BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep dalam penelitian ini dijelaskan dalam skema berikut :
3.2. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Defenisi Operasional VARIABEL ALAT UKUR
CARA UKUR
HASIL UKUR SKALA
UKUR Riwayat
Asupan Nutrisi
Kuesioner SGA Wawancara
Kategori :
Nutrisi baik;
Malnutrisi ringan atau
dicurigai malnutrisi; dan
Malnutrisi buruk.
Nominal
Pemeriksaan Fisik
Kuesioner SGA dan Alat Ukur Smic
timbangan dan tinggi badan milik Poli PD
HOM. Pemeriksaan
fisik langsung
Nutrisi baik
Malnutrisi ringan
Malnutrisi sedang
Malnutrisi buruk
Nominal Riwayat Asupan Nutrisi
sesuai kuesioner SGA
Pemeriksaan Fisik sesuai kuesioner SGA
Status Nutrisi Pasien berdasarkan Kuesioner SGA
Universitas Sumatera Utara
1.
Subjective Global Assessment SGA merupakan alat bantu untuk
menentukan status nutrisi pasien. Alat ini sudah banyak digunakan oleh para ahli dan peneliti dalam hal menentukan gambaran status pada sebagian besar
pasien penderita penyakit kronis. SGA merupakan metode yang simpel untuk menilai status nutrisi yang akan peneliti lakukan dengan cara wawancara
dengan pasien dan pemeriksaan fisik. Kemudian peneliti menetapkan pasien tersebut ke dalam 3 kelompok antara lain:
a SGA-A yang menyatakan status nutrisi pasien baik,
b SGA-B yang menyatakan status nutrisi pasien sedang curiga mengalami
malnutrisi, dan c
SGA-C yang menyatakan status nutrisi pasien buruk.
2. Riwayat fisik adalah riwayat dari segala hal yang mempengaruhi kecukupan
nutrisi pasien perubahan berat badan, perubahan asupan makanan, gejala gastrointestinal, kapasitas fungsional, penyakit dan hubungannya terhadap
kebutuhan asupan nutrisi diagnosis primer.
3. Pemeriksaan fisik adalah pengukuran ketebalan lemak subkutaneus, lapisan
otot, terdapat oedem dan ascites atau tidak.
Hasil pengukuran riwayat fisik dan pemeriksaan fisik akan diakumulasi dan ditentukan klasifikasinya, berdasarkan 3 kelompok seperti berikut :
a Nutrisi baik;
b Sedang atau diduga malnutrisi; dan
c Malnutrisi berat.
4. Pengkuran berat badan dan tinggi badan dilakukan untuk menghitung indeks
massa tubuh IMT. IMT dikalkulasi dengan cara berat badan dibagi tinggi badan kuadrat kg
�
2
. Pengukuran ini dilakukan pada pasien sebelum menjalani wawancara dan pemeriksaan fisik sesuai kuesioner SGA. Data IMT
Universitas Sumatera Utara
akan ditabulasi silang dengan SGA untuk melihat kelompok IMT manakah yang lebih cenderung untuk mengalami malnutrisi.
Klasifikasi kategori BMI sesuai rekomendasi WHO 2000: Tabel 3.2. Kategori BMI Asia.
Kategori BMI kgm2
BMI Asia kgm2 Underweight
18,5 18,5
Normoweight 18,5-24,9
18,5 – 22,9 Overweight
≥ 25 ≥ 23
Pre-obese 25,0 - 29,9
23,0 - 24,9 Obese I
30,0 - 34,9 25,0 - 29,9
Obese II 35,0 - 39,9
≥ 30 Obese III
≥ 40
5. Umur pada pasien keganasan dibagi dalam beberapa kelas dengan panjang
kelas 5 tahun. Umur pada sampel didapatkan dengan wawancara dan kemudian dimasukkan sesuai kelompok umurnya. Kelompok umur tersebut
akan ditabulasi silang dengan SGA untuk melihat kelompok umur manakah yang lebih cenderung untuk mengalami malnutrisi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian