Tingkat resiko di daerah rawan banjir bervariasi tergantung ketinggian permukaan tanahsetempat. Dengan menggunakan peta kontur ketinggian
permukaan tanah serta melalui analisis hidrologi dan hidrolika dapat ditentukan pembagian dataran banjir menurut tingkat resiko terhadap banjir. Pembagian
daerah rawan banjir digunakan sebagai bahan acuan penataan ruang wilayah perkotaan sehingga diketahui resiko banjir yangakan terjadi. Dengan mengikuti
pemetaan daerah rawan banjir yang telah diperbaiki maka resikoterjadi bencanakerusakankerugian akibat genangan banjir yang diderita oleh masyarakat
menjadi minimal.
Gambar 2.7 Daerah Penguasaan Sungai
2.2.3 Tingkat Bahaya Banjir
Banjir terjadi sepanjang sistem sungai dan anak-anak sungainya mampu membanjiri wilayah luas dan mendorong peluapan air di dataran banjirnya flood
plain. Dataran banjir merupakan daerah rawan banjir yang dapat diklasifikasi berdasarkan kala ulang banjirnya. Dataran banjir di sekitar bantaran sungai yang
masuk dalam daerah genangan pada debit banjirtahunan Q
1
merupakan daerah rawan banjir sangat tinggi. Tabel 2.1 menjelaskan klasifikasi ini yang
akandiadopsi dalam studi ini.
Tabel 2.1 Tingkat Bahaya Banjir menurut Periode Kala Ulang
Kelas Kala Ulang
Debit Banjir Tingkat
Bahaya Banjir
1 Q
50
– Q
100
Rendah 2
Q
30
– Q
50
Sedang 3
Q
10
– Q
30
Tinggi 4
Q
1
– Q
10
Sangat Tinggi
Sumber:
2.2.4 Potensi Banjir Sungai Deli
Sungai Deli membelah Kota Medan dari arah selatan ke utara dengan total watershed 350 km
2
. Dari total luas watershed tersebut, diantaranya telah dan sedang berubah menjadi wilayah terbangunperkotaan. Wilayah tersebut terdiri
dari catchment area sungai Deli bagian downstream, Sungai sikambing, Sungai Babura, dan sisi kiri kanan Sungai Deli hingga ke Deli TuaNamorambe.
Catchment area
selebihnyaterhitung dari
DelituaNamorambe hingga
SembaheSibolangitGunung Sibayak merupakan lahan pertanian, kebun campuran dan hutan tanaman industri dan hutan alam. Berdasarkan pengamatan
kejadian-kejadian banjir di Kota Medan maka ancaman banjir paling ekstrem ialah apabila banjir Sungai Deli terjadi bersamaan dengan hujan di atas Kota
Medan urban storm water. Sesuai dengan kondisi topografi Kota Medan maka sistim saluran drainase
Kota Medan jarang yang bermuara ke Sungai Belawan sehingga banjir Sungai Belawan tidak terlalu banyak mempengaruhi sistem drainase Kota Medan.
Demikian juga banjir Sungai Percut sudah tidak menjadi ancaman karena telah selesai dinormalisasi hingga ke muara yakni untuk debit banjir periode ulang 30
tahun, termasuk menampung pengalihan debit Sungai Deli melalui Floodway. Drainase primer Sungai Sikambing juga sudah selesai dinormalisasi ialah
pada bagian downstream yakni JL. Kejaksaan hingga muara Belawan yakni untuk debit banjir periode ulang 20 tahun. Sementara itu, penampang Sungai Deli antara
titi kuning Floodway dan JL. Kejaksaan masih rawan banjir karena belum dinormalisasi.
Kapasitas penampang Sungai Deli pada bagian ini masih rendah yakni hanya mampu menampung debit banjir periode ulang 2 tahun yaitu sebesar 160
m
3
det Ginting, 2012.Perkiraan debit banjir Sungai Deli pada beberapa ruas section untuk berbagai periode ulang menurut hasil analisis yang dilaporkan
pada study JICA 1992 adalah seperti diperlihatkan pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Perkiraan Debit Banjir untuk Periode Ulang Sumber: JICA, 1992
2.3 Curah Hujan