Sistematika Penulisan Pengertian Umum Pondasi

7. Untuk penurunan, tanah lempung setebal 10 m dengan variasi: 1 lapisan tebal 10 m; 2 lapisan dengan tebal 5 m; 5 lapisan dengan tebal 2 m; 10 lapisan dengan tebal tiap lapisan 1 m. 8. Pada perhitungan penurunan, besar beban yang terjadi disetiap lapisan tanah yang ditinjau menggunakan teori Boussinesq. 9. Data tanah disetiap lapisan tanah dianggap sama. Antara 1 lapisan, 2 lapisan, 5 lapisan dan 10 lapisan. 10. Perhitungan besar penurunan konsolidasi primer menggunakan teori Terzaghi 1 dimensi. S = � � . ℎ 1+ � log ��+∆� �� 11. Pada perhitungan penurunan, menggunakan data-data sekunder: • Posisi muka air tanah: Tipe A 1 m dibawah muka tanah Tipe B 4 m dibawah muka tanah • Tebal tanah lempung 10 m; berat tanah normal: 17 kNm 2 ; berat tanah saturated: 20 kNm 2 ; Cc = 0,5; e o = 1 12. Indeks pemampatan C c dan angka pori awal e o pada setiap titik lapisan yang ditinjau diasumsikan sama.

I.5. Sistematika Penulisan

Rancangan sistematika penulisan secara keseluruhan pada tugas akhir ini terdiri dari 5 lima bab, uraian masing-masing bab adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Universitas Sumatera Utara Bab ini berisi tentang umum, tujuan, latar belakang, permasalahan dan metodologi, serta sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka Bab ini mencakup segala hal yang berhubungan dengan desain fondasi telapak tunggal dan kombinasi, serta perhitungan penurunan pondasi telapak. Bab III : Metodologi Bab ini berisi tentang tahapan-tahapan perencanaan pondasi telapak serta evaluasi penurunan pondasi. Bab IV : Analisis dan Pembahasan Bab ini berisi tentang perhitungan kontrol tegangan dasar pondasi, kontrol tegangan geser 1 arah dan 2 arah, momen yang terjadi pada pondasi, penulangan pondasi telapak tunggal dan pondasi kombinasi, penurunan pondasi telapak tunggal, serta analisis yang diperoleh dari perhitungan tersebut. Bab IV : Kesimpulan dan Saran Bab ini mencakup tentang kesimpulan dari permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini serta saran dari penulis. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Tanah Secara Umum

Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefenisikan sebagai material yang terdiri dari agregat butiran mineral-mineral padat yang tidak tersementasi terikat secara kimia satu sama lain dan bahan-bahan organik yang telah melapuk yang berpartikel padat disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut. Material ini berasal dari hasil pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat teknis tanah, kecuali dipengaruhi oleh sifat batuan induk yang merupakan material asalnya, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang menjadi penyebab terjadinya pelapukan batuan tersebut. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil, disamping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan. Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau dan lempung digunakan dalam teknik sipil untuk membedakan jenis-jenis tanah.

II.1.1. Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa kedalam kelompok-kelompok dan subkelompok-kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat- sifat umum tanah yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang terinci. Universitas Sumatera Utara Pada umumnya, tanah diklasifikasikan sebagai tanah yang kohesif dan tidak kohesif atau sebagai tanah yang berbutir kasar dan halus. Beberapa macam sistem klasifikasi tanah:

II.1.2. Klasifikasi Berdasarkan Tekstur

Dalam arti umum, yang dimaksud dengan tekstur tanah adalah keadaan permukaan tanah yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh tiap-tiap butir yang ada didalam tanah. Klasifikasi sistem tekstur ini dikembangkan oleh departemen pertanian Amerika Serikat U.S Departement of Agriculture . Sistem ini didasarkan pada ukuran batas dari butiran tanah seperti yang diterangkan pada table, yaitu: Pasir: butiran dengan diameter 2,0 sampai 0,05 mm. Lanau: butiran dengan diameter 0,05 sampai 0,02 mm. Lempung: butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm.

II.1.3. Klasifikasi Sistem Kesatuan Tanah Unified Soil Classification System

Sistem klasifikasi unified mengelompokkan tanah kedalam 2 kelompok besar: • Tanah berbutir kasar coarse-grained-soil , yaitu: tanah kerikil dan pasir dimana kurang dari 50 berat total contoh tanah lolos ayakan No.200. symbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G atau S.G adalah untuk kerikil gravel atau tanah berkerikil dan S adalah untuk pasir sand atau tanah berpasir. Universitas Sumatera Utara • Tanah berbutir halus fine-grained-soil , yaitu tanah dimana lebih dari 50 berat total contoh tanah lolos ayakan No.200 simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf M untuk lanau silt anorganik, C untuk lempung clay anorganik, dan O untuk lanau organic dan lempung organic.

II.1.4. Sistem Klasifikasi AASHTO

Sistem klasifikasi ini didasarkan pada criteria: • Ukuran butir. Kerikil: bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter 75 mm. Dan tertahan pada ayakan No.20 2 mm. Pasir bagian tanah yang lolos ayakan No.10 dan tertahan pada ayakan No.200. Lanau dan lempung bagian tanah yang lolos ayakan No.200. • Plastisitas Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas PI sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung dipakai bilamana bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas sebesar 11 atau lebih.

II.2. Pengertian Umum Pondasi

Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, menara, damtanggul dan sebagainya harus mempunyai pondasi yang mendukungnya. Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk mendefinisikan suatu konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penopang Universitas Sumatera Utara bangunan dan meneruskan beban bangunan di atasnya upper structure ke lapisan tanah atau batuan yang berada dibawahnya. Persyaratan yang menjadi pertimbangan dalam mendesain pondasi adalah sebagai berikut: a. Pondasi harus cukup kuat untuk mencegah penurunan settlement dan perputaran rotasi yang berlebihan. lihat Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 s = besar penurunan Gambar 2.1. Penurunan Pondasi θ = perputaran sudut Gambar 2.2. Perputaran Pondasi b. Tidak terjadi penurunan setempat yang terlalu besar bila dibandingkan dengan penurunan pondasi didekatnya lihat Gambar 2.3 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3. Sloof patah karena penurunan pondasi kiri terlalu kecil. c. Cukup aman terhadap bahaya longsor. lihat Gambar 2.4 Gambar 2.4. Bahaya longsor pondasi d. Cukup aman terhadap bahaya guling lihat Gambar 2.5 Gambar 2.5. Bangunan terguling oleh beban gempa e. Pondasi aman terhadap bahan-bahan reaktif awet, tidak boleh retak dan tidak boleh melentur berlebihan. Universitas Sumatera Utara f. Pondasi ekonomis baik tinjauan struktur maupun pelaksanaan. g. Pondasi ramah lingkungan. h. Pondasi fleksibel terhadap kondisi sekitar perencana harus meninjau kondisi lapangan sebelum mendesain pondasi. Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi dangkal shallow foundation dan pondasi dalam deep foundation, tergantung dari letak tanah kerasnya dan perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi. Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung secara langsung, seperti: pondasi telapak, pondasi memanjang, dan pondasi rakit. Pondasi dalam didefenisikan sebagai pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batuan yang terletak relatif jauh dari permukaan, contohnya pondasi sumuran dan pondasi tiang. • Pondasi telapak adalah pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom. • Pondasi memanjang adalah pondasi yang digunakan untuk mendukung dinding memanjang atau digunakan untuk mendukung sederetan kolom- kolom yang berjarak sangat dekat, sehingga bila dipakai pondasi telapak sisi-sisinya akan berimpit satu sama lain. • Pondasi rakit adalah pondasi yang digunakan untuk mendukung bangunan yang terletak pada tanah lunak, atau digunakan bila susunan kolom-kolom jaraknya sedemikian dekat disemua arahnya sehingga bila dipakai pondasi telapak sisi-sisinya akan berimpit satu sama lain. Universitas Sumatera Utara • Pondasi sumuran atau kaison merupakan bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang, digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang relatif dalam. Macam-macam tipe pondasi: a. Pondasi memanjang. b. Pondasi telapak. c. Pondasi sumuran. d. Pondasi tiang. a b c d e Gambar 2.6. Macam-macam tipe pondasi: a pondasi memanjang, b pondasi telapak, c pondasi rakit, d pondasi sumuran, e pondasi tiang Hardiyatmo, 1996 Universitas Sumatera Utara II.3. Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal II.3.1 Tipe Keruntuhan Pondasi