63 Ks tersebut terbukti dari kegiatan sehari-harinya. Ks sekarang bekerja sebagai montir
di sebuah bengkel yang berada di daerah tempat tinggalnya. Ks selalu mengikuti kegiatan “rajang tembakau” setiap kali musim panen tembakau di daerahnya. Ks di
waktu luangnya juga sering pergi ke sawah. Ks mengaku pernah mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan, namun
karena kebaikan hati pemilik bengkel tempat Ks bekerja sekarang, Ks dapat merasakan nikmatnya bekerja dan memperoleh hasil dari keringatnya sendiri. Ks juga
membuktikan pada pemilik bengkel bahwa kesempatan yang diberikan tidak Ks sia- siakan dengan bekerja secara sungguh-sungguh dan memberikan pelayanan sebaik
mungkin. Pemilik bengkel memiliki kebijakan agar karyawan-karyawannya selalu bekerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan. Kebijakan tersebutlah yang membuat
Ks tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan, karena ketika Ks menemui kesulitan maka temannya siap mengambil alih pekerjaan tersebut dan Ks
diminta untuk mengerjakan pekerjaan yang lain. Situasi tersebut membuat Ks merasa nyaman ketika bekerja.
4.3.3.3 Narasumber 3
Narasumber utama ketiga bernama Ad, lahir di Malang pada tanggal 09 September 1967. Ad merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ad merupakan
anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga. Ad saat ini tinggal di Karangjati, Kabupaten Semarang.
Ad pada saat usia tujuh tahun mengalami panas tinggi sehingga harus mendapatkan perawatan dokter. Saat itu, Ad mendapatkan suntikan dari dokter yang
64 mengakibatkan layu pada kaki atau polio. Ad ketika dewasa memutuskan untuk
merantau karena kondisinya tersebut. Ad ingin membuktikan pada orang-orang yang ada di daerah asal tempat tinggal Ad bahwa tunadaksa dapat memperoleh pekerjaan
selayaknya orang normal dan hidup sejahtera. Berbekalkan pendidikan Sekolah Dasar dan keterampilan yang diperolehnya
ketika berada di Rehabilitasi Centrum, pada tahun 1990an Ad mulai bekerja di PT. Kedawang Subur Magelang, dan selanjutnya dipindahkan ke PT. Kanigarang sampai
tahun 2007. Ad saat ini membuka salon di rumah serta memiliki kesibukan mengajar di SLB Negeri Ungaran. Ad mengajar di SLB Negeri Ungaran atas tawaran dari
kepala sekolah SLB tersebut. Ad menerima tawaran tersebut karena rasa senasib dengan siswa-siswa yang ada di SLB tersebut, sehingga hati nurani Ad terpanggil. Ad
tidak pernah mengalami kesulitan dalam bekerja karena potensi dan keahlian yang dimiliki serta keuletan Ad. Ad bahkan awal membuka salon tidak berbekal
kemampuan yang diperoleh dari pendidikan atau pelatihan, namun dari kemampuannya secara otodidak.
4.3.3.4 Narasumber 4
Narasumber utama keempat adalah Dd. Dd lahir di Semarang, pada tanggal 13 Maret 1965 sebagai anak normal. Usia 10 tahun Dd mengalami panas tinggi dan
mendapatkan suntikan dari dokter yang menyebabkan kaki kirinya layu atau polio. Dd tetap melanjutkan pendidikan di sekolah biasa meskipun telah menjadi
penyandang disabilitas. Lulus dari SMA di Semarang, Dd melanjutkan pendidikan untuk mendapatkan keterampilan di Rehabilitasi Centrum Solo.
65 Dd sempat mencari pekerjaan di Jakarta selepas pendidikan di RC Solo. Dd
mengaku mendapatkan penolakan dari perusahaan tempat Dd melamar ketika diketahui keadaan Dd sebagai tunadaksa. Merasa berputus asa untuk mendapatkan
pekerjaan di Jakarta, Dd memutuskan kembali ke Semarang dengan istrinya. Kota kelahiran Dd juga dirasa kurang ramah dengan penyandang disabilitas. Dd kemudian
memutuskan untuk membuka jasa servis elektronik dengan berbekal ketrampilan yang diperolehnya di Solo. Dd juga mengembangkan usaha jual beli burung. Dd
mengaku berwiraswasta lebih mudah untuk dijalani penyandang disabilitas dibandingkan harus bersaing untuk diterima di sebuah perusahaan, kantor.
4.4 Penilaian Keadilan Distributif Kesempatan Kerja Bagi