Ketiga teori tersebut merupakan teori belajar yang mendasari penerapan model Quantum Teaching berbantuan media puzzle dalam pembelajaran. Teori
konstruktivisme yang menyatakan bahwa siswa mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus mampu memecahkan masalah merupakan
dasar dari kegiatan menyusun puzzle dan menulis karangan narasi sesuai gambar puzzle
yang diperoleh dalam pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching
berbantuan media puzzle. Tahap alami pada kegiatan menyusun puzzle, siswa harus bekerja sama dengan teman sekelompok untuk menyusun puzzle
menjadi gambar yang utuh sesuai urutan peristiwa. Siswa menulis karangan narasi sesuai dengan gambar tersebut. Sedangkan teori kognitif mengatakan bahwa
perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan dan pengetahuan datang dari tindakan. Usia 10-11
tahun pada tahap operasional kongkret. Media puzzle terdiri dari potongan gambar akan memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran. Sesuai dengan teori
behavioristik, tahap tumbuhkan yaitu guru memberikan pertanyaan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki siswa. Pertanyaan tersebut diberikan agar siswa dapat
belajar dari pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilik sebelumnya, untuk dihubungkan dengan informasi baru yang didapat.
2.2 KAJIAN EMPIRIS
Penelitian yang dilakukan oleh Huda 2012 yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman Melalui Metode
Quantum Teaching Dengan Media Puzzle Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1
Selojari Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 20112012 bertujuan untuk mengetahui dengan penerapan Quantum Teaching dengan media
puzzle dapat meningkatkan keterampilan siswa menulis karangan berdasarkan
pengalaman, dan memberikan perubahan pada tingkah laku siswa. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keterampilan menulis karangan berdasarkan
pengalaman, berdasarkan hasil tes pra siklus menunjukkan nilai rata-rata sebesar 55,5, siklus I menunjukkan rata-rata 64,33 dan siklus II rata-rata 77,34. Dari
hasil tersebut dapat diketahui peningkatan keterampilan siswa dalam menulis dari pra siklus ke siklus I sebesar 8,83 poin atau 15,90 dan siklus I ke siklus II
sebesar 13,01 poin atau 20,36. Berdasarkan hasil data nontes pada siklus I masih tampak tingkah laku negatif siswa saat pembelajaran berlangsung. Pada
siklus II tingkah laku negatif siswa semakin berkurang dan tingkah laku positif siswa semakin bertambah. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan
Quantum Teaching dengan media puzzle dapat meningkatkan keterampilan siswa
dalam menulis karangan dan meningkatkan tingkah laku siswa. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2011 yang berjudul
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Metode Latihan Terbimbing Berbantuan Gambar Puzzle pada Siswa Kelas V SD Negeri 01
Banyuurip Kabupaten Kendal sebagai upaya meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi, dan memberikan perubahan perilaku siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa adanya peningkatan keterampilan menulis karangan narasi. Terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari hasil prasiklus, siklus
I dan siklus II yang terus meningkat. Hasil tes prasiklus menunjukan skor rata-rata
sebesar 51,58 termasuk dalam kategori kurang dan pada siklus I diperoleh skor rata-rata sebesar 64 dalam kategori cukup. Jadi, dari prasiklus ke siklus I terjadi
peningkatan sebesar 12,42. Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 78,74 termasuk dalam kategori baik dan melebihi nilai rata-rata klasikal yang ditetapkan
yaitu 65. Jadi, dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 14,74. Sedangkan dari prasiklus ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 27,16.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penerapan metode latihan terbimbing berbantuan gambar puzzle dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan kajian empiris di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Quantum Teaching berbantuan media puzzle dapat meningkatkan
keterampilan guru, aktivitas atau perilaku siswa, serta keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki
perbedaan dengan penelitian di atas. Kajian empiris tersebut dapat digunakan sebagai penguat bagi penelitian ini.
2.3 KERANGKA BERPIKIR