2.2.4 Lingkungan Tumbuh dalam Kultur Jaringan
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam lingkungan tumbuh kultur jaringan yaitu cahaya, temperatur, dan keadaan udara ruang kultur.
Dari penelitian yang ada dapat menunjukkan bahwa pada umumnya cahaya dapat memperbaiki pertumbuhan. Dengan adanya cahaya dapat dihasilkan
tanaman yang hijau dan berdaun normal Murashige 1977b dalam Wattimena et al.1986. Intensitas cahaya yang rendah dapat mempertinggi embriogenesis dan
organogenesis. Pembentukan kalus maksimum sering terjadi di tempat yang lebih gelap Hendaryono dan Wijayani 1994. Menurut Wetherell 1982 bahwa sebagai
sinar tiruan yang banyak disukai dalam penumbuhan tanaman adalah lampu- lampu fluorensi. Hal ini disebabkan lampu-lampu jenis itu selain mampu
memancarkan sinar yang lebih merata, juga mempunyai kemampuan mengubah energi listrik menjadi energi cahaya yang tiga kali lebih besar daripada lampu
biasa. Kekuatan penyinaran lampu fluorensi antara 100-400 foot candle 1000- 4000 lux. Bila dipakai lampu fluorensi putih standar digunakan lampu yang
berkekuatan 40 watt, dengan jarak 50-60 cm dari rak kultur. Waktu penyinaran yang paling baik berlangsungnya “foto periode” selama 16 jam.
Temperatur ruang kultur terdiri dari suhu dan kelembaban relatif. Suhu ruang kultur biasanya dijaga berkisar antara 20
-28 C. Pada beberapa tanaman,
temperatur ruangan berpengaruh pada proses morfogenesis yang terjadi dari jaringan yang ditanam Wattimena et al.1986. Suatu kondisi dimana suhu yang
dibuat berbeda untuk periode masa gelap dan periode terang, dengan membuat suhu pada periode gelap lebih rendah dari periode terang berpengaruh baik bagi
beberapa spesies Wetherell 1982. Suatu wadah kultur yang tertutup rapat akan jenuh oleh uap air. Bila
kelembaban ruangan udara rendah, penguapan air dari media kultur akan terlalu besar. Dalam hal ini kelembaban ruang kultur perlu dinaikan, tetapi kelembaban
ruang kultur yang tinggi akan menyebabkan terjadinya terjadinya pertumbuhan mikroba diluar wadah kultur dan alat-alat Wetherell 1982. Kelembaban relatif
RH lingkungan biasanya mendekati 100. RH sekeliling kultur mempengaruhi pola pengembangan. Jadi, pengaturan RH pada keadaan tertentu memerlukan
suatu bentuk diferensiasi khusus Hendaryono dan Wijayani 1994.
Keadaan udara ruang kultur berpengaruh terhadap perkembangan kultur jaringan yang dilakukan. Gas-gas yang dikeluarkan oleh jaringan tanaman
misalnya etilen, akan terkumpul dalam botol kultur dan dapat menghambat pertumbuhan jaringan. Sedangkan keadaan udara ruang kultur di luar botol jika
tidak bersih dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada kultur yang disimpan Wattimena et al.1986. Menurut Wetherell 1982 bahwa udara dalam
ruang kultur perlu dijaga supaya tetap bersih dan bebas dari debu. Terutama karena adanya pertukaran udara dalam wadah kultur dengan udara dalam ruang
kultur. Supaya dapat terjadi pertukaran udara yang bebas dari debu, maka diperlukan terjadinya aliran udara yang bertekanan dari dalam ke luar. Tanaman
in vitro sangat peka terhadap polusi, gas-gas, dan lain-lain. Maka perlu juga diperhatikan bahwa tanaman harus terhindar dari pengaruh asap, gas yang berasal
dari cat, etilen, belerang oksida, ozon, dan polutan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan.
2.3 Zat Pengatur Tumbuh