2.5. MALNUTRISI PADA PASIEN KANKER
Malnutrisi pada pasien kanker atau kaheksia kanker merupakan sindrom yang ditandai dengan penurunan berat badan, anoreksia, asthenia, dan anemia.
Berbagai faktor malnutrisi kanker yang dikenal sebagai kaheksia telah lama dilaporkan, namun belum dapat dipastikan dan diduga penyebabnya multifaktorial
yaitu menurunnya asupan nutrisi dan perubahan metabolisme di dalam tubuh. Menurunnya asupan nutrisi terjadi akibat menurunnya asupan makanan per oral
karena anoreksia, mual muntah, perubahan persepsi rasa dan bau, efek lokal dari tumor odinofagi, disfagi, obstruksi gasterintestinal, malabsorbsi, early satiety,
faktor psikologis depresi, ansietas, dan efek samping terapi Gupta, Vashi, Lammersfeld, Braun, 2011.
Dahulu, pandangan klasik menyatakan bahwa kaheksia kanker terjadi akibat ketidakseimbangan energi, yaitu menurunnya asupan makanan dan
meningkatnya konsumsi energi. Namun kini pandangan yang lebih modern menitikberatkan pada peran sitokin yang menyebabkan terjadinya anoreksia dan
perubahan metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat. Sitokin yang berperan dapat diproduksi dari tubuh IL-1, IL-
6, TNFα, IFNϒ dan dapat berasal dari sel kanker PIFproteolysis-introducing factor, LMF lipid mobilizing factor Gupta,
Vashi, Lammersfeld, Braun, 2011.
2.6. ANOREKSIA
Anoreksia adalah menurunnya keinginan untuk makanan dan merupakan salah satu gejala paling sering pada kaheksia kanker. Penyebab dan mekanisme
anoreksia pada kanker sangat kompleks dan multifaktorial, bisa terjadi karena perubahan rasa kecap yang menyebabkan pasien menolak makanan tertentu, stres
psikologis, efek samping, terapi kanker maupun terjadi karena peran sitokin dalam regulasi makanan di hipotalamus melalui jaras anoreksigenik dan oroksigenik
yang melibatkan leptin dan neuropeptida Y Gupta, Vashi, Lammersfeld, Braun, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Leptin adalah hormon yang disekresikan oleh jaringan adiposa yang berperan menstimulasi respon starvasi. Jika kadar leptin di otak rendah, maka
akan meningkatkan aktivitas sinyal oroksigenik di hipotalamus yang akan menstimulasi keinginan untuk makan dan mensupresi energy expenditure serta
menurunkan sinyal anoreksigenik. Sedangkan neuropeptida Y adalah peptida yang paling poten dalam menstimulasi keinginan makan dan terkait dengan jaras
oroksigenik lainnya seperti galanin, peptida opioid, melanin-concentrating hormoneMCH, oreksin, dan agouti-related peptidaAGRP Gupta, Vashi,
Lammersfeld, Braun, 2011. Pada kaheksia kanker, peran sitokin dapat menstimulasi jaras anoreksigenik
dalam jangka panjang. Interleukin-1, IL- 6 dan TNFα dapat menstimulasi
pelepasan leptin sehingga meningkatkan aktivitas jaras anoreksigenik. Selain itu beberapa sitokin dapat menembus blood brain barrier dan menginhibisi pula jaras
oroksigenik. Serotonin juga mempunyai efek dalam terjadinya anoreksia pada kanker. Peningkatan level triptofan prekursor serotonin di plasma dan otak serta
peningkatan level triptofan prekursor serotonin di plasma dan otak serta peningkatan IL-1 dapat meningkatkan aktivitas serotonergik Gupta, Vashi,
Lammersfeld, Braun, 2011.
2.7. PERUBAHAN METABOLISME