Universitas Sumatera Utara
18. Terdapat 68 orang bayi yang tidak diberi ASI ekslusif dan 56 bayi 56 diantaranya mengalami ISPA.
Setelah dilakukan uji hipotesis dengan metode chi square dengan tingkat kemaknaan 0,05 α=5 diperoleh nilai p p value sebesar 0,006 p0,05, maka
Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi di Puskesmas Padang Bulan,
Medan. Berdasarkan penelitian ini juga dapat dihitung besar rasio prevalens
sehingga diperoleh besar risiko pemberian ASI eksklusif, bahwa pada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif 1,5 kali lebih besar mengalami ISPA dibandingkan
dengan bayi yang diberi ASI eksklusif.
5.2. Pembahasan
Jumlah responden pada penelitian ini adalah 100 orang. Mayoritas responden tidak diberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 68 bayi 68 dan pernah
mengalami ISPA sebanyak 74 bayi 74. Hal yang sama terjadi pada penelitian Noorhidayah 2013 dengan responden berjumlah 188 bayi, 65,4 diantaranya
tidak diberi ASI eksklusif dan 64,4 pernah mengalami ISPA. Begitu juga dengan penelitian Okto 2010 dengan responden berjumlah 157 bayi, 76,4
diantaranya tidak diberikan ASI eksklusif dan 79,6 pernah mengalami ISPA. Penelitian pada 154 bayi oleh Ariefuddin dan kawan-kawan juga menunjukkan
hal yang sama dengan jumlah responden 154 bayi, 52,3 tidak diberi ASI eksklusif dan 100 pernah mengalami ISPA.
Penelitian ini menunjukkan bayi yang diberi ASI eksklusif 32 dan yang tidak diberi ASI eksklusif 68. Dapat diartikan bahwa pemberian ASI eksklusif
pada bayi lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak diberi ASI eksklusif. Diketahui banyak hal yang mempengaruhi alasan ibu tidak memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya, diantaranya ibu bekerja atau memliki kegiatan sosial lainnya yang membuat ibu sibuk dan merasa tidak sempat memberikan ASI,
rendahnya produksi ASItidak keluarnya sama sekali ASI dari payudara,
Universitas Sumatera Utara
kurangnya pengetahuan ibu, faktor makanan, psikologis, dan perawatan payudara oleh ibu Kritiyansari, 2009.
Penelitian ini juga menunjukkan bayi pernah mengalami ISPA 74 dan tidak pernah mengalami ISPA 26. Dapat diartikan bahwa angka kejadian ISPA pada bayi
di wilayah penelitian cukup tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Karolina dan kawna-kawan 2011 di Denpasar mendapatkan prevalensi ISPA
54,7. Penyebab tingginya kejadian ISPA dipengauhi oleh banyak faktor, yaitu pemberian ASI eksklusif, usia anak di bawah 5 tahun, tidak diberikannya imunisasi,
berat badan lahir rendah, malnutrisi, kurangnya pendidikan orang tua, rendahnya status sosioekonomi, dan lingkungan yang kurang memadai IDAI, 2008.
Hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi dengan uji chi square didapati RP=1,5; 95CI=1,30-1,63; p=0,006 yang
berarti ada hubungan antara keduanya. Hasil ini didukung dengan penelitian yang dilakukan pada bayi di Greece, didapati Ladomenou et al, 2010. Penelitian Okto
2010 juga mendapati adanya hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA p=0,011. Penelitian pada bayi di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar
dengan uji chi square didapati p=0,001 yang semakin mendukung bahwa ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi.
Widarini 2009 pada penelitiannya dilakukan perhitungan odd ratio, didapati risiko untuk terjadinnya ISPA pada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif
4,96 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif OR=4,96. Penelitian lain mendapati bayi yang diberi ASI tidak eksklusif
mengalami 1,69 kali untuk mengalami ISPA dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif OR=1,96 Musfardi, 2010. Pada penelitian ini dengan
desain cross sectional maka dihitung besar rasio prevalensi pemberian ASI tidak eksklusif RP=1,5. Dari rasio prevalens ini dapat ditarik kesimpulan bahwa bayi
yang tidak diberikan ASI eksklusif memiliki risiko 1,5 kali lebih besar untuk mengalami ISPA dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif.
Telah diketahui bahwa ASI mengandung komponen-komponen bioaktif yang dapat mencegah bayi mengalami ISPA. Beberapa dari komponen-komponen
tersebut adalah komponen-komponen imun seperti imunoglobulin A IgA dan