Pergeseran bentuk Pergeseran dalam Penerjemahan
Dalam hal ini, Vinay dan Dalbernet via Munday, 2001 :56 menerangkan bahwa ada dua metode dalam menerjemahkan, yakni direct translation dan
oblique translation. Direct translation adalah menerjemahkan secara langsung dari BSu ke dalam BSa tanpa melakukan perubahan. Sedangkan oblique
translation adalah perubahan yang dilakukan dalam penerjemahan ketika direct translation sudah tidak memungkinkan. Kemudian Vinay dan Dalbernet membagi
kembali dua metode tersebut menjadi tujuh, yakni sebagai berikut. 1. Direct translation
a. Borrowing, yakni kata-kata dalam Bsu langsung ditransfer dalam Bsa tanpa mengalami perubahan atau pergeseran. Misalnya untuk menyebutkan hal-hal
yang khas pada daerah tertentu, seperti pétanque permainan tradisional Prancis atau Armagnac nama salah satu minuman keras yang diproduksi di
daerah Armagnac yang terletak di bagian barat daya Prancis. b. Calque, yang intinya sama dengan borrowing, namun dalam calque yang
dipinjam adalah keseluruhan struktur atau ungkapan. Misalnya kalimat ‘
compliments of the season’ dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan menjadi ‘
compliments de la saison’ dalam bahasa Prancis. c. Literal translation, yakni penerjemahan kata per kata, yang menurut Vinay
dan Darbelnet sering terjadi dalam dua bahasa yang memiliki budaya dan ‘keluarga’ atau rumpun yang sama. Contohnya adalah “
I left my spectacles on the table downstairs’ yang diterjemahkan menjadi “j’ai laissé mes lunettes sur
la table en bas.” Menurut Vinay dan Dalbernet literal translation ini dapat dianggap sebagai cara penerjemahan yang baik karena penerjemah ‘setia’
terhadap karya yang diterjemahkannya. Namun seringkali teks terjemahan menjadi tidak berterima dalam BSa, baik dari segi struktur maupun maknanya.
Teks terjemahan bisa saja menjadi tidak memiliki makna atau maknanya menjadi berbeda dari teks asli.
2. Oblique translation Pada kasus dimana literal translation tidak memungkinkan, Vinay dan
Dalbernet menyatakan bahwa metode oblique translation harus digunakan. Vinay dan Dalbernet membagi oblique translation ini menjadi empat, yakni sebagai
berikut. a. Transposition, yakni perubahan sebagian kalimat tanpa merubah maknanya.
Transposition ada 2, yakni obligatory dan optional. •
Obligatory. Pada obligatory, sebagian kalimat memang harus dirubah agar berterima dalam struktur Bsa. Misalnya adalah ‘dès son lever’ dalam
konteks lampau tertentu diterjemahkan menjadi ‘as soon as she got up’. •
Optional. Pada optional, penerjemah bebas memilih apakah akan merubah kalimat atau tidak. Misalnya pada terjemahan ‘
as soon as she got up’, dapat diterjemahkan menjadi ‘
dès qu’elle s’est levée’ atau ‘dès son lever’. b. Modulation, yakni perubahan semantik dikarenakan perbedaan sudut pandang
antara BSu dan BSa. Modulation juga dibedakan menjadi dua, yakni obligatory dan optional.
• Obligatory, contoh : ‘the time when’ diterjemahkan menjadi ‘le moment
où’ yang secara literal artinya adalah ‘the time where’.
• Optional, yakni tergantung pada struktur yang biasa digunakan dalam Bsa.
Misalnya dalam bahasa Prancis yang lebih suka menggunakan kalimat positif daripada negatif : ‘it is not difficult to show’ ‘il est facile de
démontrer’ it is easy to show. c. Equivalence, yakni ketika BSa menjelaskan maksud yang sama dengan BSu
namun dengan style maupun struktur yang berbeda. Hal ini sering terjadi dalam menerjemahkan idiom, pribahasa atau ungkapan umum.
d. Adaptation, yakni terjadi pada kasus dimana penerjemah memberikan padanan yang disesuaikan dalam BSa karena katakalimat BSu tidak terdapat
padanannya dalam BSa. Lebih lanjut, Vinay dan Darbelnet menerangkan bahwa pergeseran dalam
penerjemahan bisa dikarenakan dua hal sebagai berikut. 1. Servitude, yakni jika pergeseranperubahan makna harus dilakukan karena
sistem kedua bahasa yang berbeda; dan 2. Option, yakni jika pergeseran yang sebenarnya tidak perlu ada namun tetap
dilakukan oleh penerjemah sebagai bentuk dari style penerjemah tersebut. Pendapat lain mengenai metode penerjemahan disampaikan oleh Hoed via
Sastriyani, 2011 :14, yang menyebut metode menerjemahkan sebagai teknik menerjemahkan. Hoed menerangkan sembilan teknik yang menurutnya penting
untuk diketahui. Teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut. 1. Transposisi : mengubah struktur kalimat agar dapat memperoleh terjemahan
yang betul.