i. Tanda-tanda para pihak dalam perjanjian kerja
2. Ketentuan dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
huruf e dan f, tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan, perjanjian kerja sama dan peraturan perundang-undang yang berlaku.
3. Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dibuat sekurang-
kurangnya rangkap 2 dua yang mempunyai kekuatan hukum yang sama, serta pekerjaa buruh dan pengusaha masing-masing mendapat 1 satu
perjanjian kerja.
C. Proses pelaksanaan perjanjian kerjasama.
Pada dasarnya dalam melakukan perjanjian kerjasama suatu kontrak terdapat beberapa unsur-unsusr pokok yang meliputi :
1. Bagian Pembukaan, yang memuat identias dari pihak-pihak serta
penjelesan umum latar belakang kontrak yang diadakan diantara mereka; 2.
Ketentuan-ketentuan pokok yang berisi pokok hubungan hukum serta hak dan kewajiban utama para pihak yang terbit dari kesepakatan yang
dibentuk oleh parap ihak dalam kontrak; 3.
Ketentuan-ketentuan penunjang, yang memuat tata cara pelaksaan hak dan kewajiban para pihak sertsa hal-hal lain yang dianggap perlu untuk
mendukung pelaksaan hak dan kewajiban para pihak; 4.
Ketentuan-ketentuan tentang aspek formalitas, yang dianggap perlu mendapat perhatian demi keabsahan hukum dan kemungkinan pelaksaan
perjanjian yang dibuat oleh para pihak;
5. Bagian Penutup kontrak, yang mengakhiri batang tubuh kontrak dengan
identias pihak-pihak dalam transaksi seta hal-hal yang dianggap perlu dimuat untuk memberikan keabsahan yuridis pada kontrak yang
bersangkutan; 6.
Lampiran-lampiran kontrak, yang mungkin dianggap perlu dibuat untuk memuat detil-detil teknis operasional yang berkenaan langsung dengan
pelaksaan hak dan kewajiban utama para pihak tetapi yang dianggap tidak mungkin untuk tidak efisien untuk dimuat di dalam pasal-pasal kontrak;
1. Bagian Pembukaan Preamble Bagian Pembukaan dalam suatu kontrak selalu mengawali suatu dokumen
kontrak dan di dalamnya memuat informasi tentang: 1.1 Judul Kontrak Heading Contract Title
Judul kontrak adalah nama yang digunakan oleh para pihak untuk mengidentifikasikan inti dari transaksi yang syarat-syaratnya akan diatur di dalam
kontrak. Misalnya; kontrak jual beli, joint venture agreement, perjanjian pemborongan, dan sebagainya.
Dalam penentuan judul kontrak, biasanya diserahkan kepada kebebasan para pihak, namun tetap menjaga adanya korelasi dan relevansi antara judul yang
digunakan dengan pokok perjanjian. Hal lain yang perlu dibuat dalam kata dengan bagian judul adalah nomor kontrak. Penomoran kontrak sering kali
dibutuhkan sebagai nomor petunjuk reference dalam mengadministrasikan
kontrak, korespondensi diantara para pihak, serta nomor referensi yang digunakan dalam lampiran-lampiran kontrak.
1.2 Deskripsi Identitas Para Pihak Komparisi Sebelum identitas para pihak dirumuskan didalam kontrak, sangat
diajurkan bahwa kalimat pembuka suatu kontrak memuat informasi tentang tempat dan tanggal pembuatan kontrak.
Pada bagian ini terutama harus dirumuskan identitas para pihak yang antara lain, meliputi:
a. Nama lengkap dari pihak-pihak subjek hukum yang mengadakan
perjanjian; b.
Status hukum, kedudukan hukum, pekerjaan dari para pihak; c.
Alamat atau tempat kedudukan resmi yang digunakan para pihak dalam kontrak;
d. Kaidah-kaidah hukum atau peraturan perundang-undangan atau dasar
hukum lain yang mendukung kedudukan hukum dan kewenangan dari para pihak;
e. Sebutan yang akan digunakan untuk menunjuk para pihak di dalam
seluruh kontrak termasuk lampiran-lampirannya. f.
Bila pihak-pihak yang yang mengadakan perjanjian adalah suatu badan hukum perusahaan, maka perumusan identitas para pihak dapat
dilakukan dengan cara: 1
Merumuskan nama, alamat dan identitas lain dari perusahaan, dan kemudian diikuti dengan nama dan identitas orang yang akan
bertindak untuk dan atas nama perusahaan itu. Untuk kemudian diakhiri dengan sebutan yang akan dugunakan di dalam kontrak.
2 Merumuskan terlebih dahulu nama dari orang yang bertindak untuk
dan atas nama badan hukumperusahaan tertentu, dan baru diikuti oleh identitas badan hukumperusahaan tersebut, dan diakhiri dengan
sebutan yang akan digunakan dalam kontrak. 3
Pertimbangan-pertimbangan Latar Belakang Kontrak Recitals Pada bagian mengakhiri, pembukaan kontrak dan memuat
pertimbangan-pertimbangan umum dan latar belakang dari maksud para pihak sehingga akhirnya mereka bersepakat untuk mengadakan
kontrak general intentions of the parties. Pada bagian ini sebaiknya dimuat pertunjuk bahwa setelah melalui proses penawaran, penerimaan
tawaran, negosiasi offer, acceptance and negosiations para pihak sepakat untuk mengadakan kontrak yang bersangkutan. Pada bagian ini
memiliki fungsi yang kurang lebih sama dengan konsideran atau menimbang dalam suatu peraturan perundang-undangan.
1.4 Ruang Lingkup Perjanjian Scope of Agreement Pada bagian ini dirumuskan persyaratan secara umum mengenai inti dari
transaksi yang diadakan oleh para pihak sebagai kesimpulan dari pertimbangan- pertimbangan mereka. Hal ini dapat dirumuskan secara khusus terpisah dari
recital atau menjadi butir terakhir dari butir-butir recitals.
2. Ketentuan-Ketentuan Pokok Kontrak Dalam hal ini, pasal-pasal kontrak mulai dirumuskan, pada saat
perbincangan memasuki rumusan kententuan tentang inti hubungan hukum dan persyaratan-persyaratan yang disepakati para pihak. Hal yang terpenting yang
harus dimuat dalam pasal-pasal kontrak adalah pasal-pasal yang memuat inti hubungan hukum dan inti perjanjian yang diadakan oleh para pihak, ini yang
sering dimaksudkan dengan ketentuan-ketentuan pokok kontrak. Pasal-pasal yang harus dirumuskan dalam kaitan ini memuat hak-hak dan kewajiban-kewajiban
pokok yang terbit dari transaksi yang dibuat oleh para pihak. 2.1 Ketentuan-ketentuan Umum
Bagian penting yang sangat dianjurkan untuk dirumuskan terlebih dahulu sebelum perumusan kententuan-ketentuan pokok, adalah ketentuan umum yang
memuat pembatasan istilah dan pengertian yang digunakan di dalam seluruh kontrak.
Di dalam ketentuan umum dirumuskan definisi-definisi atau pembatasan pengertian dari istilah-istilah yang dianggap penting dan sering digunakan dalam
kontrak, yang disepakati oleh para pihak. Dengan adanya kesepakatan semacam ini, maka perselisihan yang timbul karenan perdebatan perbedaan pengertian atau
penafsiran diantara para pihak dapat di minimalisir. 2.2 Ketentuan-ketentuan Pokok Lain
Isi, bentuk dan corak dari ketentuan-ketentuan kokok suatu kontrak akan sangat tergantung dari isi trnaskasi yang disepakati para pihak. Substansi dari
ketentuan pokok inilah yang menggambarkan ciri khas suatu kontrak dan
membedakannya dengan kontrak yang lain. Misalnya; ketentuan-ketentuan pokok dari suatu kontrak sewa beli berbeda dengan ketentuan ketentuan pokok dari
kontrak jual beli dengan cicilan. Beberapa hal utama yang sebaiknya dimuat di dalam pasal-pasal tentang
kententuan pokok, misalnya tentang: a.
Perincian lebih lanjut tentang hubungan kontraktual para pihak dalam wujud pasal-pasal tentang hak dan kewajiban dan kewenangan pokok para
pihak yang terbit dari kontrak yang mereka adakan; b.
Dasar-dasar kualitas dari objek kontrak, spesifikasi teknis dari pekerjaan atau objek kontrak, penetapan wilayah dan sebagainya. Detil atau
perincian lebih lanjut megenai hal ini biasanya dimuat di dalam lampiran kontrak;
c. Pasal-pasal tentang persyaratan megenai jumlah barang dan nilai
ekonomisnyaharga yang disepakati para pihak terms of quantity and price;
d. Pasal-pasal tentang persyaratan dan tata cara pembayaran terms and
method of payment; e.
Pasal-pasal tentang jaminan-jaminan dan tanggung jawab para pihak terhadap resiko-resiko kerugian yang mungkin timbul dalam pelaksanaan
kontrak; f.
Kententuan tentang masa berlakunya kontrak dan persyaratan-persyaratan mengenai pengakhiran, pembatan dan atau pemutusan kontrak oleh salah
satu pihak.
g. Hal-hal lain yang secara langusng berkaitan dengan pelaksanan janji-janji
para pihak;
3. Ketentuan-ketentuan Penunjang Pasal-pasal yang dikategorikan sebagi ketentuan penunjang berisi
ketentuan-ketentuan yang dibutuhkan untuk menjadi pedoman pada pihak dalam opersional pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak yang telah ditetapkan di
dalam pokok perjanjian. Artinya, tanpa adanya ketentuan-ketentuan kontrak praktis tidak dapat dilaksanakan secara efektif oleh para pihak.
Isi dari pasal-pasal penunjang ini dapat dibedakan dari satu kontrak ke kontrak yang lainnya, tegantung pada jenis transaksi yang disepakati oleh para pihak.
a. Tata cara pelaksanaan perjanjian performance serta akibat-akibat hukum
dari pelaksanaan isi perjanjian. Dalam kategori ini adalah pasal-pasal yang secara langsung mengatur tentang perilaku para pihak dalam
melaksanakan hak dan kewajbiannya dalam kontrak. Seperti persyaratan tentang tata cara penyerahan barang, tentang dokumen-dokumen yang
harus disiapkan salah satu pihak sebagai syarat pembayaran, tentang kualitas prestasi yang harus dipenuhi oleh para pihak dan sebagainya.
b. Dalam hal ini, merancang dan menganalisa kontrak perlu disadari benar
kategori transaksi yang dibuat oleh para pihak, ditinjau dari kualitas prestasi yang harus direalisasikan oleh para pihak.
c. Pasal-pasal tentang pembebasan diri dari tanggunjawab, dari hak atau
kewajiban hukum tertentu pasal yang mengenyampingkan keharusan pengajuan perkara ke pengadilan bila salah satu pihak hendak mengakhiri
kontrak secara sepihak, atau pasal yang melepaskan tanggunjawab salah satu pasal yang melepaskan tanggungjawab salah satu pihak dari cacat-
cacat tersembunyi yang tidak diketahui pada saat pernjanjian dibuat. d.
Pasal-pasal tentang wanprestasi breach of contract atau non performance yang memuat tentang hal atau situasi apa yang disepakati
para pihak berikut akibat-akibat yang timbul bila salah satu pihak mengingkari janjinya serta hak dan kewenangan apa yang terbit pada
pihak lain yang dirugikan oleh wanprestasi tersebut. e.
Pasal-pasal tentang jaminan yang dibuat oleh salah satu pihak untuk kepentingan paihak yang lain, seperti jaminan bebas dari tuntutan pihak ke
tiga, jaminan atas kualitas barang, jaminan pelaksanaan dan sebagainya. f.
Ketentuan tentang keadaan memaksa force majeur dan akibat-akibat hukumnya terhadap pelaksaan kontrak. Secara umum force majeur
diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya oleh para pihak, yang dapat menghambat pelaksanaan kontrak, sehingga
dapat dijadikan dasar bagi pihak yang mengalami perisitiwa itu untuk dibebaskan dari tanggungjawab atas dasar wanprestasi. Dalam praktek
adakalanya pengertian force majeur ini dibedakan ke dalam: 1
Perisitiwa-peristiwa alam yang dianggap sebagai bencana acts of god, dan;
2 Perisitiwa-peristiwa yang tidak dapat dikategorikan sebagai bencana
alam tetapi yang bila terjadi dianggap dapat mengahmbat pelaksanaan
atau tidak memungkinkan pelaksaan kontrak, seperti perubahan nilai mata uang, kebijakan negara di bidang ekonomi dan sebagainya.
g. Ketentuan tentang ada tidaknya kemungkinan bagi para pihak untuk
megalihkan kedudukannya kepada pihak ke tiga dan tata cara pelaksanaannya.
h. Ketentuan tentang pemilihan domisili, pemilihan forum dan tata cara
penyelesaian sengketa yang mungkin timbul dari pelaksanaan kontrak dispute settlement clause.
i. Petentuan tentang kondisi-kondisi tertentu yang digunakan untuk memulai
atau mengakhiri pelaksanaan kontrak conditions precedentsubsequent. j.
Pasal-pasal tentang kemungkinan perubahan atas isi dan persyaratan kontrak dan tata cara pelaksanaannya.
k. Akibat-akibat dari tidak sahnya bagian –bagian tertentu kontrak terhadap
keabsahan keseluruhan kontrak. l.
Pasal-pasal yang menentukan kekuatan hukum dari kesepakatan- kesepakatan yang dibuat pada saat negosiasi sebelum kontrak dibuat atau
yang disepakati para pihak setelah kontrak dibuat merger clause. m.
Pasal-pasal tentang pihak-pihak yang harus mengurus perizinan misalnya izin eksport, izin import, izin usaha, dan sebagainya.
n. Khusus untuk kontrak-kontrak transnasional kontrak-kontrak yang
berkenaan dengan pihak-pihak dan atau elemen-elemen asing perlu diperhatikan pula pasal-pasal penunjang khusus tentang:
o. Hukum yang dipilih oleh para pihak untuk ,mengatur dan menafsirkan
pengertian-pengertian dalam kontrak mereka choice of law; p.
Bahasa resmi yang digunakan untuk kontrak-kontrak yang dianggap sah dan untuk menafsirkan kontrak seandainya terjadi perselisihan dalam
penafsiran kontrak; q.
Mata uang, yang digunakan sebagai alat pembayaran dalam pelaksanaan kontrak;
r. Masalah-masalah lain yang sudah disinggung sebelumnya yang dlaam
praktek menghendaki penyelsaian berdasarkan kaidah-kaidah dari slaah satu sistem hukum yang relevan dnegan kontrak, melalui pendekatan
hukum perdata internasional;
4. Ketentuan-Ketentuan Tentang Aspek-aspek Formal Kontrak Dalam memenuhi unsur formalitas kontrak pada dasarnya memuat pasal-
pasal tentang hal-hal tertentu yang harus diperhatikan oleh para pihak agar kontrak yang dibuat menjadi sah valid dan dapat dilaksanakan secara yuridis.
Ketentuan-ketentuan tersebut, misalnya : a.
Pasal-pasal yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan, dan pihak- pihak yang bertanggungjawab atas proses pendaftaran atau perolehan
izin khusus yang diterbitkan oleh badan publik. b.
Pasal yang memuat alamat-alamat dan format korespondensi yang akan digunakan oelh para pihak secara resmi dalam pelaksnaan
kontrak. Ketentuan semacam ini akan berguna khususnya dikaitkan
dengan alamat yang harus digunakan dalam pengiriman peringatan- peringatan tertulis yang dilakukan oleh salah satu pihak kepada pihak
yang lain 5. Bagian Penutup
Pada bagian ini mengakhiri batang tubuh kontrak dengan identitas pihak- pihak dalam transaksi serta hal-hal lain yang dianggap perlu dimuat untuk
meberikan keabsahan yuridis para kotrak yang bersangkutan. Pada bagian akhir, dari kontrak umumnya dimuat berbagai informasi
penutup, seperti misalnya: 1.
Tanggal dan tempat penandatanganan kontrak oleh para pihak bila hal ini belum disebut dibagian pembukaan;
2. Kolom-kolom untuk tandatangan para pihak atau wakil-wakil resmi
dari para pihak; 3.
Tanda pengenal atau cap dari pihak-pihak khususnya bila para pihak adalah badan-badan hukum;
4. Materai yang ditempel dan dibubuhi tanggal pada saat kontrak
ditandantangani. Kewajiban ini tidak perlu di lakukan apabila kontrak dibuat diatas kertas segel yang sah;
6. Lampiran-lampiran Kontrak Terhadap kontrak-kontrak yang dibuat untuk mengatur transaksi bisnis
yang agak rumit dan mencakup persoalan-persoalan teknis atau hal-hal lain secara detil, seringkali membutuhkan lampiran-lampiran yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kontrak. Agar secara yuridis lampiran-lampiran itu melekat
pada kontrak induknya, maka di dalam kontrak induk dipasal-pasal yang relevan atau didalam suatu pasal khusus di bagian penunjang harus dibuat pasal penunjuk
yang menunjuk kearah lampiran yang tepat. Lampiran-lampiran dapat beraneka ragam bentuk, fungsi dan
penyebutannya misalnya: a.
Annex, yang dapat diartikan sama dengan lampiran; b.
Adddendum, yang isinya biasanya dibuat untuk memuat perubahan- perubahan terhadap pasal-pasal tertentu dalam kontrak induk. Apabila
suatu kontrak dilengkapi dengan sebuah addendum, maka dalam memberi penafsiran dan pemahaman terhadap pasal tertentu yang
dirubah di dalam addendum secara hukum harus dilakukan berdasarkan hal yang dimuat di dalam addendum tersebut;
c. Exhibits, yang biasanya memuat jadwal-jadwal yang disepakati,
spesifikasi teknis, desain-desain, peta lokasi, dan sebagainya d.
Supplement, yang berisi ketentuan-ketentuan tambahan yang dibuat oleh para pihak untuk melaksanakan hal-hal tertentu dalam rangka
pelaksaan kontrak utamanya e.
Schedule, yang dapat digunakan untuk memuat berbagai informasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kontrak, walaupun umumnya
berkaitan dnegan jadwal-jadwal tertentu yang harus dipenuhi oleh para pihak; dan lain sebagainya.
Di dalam lampiran juga dapat memuat tentang : a.
Denah-denah teknis atau skema-skema; b.
Spesifikasi teknis atau mesin-mesin, atau kontruksi; c.
Rumus-rumus, resep, formula, dan sebagainya; d.
Standar mutu yang harus dipatuhi oleh pihak tertentu dalam kontrak ; e.
Gambar-gambar, motif-motif, desain; f.
Jadwal-jadwal yang disepakati oleh para pihak untuk melaksanakan transaksi;
g. Perubahan-perubahan atau modifikasi terhadap ketentuan-ketentuan di
dalam kontrak induk; h.
Rincian dari penghitungan persoalan-persoalan keuangan, penghitungan komisi, royalities, dan sebagainya;
i. Dalam kontrak tertentu defiinisi atau batasan dari pengertian-
pengertian yang digunakan dalam kontrak induk menggantikan pasal tentang definisi di dalam kontrak induk.
Berdasarkan hal tersebut diatas mengenai proses perjanjian dan menganalisa kontrak maka para pihak dapat menuangkan maksud dan tujuan yang
diinginkan dalam membuat suatu kontrak serta sedapat mungkin meminimalisir suatu keadaan yang tidak diingkan dikemudian hari. Suatu kontrak yang baik dan
benar adalah merupakan kontrak yang dibuat sesuai dengan awal kesepakatan para pihak dan memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang dimulai dari
proses merancang dan menganalisa kontrak.
Kerja sama sekurang-kurangnya dilaksanakan dengan tahapan sebagaimana di bawah ini :
1. Persiapan
a. Usulan kerja sama Pelatihan kerja dapat disiapkan oleh kepala balai besar
latihan kerja dan industri Medan bersama PT. Inalum untuk disampaikan kepada departement tenaga kerja dan transmigrasi RI.
b. Balai Besar Latihan Kerja dan Industri BBLKI dan PT.Inalum dapat
merumuskan sasaran kerja sama dan peran masing-masing dalam hal pembinaan pelatian dan produktivitas dengan jelas;
c. Balai Besar Latihan Kerja dan Industri BBLKI dan PT.Inalum menyusun
rencana kerja pembinaan pelatihan dan produktivitas, berikut rincian rencana biayanya dan pengaturan teknis pelaksanaan kerja samayang
dituangkan dalam kerangka acuan yang sekurang-kurangnya memuat antara lain :
1 Latar belakang
2 Tujuan
3 Ruang lingkup
4 Prosedurmetode penelitian
5 Tenaga
6 Jangka waktu
7 Pembiayaan
2. Penyusunan naskah perjanjian kerja sama
Penyusunan naskah perjanjian kerja sama di buat secara tertulis yang telah di setujui oleh blki dan pt. inalum tanpa ada paksaan yang ditandatangani oleh
kedua belah pihak di atas materai cukup, masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.
3. Pelaksanaan pelatihan
Peserta pelatihan berbasis kompetensi PBK sebanyak 32 tiga puluh dua orang dilaksanakan pada tanggal 21 April 2012 sd selesai 240 jam pelajaran di
Balai Balai Besar Latihan Kerja dan Industri BBLKI
BAB IV PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA BALAI BESAR LATIHAN