Pembahasan Hubungan ASI Eksklusif terhadapKejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi di Puskesmas Padang Bulan, Medan
Universitas Sumatera Utara
kurangnya pengetahuan ibu, faktor makanan, psikologis, dan perawatan payudara oleh ibu Kritiyansari, 2009.
Penelitian ini juga menunjukkan bayi pernah mengalami ISPA 74 dan tidak pernah mengalami ISPA 26. Dapat diartikan bahwa angka kejadian ISPA pada bayi
di wilayah penelitian cukup tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Karolina dan kawna-kawan 2011 di Denpasar mendapatkan prevalensi ISPA
54,7. Penyebab tingginya kejadian ISPA dipengauhi oleh banyak faktor, yaitu pemberian ASI eksklusif, usia anak di bawah 5 tahun, tidak diberikannya imunisasi,
berat badan lahir rendah, malnutrisi, kurangnya pendidikan orang tua, rendahnya status sosioekonomi, dan lingkungan yang kurang memadai IDAI, 2008.
Hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi dengan uji chi square didapati RP=1,5; 95CI=1,30-1,63; p=0,006 yang
berarti ada hubungan antara keduanya. Hasil ini didukung dengan penelitian yang dilakukan pada bayi di Greece, didapati Ladomenou et al, 2010. Penelitian Okto
2010 juga mendapati adanya hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA p=0,011. Penelitian pada bayi di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar
dengan uji chi square didapati p=0,001 yang semakin mendukung bahwa ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi.
Widarini 2009 pada penelitiannya dilakukan perhitungan odd ratio, didapati risiko untuk terjadinnya ISPA pada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif
4,96 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif OR=4,96. Penelitian lain mendapati bayi yang diberi ASI tidak eksklusif
mengalami 1,69 kali untuk mengalami ISPA dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif OR=1,96 Musfardi, 2010. Pada penelitian ini dengan
desain cross sectional maka dihitung besar rasio prevalensi pemberian ASI tidak eksklusif RP=1,5. Dari rasio prevalens ini dapat ditarik kesimpulan bahwa bayi
yang tidak diberikan ASI eksklusif memiliki risiko 1,5 kali lebih besar untuk mengalami ISPA dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif.
Telah diketahui bahwa ASI mengandung komponen-komponen bioaktif yang dapat mencegah bayi mengalami ISPA. Beberapa dari komponen-komponen
tersebut adalah komponen-komponen imun seperti imunoglobulin A IgA dan
Universitas Sumatera Utara
interferon yang mampu memberikan pelindungan kepada bayi dari serangan infeksi Karolina et al, 2012. IgA dapat mengaktifkan sitem komplemen melalui
jalur alternatif dan bersama-sama dengan makrofag untuk memfagositosis berbagai kuman yang masuk. Selain itu Bronchus Associated Lymphocyte Tissue
BALT yang dikandung ASI merupakan antibodi alami di saluran pernapasan Ariefuddin, 2010.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi. Penanganan penurunan prevalensi
ISPA tentu tidak hanya dengan upaya kuratif tetapi perlu ditingkatkan upaya promotif dan preventif termasuk didalamnya upaya peningkatan pemberian ASI
eksklusif kepada bayi sampai usia 6 bulan.
Universitas Sumatera Utara BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN