PEMBAHASAN Drs. Eddy Syahrial, M.S

67

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah penelitian yang dilaksanakan pada pasien-pasien yang menjalani pembedahan elektif dengan anastesi umum intubasi endotrakhea. Dari karakteristik sampel penelitian yang terdapat pada kedua kelompok, dilihat dari umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, BMI, TDS, TDD, TAR, denyut jantung dan RPP, tidak dijumpai perbedaan bermakna antara dua kelompok, yang berarti kedua kolompok relatif sama dan layak untuk dibandingkan. Dalam penelitian ini dibandingkan respon hemodinamik akibat tindakan laringoskopi dan intubasi endotrakhea antara kelompok yang diberikan fentanyl 2 µgkgBB intravena + magnesium sulfat 30 mgkgBB intravena dengan kelompok yang diberikan fentanyl 2 µgkgBB intravena + lidokain 1.5 mgkgBB intravena. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap perubahan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan arteri rerata, frekwensi denyut jantung dan RPP. Pengukuran dilakukan pada beberapa waktu pengamatan, pada saat awal masuk ruang operasibasal T0, setelah diberikan magnesium sulfat 30 mgkg pada kelompok A atau dekstrose 5 pada kelompok B T1, setelah diberikan normal salin pada kelompok A atau setelah diberikan lidokain 1,5 mgkg pada kelompok B T2, setelah diberikan obat induksi anastesi T3, setelah satu menit tindakan intubasi T4, setelah tiga menit tindakan intubasi T5 dan setelah lima menit tindakan intubasi T6. Pada pengamatan saat T1 yaitu setelah diberikan magnesium sulfat 30 mgkg, pada kelompok A terjadi penurunan TDS sebesar 1,95, penurunan TDD sebesar 6,84, penurunan TAR sebesar 4,6, peningkatan DJ sebesar 10,43 dan peningkatan RPP sebesar 8.69 dibanding dengan saat basal T0, sementara pada kelompok B yang diberikan plasebo Dektrose 5, TDS menurun sebesar 5, TDD menurun sebesar 4,21, TAR menurun sebesar 4,56, DJ meningkat sebesar 3,51 dan RPP menurun sebesar 1,3 bila dibandingkan dengan basal. Universitas Sumatera Utara 68 Pada pengamatan saat T2, pada kelompok A yang diberikan normal salin, terjadi penurunan TDS sebesar 7,16, penurunan TDD sebesar 9, penurunan TAR sebesar 8,15, penurunan DJ sebesar 3,5 dan penurunan RPP sebesar 9,7 bila dibandingkan dengan basal, sementara pada kelompok B yang diberikan lidokain 1,5 mgkg, terjadi penurunan TDS 13,23, penurunan TDD 11,8, penurunan TAR sebesar 12,45, penurunan DJ sebesar 7,7, dan penurunan RPP sebesar 19,51 dibandingkan dengan basal. Setelah diberikan obat induksi T3, pada kelompok A terjadi penurunan TDS sebesar 11,6, penurunan TDD sebesar 16, penurunan TAR sebesar 18,16, penurunan DJ sebesar 14,35 dan penurunan RPP sebesar 24,27 dibandingkan dengan basal. Sedangkan pada kelompok B, terjadi penurunan TDS 11,98, penurunan TDD 12,46, penurunan TAR 11,42, penurunan DJ sebesar 12,45, dan penurunan RPP sebesar 22,61 bila dibandingkan dengan basal. Pada saat satu menit setelah tindakan intubasi T4, bila dibandingkan dengan basal T0 pada kelompok A terjadi penurunan bermakna TDS sebesar 6,39 p0,05, penurunan TDD sebesar 2,59 p0,05, penurunan TAR sebesar 4,33 p0,05, peningkatan bermakna DJ sebesar 12,20 p0,05, serta peningkatan RPP sebesar 5,26 p0,05. Bila dibandingkan dengan T3, pada kelompok A terjadi peningkatan bermakna TDS sebesar 5.89 p0,05, peningkatan bermakna TDD sebesar 16,46 p0,05, peningkatan bermakna TAR sebesar 16,85 p0,05, peningkatan bermakna DJ sebesar 31,01 p0,05 dan peningkatan bermakna RPP sebesar 38,99 p0,05. Pada kelompok B, bila saat T4 dibandingkan dengan T0, terjadi penurunan bermakna TDS sebesar 7,32 p0,05, penurunan TDD sebesar 5,2 p0,05, Penurunan TAR sebesar 6,15 p0,05, peningkatan bermakna denyut jantung sebesar 11,54 p0,05, dan peningkatan RPP sebesar 4,57 p0,05. Bila saat T4 dibandingkan dengan T3, pada kelompok B, terjadi peningkatan TDS sebesar 5,29 p0,05, peningkatan TDD sebesar 8,29 p0,05, peningkatan TAR sebesar 5,94 p0,05, peningkatan bermakna DJ sebesar 27,39 p0,05 dan peningkatan bermakna RPP sebesar 35,11 p0,05. Universitas Sumatera Utara 69 Pada saat tiga menit setelah tindakan intubasi T5, pada kelompok A, bila dibandingkan dengan T0, terjadi penurunan bermakna TDS sebesar 10,88 p0,05, penurunan bermakna TDD sebesar 9,09 p0,05, penurunan bermakna TAR sebesar 9,91 p0,05, peningkatan DJ sebesar 11,35 p0,05, dan peningkatan RPP sebesar 0,09 p0,05. Pada kelompok B, bila dibandingkan T5 dengan T0, terjadi penurunan bermakna TDS sebesar 13,34 p0,05, penurunan bermakna TDD sebesar 12,63 p0,05, penurunan bermakna TAR sebesar 12,96 p0,05, peningkatan DJ sebesar 9,49 p0,05, dan penurunan RPP sebesar 5,21 p0,05. Pada saat lima menit setelah tindakan intubasi T6, pada kelompok A, bila dibandingkan dengan T0, terlihat terjadi penurunan bermakna TDS sebesar 13,69 p0,05, penurunan bermakna TDD sebesar 12,56 p0,05, penurunan bermakna TAR sebesar 13,36 p0,05, peningkatan DJ sebesar 4,83 p0,05, dan penurunan RPP sebesar 8,89 p0,05. Pada kelompok B, bila dibandingkan T0 dengan T6, terlihat terjadi penurunan bermakna TDS sebesar 14,09 p0,05, penurunan bermakna TDD sebesar 12,21 p0,05, penurunan bermakna TAR sebesar 13,05 p0,05, peningkatan DJ sebesar 5,23 p0,05, dan penurunan RPP sebesar 9,55 p0,05. Dari uraian diatas terlihat dengan pemberian magnesium sulfat 30 mgkg pada kelompok A, terjadi kecenderungan penurunan TDS, TDD, dan TAR dari waktu ke waktu hingga mencapai nilai terendahnya setelah diberikan obat induksi anastesi T3, hal tersebut menunjukkan bahwa dengan pemberian magnesium sulfat bersama-sama dengan obat-obatan yang lain seperti midazolam, fentanyl dan propofol akan menyebabkan penurunan TDS, TDD dan TAR. Setelah pemberian magnesium sulfat T1, terjadi peningkatan DJ dan RPP, namun kemudian mengalami penurunan dan juga mencapai nilai terendahnya setelah diberikan obat induksi anastesi T3. Pada saat satu menit setelah tindakan laringoskopi dan intubasi T4, terjadi peningkatan TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP bila dibandingkan dengan setelah pemberian obat induksi anastesi T3, namun kenaikan TDS, TDD dan TAR tersebut tidaklah melebihi nilai basal T0, tetapi pada DJ dan RPP terjadi peningkatan yang melebihi nilai basal, dan terlihat Universitas Sumatera Utara 70 peningkatan pada DJ sebesar 12,20 dari basal merupakan peningkatan yang bermakna, walaupun demikian peningkatan tersebut tidaklah melebihi 20 dari nilai basal T0. Pada saat tiga menit setelah intubasi T5 TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP kembali menurun, dan pada saat lima menit setelah intubasi T6, juga terjadi penurunan kembali. Peningkatan TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP pada saat 1 menit setelah tindakan intubasi T4 terjadi akibat munculnya refleks simpatis yang diprovokasi oleh stimulasi pada oro-laringofaring pada saat tindakan laringoskopi dan intubasi 15 . Stimulasi pada oro-laringofaring tersebut akan menyebabkan peningkatan aktifitas simpatis dan simpatoadrenal yang akan meningkatkan konsentrasi amine simpatis dalam plasma adrenalin dan noreadrenalin. 3,7,24 Pada saat 3 menit setelah intubasi T5 terlihat TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP mengalami penurunan, hal itu menunjukkan bahwa konsentrasi amine simpatis dalam plasma katekolamin plasma sudah mulai mengalami penurunan. Pada saat 5 menit setelah tindakan intubasi T6 TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP terlihat semakin menurun lagi, hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi katekolamin plasma sudah semakin menurun lagi dan mendekati kadar normal dalam plasma. Jika dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung pada T1 dibandingkan dengan T0 pada kelompok A, maka terlihat terjadi peningkatan sebesar 10,43 pada saat T1 dibandingkan basal T0 dan peningkatan itu merupakan peningkatan yang bermakna p0,05. Peningkatan frekuensi denyut jantung yang terjadi setelah pemberian magnesium sulfat T1 sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nooraei N dkk 29 , Kothari D dkk 63 , serta Kumar S dkk 64 . Pada penelitian oleh Kothari D dkk, terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung sebesar 11,3 dari nilai basal setelah pemberian magnesium sulfat 20 mgkgBB yang diberikan selama 2 menit pasien ASA 1 dan 2 63 dan pada penelitian oleh Kumar S dkk, terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung sebesar 15,18 dari basal setelah pemberian magnesium sulfat 60 mgkgBB 1 menit sebelum tindakan laringoskopi dan intubasi pasien ASA 1 dan 2 64 . Pada penelitian ini terjadi peningkatan sebesar 10,43 dari basal setelah pemberian magnesium sulfat 30 mgkgBB. Pemberian magnesium sulfat dapat menyebabkan peningkatan minimal pada Universitas Sumatera Utara 71 frekuensi denyut jantung yang kemungkinan disebabkan oleh penghambatan dari pelepasan asetilkolin dari nervus vagus 29,61,63 . Pada kelompok B, pemberian lidokain 30 mgkg juga menyebabkan kecendrungan penurunan TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP, yang secara bersama- sama dengan obat lainnya akan menyebabkan semakin terjadi penurunan, seperti terlihat pada saat T3. Pada saat satu menit setelah tindakan laringoskopi dan intubasi T4, terjadi peningkatan TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP bila dibandingkan dengan setelah pemberian obat induksi anastesi T3, namun kenaikan TDS, TDD dan TAR tersebut juga tidak melebihi nilai basal T0, tetapi pada DJ dan RPP terjadi peningkatan yang melebihi nilai basal, dan terlihat peningkatan pada DJ sebesar 11,54 dari basal merupakan peningkatan yang bermakna, akan tetapi peningkatan tersebut juga tidaklah melebihi 20 dari nilai basal T0. Pada saat tiga menit setelah intubasi T5 TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP kembali menurun, demikian juga pada saat lima menit setelah intubasi T6, terjadi penurunan kembali. Seperti halnya pada kelompok A, peningkatan TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP pada kelompok B setelah satu menit tindakan intubasi T4 juga disebabkan oleh peningkatan konsentrasi amine simpatis dalam plasma adrenalin dan noreadrenalin. Pada saat 3 menit setelah intubasi T5 terlihat TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP mengalami penurunan, hal itu juga menunjukkan bahwa konsentrasi amine simpatis dalam plasma katekolamin plasma sudah mulai mengalami penurunan. Dan pada saat 5 menit setelah intubasi T6, TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP terlihat lebih menurun lagi, yang menggambarkan konsentrasi katekolamin plasma mulai mendekati kadar normal. Dari penelitian Gupta R dkk, pada kelompok penelitian yang mendapat pemberian fentanyl 2 µgkgBB intravena + lidokain 1.5 mgkgBB intravena yang diberikan sebelum tindakan laringoskopi dan intubasi terbukti dapat mencegah peningkatan TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP. Pada penelitian tersebut terjadi penurunan TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP bila dibandingkan nilai basal dengan saat menit ke-1, ke-2, ke-3, ke-5 dan ke-10 setelah tindakan intubasi 27 . Pada penelitian ini dijumpai hasil yang sedikit berbeda dengan hasil yang didapati oleh Gupta R dkk 27 . Pada penelitian ini, pada kelompok B fentanyl 2 µgkgBB Universitas Sumatera Utara 72 intravena + lidokain 1.5 mgkgBB intravena terjadi peningkatan yang bermakna dari frekuensi denyut jantung 11,54 saat satu menit setelah tindakan intubasi dibandingkan dengan nilai basal. Adanya perbedaan ini kemungkinan disebabkan dipakai atau tidaknya obat anastesi inhalasi setelah tindakan intubasi, dimana pada penelitian oleh Gupta R dkk 27 , setelah tindakan intubasi, ventilasi diberikan nitrous oksida dan oksigen 50:50, serta isofluran, sedangkan pada penelitian ini, setelah tindakan intubasi, ventilasi hanya mengunakan oksigen hingga selesai penilaian hemodinamik setelah menit ke-5 tindakan intubasi. Dan sebagaimana telah diketahui, bahwa obat anastesi inhalasi juga dapat mencegah peningkatan hemodinamik akibat laringoskopi dan intubasi. Jika kelompok A dan kelompok B dibandingkan, pada pengamatan saat T1, tidak terdapat perbedaan bermakna pada TDS, TDD, dan TAR, namun dijumpai adanya perbedaan bermakna untuk parameter DJ dan RPP dengan nilai p masing-masing 0,016 dan 0,029. Rerata DJ pada kelompok A adalah 95,93 xmenit dan kelompok B 84,33 xmenit. Rerata RPP pada kelompok A juga tampak lebih tinggi yaitu 12327,2 sedangkan pada kelompok B dengan rerata RPP 10551,73. Perbandingan pengamatan saat T2 antara kedua kelompok, juga tidak terdapat perbedaan bermakna pada TDS, TDD dan TAR, tetapi terdapat perbedaan yang bermakna untuk parameter denyut jantung dan RPP dengan nilai p masing-masing 0,005 dan 0,007. Rerata denyut jantung pada kelompok A adalah 84,13 xmenit dan kelompok B 75,2 xmenit. Rerata RPP pada kelompok A pada pengamatan T2 yaitu 9340,4 sedangkan pada kelompok B dengan rerata RPP 8515,63. Perbandingan pengamatan saat setelah pemberian obat induksi anastesi T3 antara kedua kelompok, tidak dijumpai adanya perbedaan bermakna dari TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP pada kedua kelompok tersebut. Pada pengamatan saat satu menit setelah intubasi T4, tidak dijumpai adanya perbedaan bermakna pada TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP antara kedua kelompok. Universitas Sumatera Utara 73 Pada pengamatan saat tiga menit setelah intubasi T5 dan saat lima menit setelah intubasi T6 tidak dijumpai perbedaan bermakna dari perubahan yang terjadi antara dua kelompok tersebut. Dan bila dibandingkan dengan nilai basal T0, tidak ada dijumpai peningkatan yang bermakna. RPP merupakan perkalian antara tekanan darah sistolik dan denyut jantung. Nilai normalnya kurang dari 12000. RPP yang meningkat diatas 20000 selalu dikaitkan dengan munculnya iskemi miokard dan angina 2,15 . Pada penelitian ini, baik pada kelompok lidokain, maupun pada kelompok magnesium sulfat, terlihat mampu menahan terjadinya peningkatan RPP tidak mencapai 20000, baik pada menit pertama, ketiga dan kelima setelah tindakan intubasi. Dari hasil penelitian ini, dijumpai efek pemberian fentanyl 2 µgkgBB intravena + magnesium sulfat 30 mgkgBB intravena dan pemberian fentanyl 2 µgkgBB intravena + lidokain 1,5 mgkgBB intravena efektif dalam mengurangi respon peningkatan hemodinamik akibat tindakan laringoskopi dan intubasi, dan jika keduanya dibandingkan, tidak dijumpai perbedaan respon hemodinamik yang bermakna antara kedua kelompok setelah tindakan laringoskopi dan intubasi pada menit ke-1 T4, menit ke-3 T5, dan menit ke-5 T6. Universitas Sumatera Utara 74

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN