27
2.4.1 Kelainan pada sitem serebral cerebral system disorder
Penggolongan tunadaksa dalam kelainan sistem selebral cerebral disebabkan pada letak penyebab kelahran yang terletak di dalam system syarat
pusat otak dan sumsum tulang belakang. Kerusakan pada sistem syarat pusat mengkibatkan bentuk kelainan yang krusial karena otak dan sumsum tulang
belakang di dalamnya terdapat pusat kesadaran, ide, kecerdasan, motorik, dan sensoris yang merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Kelompok
kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral Palsy dan dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu:
2.4.1.1 Klasifikasi golongan menurut derajat disabilitas
Celebral palsy dapat digolongkan menjadi tiga bagian menurut klasifikasi berdasarkan sudut pandang derajat disabilitas. Penggolongan tersebut yaitu,
golongan ringan, sedang, dan golongan berat. Golongan ringan yaitu orang dengan cerebral palsy yang masih dapat
berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas dan dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Golongan ringan ini biasanya dapat hidup
besama-sama dengan orang nomal lainnya, meskipun difabel namun tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.
Golongan sedang yaitu orang dengan cerebral palsy yang membutuhan treatmen latihan khusus untuk berbicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri.
Golongan ini memerlukan alat-alat khusus untuk membantu gerakannya, seperti kruk tongkat sebagai penopang berjalan. Golongan ini diharapkan dapat
mengurus dirinya sendiri dengan pertolongan secara khusus.
28 Golongan berat yaitu orang dengan cerebral palsy yang tetap
membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara dan menoong dirinya sendiri. Golongan ini tidak mampu hidup secara mandiri di tengah-tengah masyarakat.
2.4.1.2 Klasifikasi Golongan Menurut Topografi
Topografi adalah banyaknya anggota tubuh yang lumpuh. Berdasarkan klasifikasi topografi, cerebral palsy dapat digolongkan menjadi 6 enam
golongan yaitu: 1.
Monoplegia, yaitu hanya satu anggota gerak yang lumpuh misal kaki kanan sedangkan kaki kiri dan kedua tangannya normal.
2. Hemiplegia, yaitu lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama,
misalnya tangan kiri dan kaki kiri, atau tangan kanan dan kaki kanan. 3.
Paraplegia, yaitulumpuh pada kedua tungkai kakinya. 4.
Diplegia, yaitu lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri paraplegia.
5. Triplegia, yaitu tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan
kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tagan kiri dan kedua kakinya lumpuh. 6.
Quadriplegia, yaitu tunadaksa yang mengalami kelumpuhan pada seluruh anggota geraknya. Golongan ini mengalami ketunaan pada kedua tangan dan
kedua kaki. Quadriplegia disebut juga tetraplegia. 2.4.1.3
Klasifikasi Golongan Menurut Fisiologi Kelainan Gerak Penyandang Cerebral palsy dapat dibedakan menjadi enam bagian jika
kelainan geraknya dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi gerakannya motorik. Enam bagian tersebut yaitu:
29 1.
Spastik yaitu apabila adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot. Kekakuan tersebut timbul pada saat aka melakukan
gerakan sesuai dengan kehendak. Kekakuan atau kekejangan tersebut akan semakin bertambah ketika dalam keadaan ketergantungan emosional,
sebaliknya jika dalam keadaan tenang maka gejala tersebut menjadi berkurang. Orang Cerebral palsy jenis spastic ini pada umumnya memiliki
tingkat kecerdasan yang tidak terlalu rendah, diantaranya ada yang normal bahkan ada yang di atas normal.
2. Atheroid yaitu pada tunadaksa tidak terdapat kekejagan atau kekakuan. Otot-
ototnya dapat digerakan dengan mudah. Cirri khas tipe ini terdapat pada system gerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol. Gerakan yang
dimaksud adalah dengan tidak adanya kontrol dan koordinas gerak. 3.
Ataxia terlihat dengan adanya cirri yang khas yaitu seakan-akan kehilangan keseimbangan, kekakuan memang tidak tampak namun pada waktu berdiri
dan berjalan akan mengalami kekakuan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak. Tunadaksa tipe ini
mengalami gangguan dalam hal koordinasi ruang dan ukuran, sebagai contoh pada kehidupan sehari-hari yaitu ketika makan mulut terkatup terlebih dahulu
sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut. 4.
Tremor yaitu jika senatiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus berlangsung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran.
Gerakan tersebut dapat terjadi pada kepala, mata, tungkai, dan bibir.
30 5.
Rigid yaitu ditemuinya gejala kekakuan otot, akan tetapi tidak seperti pada tipe spastik. Gerakannya tampak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih
tampak dan nyata. 6.
Tipe Campuran yaitu jika penyandang tunadaksa menunjukkan dua jenis atau lebih gejala tuna Cerebral Palsy, sehingga akibatnya lebih berat bila
dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki satu jenis atau tipe ketunaan.
2.4.2 Kelainan pada Sistem Otot dan Rangka Musculus Scelatel System