kekuatan pembuktian. Keterangan saksi yang dihadirkan di persidangan yang saling berdiri sendiri tanpa adanya saling hubungan antara yang satu dengan yang lainnya, yang dapat mewujudkan suatu kebenaran akan adanya kejadian atau keadaan tertentu akan sangat tidak berguna dan merupakan pemborosan waktu. Kesalahankekeliruan pengadilan dalam menerapkan hukum yaitu dalam merumuskan putusan tidak berdasarkan keterangan saksi-saksi yang dibenarkan oleh Terdakwa, melainkan berdasarkan Terdakwa dan saksi Ku Mui Kim Saksi A decharge , tidak meneliti secara cermat dan mengupas secara mendalam semua alat bukti yang diajukan di muka persidangan serta pertimbangan Majelis Hakim tidak mendasarkan kepada uraian fakta di persidangan, sehingga dalam terjadinya kesalahankekeliruan pengadilan dalam menerapkan hukum ini menunjukkan bahwa putusan ini merupakan putusan bebas tidak murni dan merupakan alasan untuk diajukanya upaya hukum kasasi kepada Mahkamah Agung. commit to user xciii b. Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang; Pasal 197 KUHAP ayat 1 KUHAP huruf d dalam surat putusan pemidanaan memuat: 1 Kepala putusan yang dituliskan berbunyi: “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” 2 Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa. 3 Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan 4 Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa 5 Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan 6 Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal peraturan perundangundangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai kedaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa 7 Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim tunggal 8 Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan 9 Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti 10 Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap palsu 11 Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus dan nama panitera commit to user xciv Bahwa dalam surat salinan putusan judex facti tidak memuat atau mempertimbangkan mengenyampingkan keterangan saksi Hanafi, S.Sos., saksi Rusmadi saksi ahli, saksi Bayu Afrisal, yang juga telah didengar dan diminta keterangannya dalam persidangan Pasal 197 ayat 1 huruf d KUHAP. Bahwa di persidangan telah terungkap fakta bahwa terdakwa yang telah membantu melakukan percobaan menempatkan 7 tujuh WNI untuk bekerja di luar negeri, dengan meminta kepada 7 tujuh orang saksi korban tersebut untuk memberikan uang masing-masing sebesar Rp 5.000.000,- kepada Terdakwa untuk biaya pengurusan passport, perjalanan dan makan, serta kepada para saksi korban ditawarkan untuk dipekerjakan pada Restoran di Malaysia, sedangkan Terdakwa melakukan perbuatan tersebut selaku pribadi bukan sebagai PJTKI Hal-hal tersebut di atas yang sebenarnya merupakan fakta hukum, tetapi kenyataannya dalam putusan hakim hal ini sama sekali tidak mempertimbangkan hal tersebut yang termasuk fakta hukum yang menentukan terdakwa salah atau tidak. Dengan demikian mengacu pada Pasal 197 ayat 2, maka putusan ini batal demi hukum. c. Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya. Ketidaktepatan menerapkan sanksi dapat merupakan hal yang melampaui wewenang, misalnya didalam hal, mengurangi atau menambah sanksi yang telah ditentukan undang-undang Leden Marpaung, 2000: 45. Merujuk pada hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa majelis hakim Pengadilan Negeri Sanggau tidak menerapkan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan dalam : 1 Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, yang seharusnya terdakwa diputus dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. commit to user xcv 120.000.000,00 seratus dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 enam ratus juta rupiah. 2 Pasal 102 ayat 1 huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004, tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, Dipidana dengan penjara paling singkat 2 dua tahun dan paling lama 10 sepuluh tahun danatau denda paling sedikit Rp. 2.000.000.000,00 dua milyar rupiah dan paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 lima belas miliar rupiah, setiap orang yang: a Menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4; b Menempatkan TKI tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12; atau c Menempatkan calon TKI pada jabatan atau tempat pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30. Dengan tidak mempertimbangkan bukti-bukti yang ada dan keterangan saksi-saksi, dalam hal ini terdakwa justru dibebaskan. Dengan demikian, pengadilan dalam menjatuhkan putusan telah terbukti melampaui wewenangnya. commit to user xcvi

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap dua pokok masalah yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut : 1. Kesusaian Pengajuan Kasasi oleh Penuntut Umum terhadap Putusan Bebas yang Dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri Sanggau dalam Perkara Perdagangan Orang dengan Ketetuan Pasal 244 KUHAP Bahwa kasasi terhadap putusan bebas yang diajukan oleh Penuntut Umum terhadap putusan Pengadilan Negeri Sanggau dalam perkara perdagangan orang memang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 244 KUHAP. Akan tetapi demi terwujudnya kepastian dan keadilan hukum kasasi atas putusan bebas dapat diajukan oleh penuntut umum dengan pertimbangan bahwa putusan tersebut merupakan putusan bebas tidak murni dan terdapat kesalahankekeliruan pengadilan dalam menerapkan hukum, terdapat kekeliruankesalahan atau kelalaian pengadilan dalam cara mengadili danatau adanya tindakan pengadilan yang telah melampaui batas wewenangnya tersebut. Dan di dalam setiap putusan kasasi atas putusan bebas, Mahkamah Agung selalu mempertimbangkan apakah putusan bebas yang dimintkan kasasi tersebut, merupakan pembebasan murni atau pembebasan tidak murni sifatnya. Apabila ternyata putusan yang dimintakan kasasi itu mengandung pembebasan murni maka sesuai dengan yurisprudensi yang ada, Mahkamah Agung akan menyatakan bahwa permohonan kasasi yang bersangkutan tidak dapat diterima. Jadi sebelum mengajukan upaya hukum kasasi kepada Mahkamah Agung, penuntut umum harus terlebih dahulu memeriksa secara seksama apakah putusan tersebut merupakan putusan bebas murni atau putusan bebas tidak murni. Hakim menggunakan dasar pertimbangan hukum yurisprudensi yang merupakan suatu hal yang sangat penting mengingat kelemahan-kelemahan dalam sistem hukum positif. Arti penting yurisprudensi selain memudahkan hakim menangani permasalahan hukum sebagai dasar

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGAJUAN KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN BEBAS PENGADILAN NEGERI GIANYAR DALAM PERKARA SUMPAH PALSU DAN PERTIMBANGAN HAKIM MAHKAMAH AGUNG DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN

0 4 12

ANALISIS YURIDIS ARGUMENTASI HUKUM PENUNTUT UMUM SEBAGAI DASAR PENGAJUAN KASASI TERHADAP PUTUSAN BEBAS MURNI (VRIJSPRAAK) DALAM PERKARA MEMBUAT KETERANGAN PALSU AKTA KEPEMILIKAN RUMAH

0 2 69

KAJIAN ANALISIS KOMPARATIF TENTANG UPAYA HUKUM KASASI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN BEBAS (VRIJSPRAAK).

0 1 20

PUTUSAN BEBAS TIDAK MURNI SEBAGAI DASAR UPAYA HUKUM KASASI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KELAS IA PADANG).

0 0 6

kajian yuridis upaya hukum kasasi oleh penuntut umum terhadap putusan bebas (vrijsvraak) dalam sistem peradilan pidana.

0 0 32

PENGABAIAN FAKTA-FAKTA PERSIDANGAN OLEH JUDEX FACTIE SEBAGAI DASAR PENGAJUAN KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN BEBAS PERKARA PENGGELAPAN DALAM JABATAN (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 1455 K / Pid / 2013).

0 0 12

TINJAUAN TENTANG KESALAHAN PENERAPAN HUKUM PEMBUKTIAN OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI TIPIKOR BANDUNG SEBAGAI ALASAN PENGAJUAN KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN BEBAS PERKARA KORUPSI (Studi Kasus Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1692 K/Pid.Sus/2014).

0 0 14

Tinjauan Diabaikannya Pasal 197 ayat (1) huruf d KUHAP oleh Hakim Sebagai Dasar Alasan Pengajuan Kasasi Penuntut Umum Terhadap Putusan Bebas Dalam Perkara Pemalsuan Uang.

0 0 15

TINJAUAN TENTANG PENGAJUAN KASASI OLEH PENUNTUT UMUM ATAS DASAR PUTUSAN PENGADILAN NEGERI YANG TERLALU RINGAN (STUDI PERKARA PERLINDUNGAN ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 828 K/PID.SUS/2012).

0 1 1

TELAAH YURIDIS PENGESAMPINGAN HUKUM PEMBUKTIAN OLEH JUDEX FACTIE SEBAGAI DASAR PENGAJUAN KASASI PENUNTUT UMUM KEJAKSAAN NEGERI SURABAYA TERHADAP PUTUSAN BEBAS DALAM PERKARA PENGGADAIAN TANAH SECARA MELAWAN HUKUM (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG N

0 0 11