Klasifikasi Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA

Universitas Sumatera Utara Menurut Kemenkes RI 2012 dalam Pedoman Pengendalian ISPA, ISPA diklasifikasikan menjadi: 1. ISPA Pneumonia, merupakan ISPA yang sampai mengenai jaringan paru- paru alveoli. 2. ISPA bukan Pneumonia, merupakan penyakit yang dikenal masyarakat dengan istilah batuk dan pilek common cold. Berdasarkan kelompok umur, ISPA diklasifikasikan lagi menjadi : 1. Kelompok Umur 2 bulan – 5 tahun - Pneumonia berat, apabila terdapat gejala batuk danatau sukar bernapas disertai adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam chest indrawing. - Pneumonia, apabila terdapat gejala batuk danatau sukar bernapas disertai napas cepat sesuai golongan umur : 2 bulan – 1 tahun : 50 kali atau lebihmenit 1 – 5 tahun : 40 kali atau lebihmenit - Bukan pneumonia, apabila hanya terdapat gejala batuk danatau sukar bernapas. 2. Kelompok umur 2 bulan - Pneumonia berat, apabila terdapat gejala batuk danatau sukar bernapas disertai napas cepat 60 kali per menit atau tarikan kuat dinding dada bagian bawah ke dalam chest indrawing. - Bukan pneumonia, apabila hanya terdapat gejala batuk danatau sukar bernapas. Universitas Sumatera Utara 2.1.5. Faktor Risiko Ada 3 faktor yang menetukan terjadinya ISPA, yaitu : 1. Faktor mikroorganisme penyebab Penyebab tersering ISPA adalah virus karena sifatnya yang mudah menular sehingga angka kejadian ISPA di masyarakat menjadi tinggi. Akan tetapi, ISPA yang disebabkan virus ini tidak memerlukan tatalaksana khusus karena bersifat self limiting. 2. Faktor penjamu - Usia Mikroorganisme penyebab ISPA sangat banyak jenisnya dan bisa menyerang segala usia sehingga infeksi saluran pernapasan akut dapat terjadi pada siapa saja baik pada anak-anak maupun dewasa Elyana dan Chandra, 2013. ISPA lebih sering terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun Riskesdas, 2013. Anak berusia 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA lebih besar dari pada anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi mungkin karena pada anak usia 2 tahun belum memiliki imunitas yang sempurna dan lumen saluran pernapasan yang relatif sempit Daulay, 2008. Kasus ISPA banyak terjadi pada usia yang lebih muda karena daya tahan tubuh yang masih rendah Santoso, 2007. - Jenis kelamin Pada suatu penelitian, laki-laki lebih banyak menglami ISPA daripada perempuan Layuk, Noer dan Wahiduddin, 2012. Tetapi dalam Riskesdas 2013, tidak ada perbedaan angka kejadian ISPA pada laki-laki maupun perempuan. Memang ada sedikit perbedaan anatomi saluran napas antara anak laki-laki dan perempuan, namun hal ini tidak mempengaruhi kejadian ISPA Elyana dan Chandra, 2013. - Berat badan lahir ISPA cenderung terjadi pada balita dengan berat badan lahir rendah BBLR dibandingkan dengan balita tidak BBLR Layuk, Noer dan Wahiduddin, 2012. Bayi BBLR memiliki sistem pertahanan tubuh Universitas Sumatera Utara yang belum sempurna yang mengakibatkan bayi BBLR mempunyai daya tahan tubuh yang rendah. Selain itu, bayi BBLR juga memiliki pusat pengaturan pernapasan yang belum sempurna, surfaktan paru- paru masih kurang, otot-otot pernapasan dan tulang iga yang masih lemah, dan dapat disertai penyakit hialin membran. Bayi BBLR juga mudah mengalami infeksi paru-paru dan gagal pernapasan Ibrahim, 2011. - Status Gizi Status gizi menggambarkan baik atau buruknya konsumsi zat gizi seseorang. Zat gizi diperlukan untuk pembentukan sistem kekebalan tubuh seperti antibodi. Semakin baik zat gizi yang dikonsumsi seseorang maka semakin baik pula status gizinya sehingga sistem kekebalan tubuhnya pun semakin baik. Infeksi saluran pernafasan akut merupakan penyakit yang sebagian besar disebabkan oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus sangat dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang baik menyebabkan tubuh kebal terhadap serangan virus. Selain itu kesembuhan dari penyakit akibat serangan virus juga akan menjadi lebih cepat Elyana dan Chandra, 2013. Berdasarkan penelitian, anak dengan malnutrisi lebih sering mengalami ISPA daripada anak dengan nutrisi yang cukup. - Status Imunisasi Daya tahan tubuh anak yang rendah dapat mempengaruhi terjadinya ISPA. Anak yang tidak mendapatkan imunisasi secara lengkap cenderung akan mengalami ISPA. Namun, hubungan status imunisasi dengan kejadian ISPA tidak terjadi secara langsung. Kebanyakan kasus ISPA pada anak terjadi akibat komplikasi dari campak yang merupakan faktor risiko yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Jadi, pemberian imunisasi seperti imunisasi campak, dipteri, dan imunisasi lainnya bukan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap ISPA secara langsung melainkan untuk Universitas Sumatera Utara mencegah faktor risiko yang memicu terjadinya ISPA. Walaupun mendapatkan imunisasi yang lengkap, angka kejadian ISPA pada anak, khususnya balita, tetap tinggi karena belum adanya vaksin yang mencegah terjadinya ISPA secara langsung Layuk, Noer dan Wahiduddin, 2012; Evi, 2012. Daya tahan tubuh anak yang rendah dapat memicu terjadinya ISPA walaupun telah mendapatkan imunisasi yang lengkap. Kemampuan tubuh untuk menangkal suatu penyakit dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor genetik dan kualitas vaksin. Jadi, walaupun seorang anak telah menerima imunisasi lengkap, kemungkinan untuk menderita ISPA tetap ada apabila daya tahan tubuhnya menurun Layuk, Noer dan Wahiduddin, 2012. - Pemberian ASI eksklusif Pemberian ASI hingga bayi berusia 6 bulan merupakan langkah yang efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan gizi dan memberikan perlindungan bagi bayi dari serangan infeksi khususnya ISPA IDAI, 2008. ASI mengandung banyak faktor kekebalan dan bermanfaat terhadap pencegahan ISPA terutama sejak pemberian ASI di awal kelahiran bayi hingga bayi berusia 6 bulan. Salah satu faktor kekebalan terhadap ISPA yang terkandung dalam ASI adalah imunoglobulin Kristiyansari, 2009. Imunoglobulin yang banyak ditemukan pada saluran cerna dan saluran napas adalah Imunoglobulin A IgA. Sedangkan antibodi terhadap penyakit saluran pernapasan yang ditransfer dengan bantuan jaringan limfosit adalah Bronchus Assosiated Immunocompetent Lymphoid tissue BALT IDAI, 2008. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan sepuluh tahun terakhir ini menunjukkan bahwa ASI kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus. Terutama selama minggu pertama 4 sampai 6 hari payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal yang mengandung zat kekebalan imunoglobin, komplemen, lisozim, laktoferin, dan sel-sel leukosit yang sangat Universitas Sumatera Utara penting untuk melindungi bayi dari serangan infeksi. Penelitian di beberapa negara sedang berkembang menunjukkan bahwa ASI melindungi bayi terhadap infeksi saluran pernapasan berat Rosalina, 2010. Bayi yang diberi ASI ekslusif cenderung tidak pernah mengalami ISPA sedangkan bayi yang mendapatkan ASI non- eksklusif cenderung sering mengalami ISPA P. Rusca et al, 2011. Risiko anak yang diberi ASI tidak secara eksklusif lebih besar dibandingkan dengan anak yang diberi ASI secara eksklusif Widarini dan Sumasari, 2010. Menurut Roesli 2001 yang mengutip pendapat Cunningham dan Howwie 1990 bahwa kematian akibat penyakit saluran pernapasan 2 – 6 kali lebih banyak pada bayi yang diberi susu formula daripada bayi yang mendapat ASI. Balita yang menderita ISPA 5,3 kali tidak mendapatkan ASI eksklusif dibandingkan dengan anak balita yang tidak menderita ISPA Gani, 2004. - Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan dan pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan upaya penanggulangannya menyebabkan banyak kasus ISPA yang datang ke sarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti bagaimana cara mengatasinya dan bagaiamana pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA Dharmage, 2009. 3. Faktor lingkungan Keadaan fisik sekitar manusia berpengaruh terhadap kesehatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada beberapa faktor dari lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi udara, kelembaban, air dan pencemaran udara. Berkaitan dengan ISPA yang termasuk air borne disease merupakan penyakit yang penularannya melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran Universitas Sumatera Utara pernapasan Dirjend PP dan PL, 2012. Oleh karena itu udara secara epidemologi mempunyai peranan penting yang besar pada transmisi penyakit infeksi saluran pernapasan. Selain itu faktor dari lingkungan yang meningkatkan risiko terjadinya kejadian ISPA adalah cerobong asap yang dihasilkan dari pabrik, asap kenderaan di jalanan, keberadaan perokok, bahan bakar untuk memasak, kurangnya ventilasi di rumah, suhu ruangan rumah dibawah 18 C atau diatas 30 C, kepadatan hunian rumah, penggunaan antinyamuk, dan partikel-partikel debu di sekitar tempat tinggal Gulo, 2010.

2.1.6. Manifestasi Klinis

Penyakit ISPA pada anak dapat menimbulkan berbagai macam tanda dan gejala seperti batuk, kesulitan bernapas, nyeri tenggorokan, pilek, nyeri telinga dan demam Sandy dalam Gulo, 2010. Gejala ISPA dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Gejala ISPA ringan Seorang bayibalita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut : a. Batuk b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara seperti pada waktu berbicara atau menangis c. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C 2. Gejala ISPA sedang Seorang bayibalita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut : a. Pernapasan cepat fast breathing sesuai umur - Kelompok umur 2 bulan : frekuensi napas 60 kali per menit atau lebih - Kelompok umur 2 – 12 bulan : frekuensi napas 50 kali per menit atau lebih Universitas Sumatera Utara - Kelompok umur 12 bulan – 5 tahun : frekuensi napas 40 kali per menit atau lebih b. Suhu tubuh lebih dari 39°C c. Tenggorokan berwarna merah d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga f. Pernapasan berbunyi seperti mengorokmendengkur 3. Gejala ISPA Berat Seorang bayibalita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala- gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut : a. Bibir atau kulit membiru b. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun c. Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah d. Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernapas e. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba f. Tenggorokan berwarna merah Depkes RI dalam Elfia et al, 2013

2.1.7. Diagnosis

Diagnosis etiologi ISPA pada bayibalita cukup sulit ditegakkan karena pengambilan dahak sulit dilakukan. Prosedur pemeriksaan imunologi pun belum bisa memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan penyebab ISPA. Pemeriksaan darah dan pembiakan spesimen fungsi atau aspirasi paru bisa dilakukan untuk diagnosis penyebab ISPA. Cara ini cukup efektif untuk menentukan etiologi ISPA, namun cara ini dianggap merupakan prosedur yang berbahaya dan bertentangan dengan etika. Dengan pertimbangan inilah diagnosis etiologi penyebab ISPA di Indonesia didasarkan pada hasil penelitian asing melalui publikasi WHO bahwa Streptococcus, Pnemonia dan Haemophylus influenzae merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada penelitian etiologi di negara berkembang sedangkan di negara maju sering disebabkan oleh virus.

Dokumen yang terkait

Hubungan Paparan Asap Rumah Tangga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Bagian Atas pada Balita di Puskesmas Tegal Sari-Medan Tahun 2014

2 115 78

Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Bayi Dan Balita Tahun 2000-2004 Untuk Peramalan Pada Tahun 2005-2009 Di Kabupaten Simalungun

0 37 101

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Saluran Napas Atas Sebagai Salah Satu Faktor Resiko Terjadinya Otitis Media Akut Puskesmas Padang Bulan

0 38 74

HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN PERCEPATAN PENYEMBUHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS KEDUNGKANDANG

0 11 29

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) ANTARA ANAK YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF Perbedaan Angka Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Antara Anak yang Diberi ASI Eksklusif dengan yang Diberi Pengganti ASI (PASI) pada Usia

0 3 17

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) ANTARA ANAK YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF Perbedaan Angka Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Antara Anak yang Diberi ASI Eksklusif dengan yang Diberi Pengganti ASI (PASI) pada Usia

0 4 14

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN - 5 TAHUN.

0 0 5

Hubungan ASI Eksklusif terhadapKejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi di Puskesmas Padang Bulan, Medan

0 0 20

Hubungan ASI Eksklusif terhadapKejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi di Puskesmas Padang Bulan, Medan

0 1 15

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI UMUR 7-12 BULAN DI PUSKESMAS BANGUNTAPAN II BANTUL YOGYAKARTA

0 0 5