B. PEMBAHASAN
Penelitian ini berusaha untuk menguji apakah ada hubungan antara gambaran tubuh dengan harga diri pada pria. Hasil pengujian korelasi antara
gambaran tubuh dengan harga diri didapatkan koefisien korelasi r sebesar 0,325 dan p = 0,000. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui
bahwa hipotesis penelitian diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara gambaran tubuh dengan harga diri pada pria,
dimana semakin positif gambaran subjek terhadap tubuhnya sendiri maka harga diri subjek juga akan semakin tinggi dan semakin negatif gambaran
subjek terhadap tubuhnya sendiri maka harga diri subjek juga akan semakin rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh
Wilson 1997 yang menyatakan bahwa persepsi terhadap penampilan fisik atau dalam penelitian ini disebut dengan gambaran tubuh merupakan
komponen yang cukup penting dalam harga diri global seorang pria. Berdasarkan deskripsi dan kategorisasi data penelitian pada kedua
variabel, ditemukan bahwa kebanyakan subjek penelitian memiliki gambaran tubuh positif dan harga diri yang tinggi. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Grogan dan Richard 2002 mengenai gambaran tubuh pada menunjukkan bahwa pria yang berada pada rentang
usia 18-25 tahun merasa bahwa penampilan fisik yang menarik dapat mengakibatkan tingginya harga diri mereka. Mereka merasa apabila mereka
terlihat lebih baik memiliki tubuh yang atletis, berpenampilan rapi maka mereka akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, merasa lebih diterima
serta memiliki kekuatan untuk mengontrol saat berada dalam situasi sosial. Pada subjek pria dengan usia yang lebih muda 16-17 tahun, perasaan
tersebut akan semakin kuat. Sumbangan dari gambaran tubuh terhadap harga diri pada pria adalah
sebesar 11 R² = 11. Hal ini mengandung pengertian bahwa kontribusi gambaran tubuh terhadap harga diri pada pria adalah sebesar 11. Selain itu
terdapat faktor-faktor lain selain gambaran tubuh yang mempengaruhi harga diri seorang pria.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi harga diri selain gambaran tubuh adalah faktor penerimaan dari lingkungan sosial, status dan posisi
individu dalam kehidupannya, nilai dan aspirasi, serta cara individu merespon penilaian orang lain. Penelitian lain yang senada juga dilakukan oleh Fawkner
2004 mengenai gambaran tubuh dan media gambaran tubuh. Hasilnya menunjukkan bahwa penampilan fisik memiliki efek yang cukup
mempengaruhi interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari para pria. Para subjek melaporkan bahwa komentar dari orang di sekitar terutama pasangan
hidup mengenai penampilan fisiknya sangat mempengaruhi pandangan subjek terhadap gambaran tubuhnya sendiri. Komentar negatif dari orang di
sekitar terutama pasangan hidup terhadap penampilan fisik subjek biasanya berupa perbandingan penampilan fisik subjek dengan penampilan fisik pria
lain dapat menyebabkan stress yang mengakibatkan rendahnya harga diri
saat berinteraksi sosial dengan orang lain.
Selain itu faktor keberhasilan pada bidang-bidang yang dianggap penting bagi individu seperti dalam bidang akademik, keterampilan fisik atau
olahraga, dan penerimaan sosial juga turut mempengaruhi harga diri individu Fredricks Eccles dalam Shaffer, 2005. Secara umum, harga diri yang
tinggi didapat ketika individu berhasil dalam bidang yang dianggap penting bagi dirinya, sedangkan bila ia gagal dalam bidang yang baginya tidak
penting maka harga diri yang rendah tidak akan muncul James dalam Dacey Kenny, 1997.
Berdasarkan nilai signifikansi perbandingan antara dimensi gambaran tubuh dengan komponen harga diri, ditemukan bahwa:
1. Dimensi orientasi penampilan berhubungan dengan harga diri subjek dalam penelitian ini secara umum, tapi hanya pada komponen perasaan
diterima saja. Hal ini membuktikan bahwa perasaan individu ketika dia merasa diterima oleh lingkungan sosialnya berhubungan dengan sejauh
mana individu tersebut berusaha untuk meningkatkan tampilan fisiknya. Contohnya adalah individu yang rutin melakukan latihan fitness
dikarenakan dia merasa teman-temannya senang bergaul dengannya karena dia memiliki bentuk tubuh yang atletis.
2. Dimensi kepuasan terhadap bagian tubuh tidak berhubungan dengan harga diri subjek dalam penelitian ini secara umum. Namun ketika dilihat dari
setiap komponen harga diri, hanya komponen perasaan diterima saja yang berhubungan dengan dimensi kepuasan terhadap bagian tubuh. Hal ini
membuktikan bahwa perasaan individu ketika dia merasa diterima oleh
lingkungan sosialnya berhubungan dengan sejauh mana individu tersebut merasa puas terhadap bagian tubuhnya terlepas dari bagaimana bentuk dan
ukuran bagian tubuhnya. Contohnya adalah individu yang merasa puas terhadap perut buncitnya dikarenakan dia merasa teman-temannya senang
bergaul dengannya karena perut buncitnya membuat dia terlihat lucu. 3. Dimensi kecemasan menjadi gemuk berhubungan dengan harga diri subjek
dalam penelitian ini secara umum, tapi hanya pada komponen perasaan mampu saja. Hal ini membuktikan bahwa perasaan individu ketika dia
merasa mampu mencapai tujuan yang diinginkannya berhubungan dengan sejauh mana individu tersebut merasa cemas dengan kegemukannya yang
dialaminya. Contohnya adalah individu yang merasa cemas dengan tubuhnya yang semakin gemuk akan merasa yakin dan mampu untuk
melakukan program diet. 4. Komponen perasaan diterima memiliki hubungan signifikan yang paling
banyak dengan dimensi-dimensi gambaran tubuh. Dengan kata lain, perasaan individu ketika dia merasa diterima oleh lingkungan sosialnya
sangat berhubungan dengan gambaran tubuhnya. 5. Dimensi evaluasi penampilan dan pengkategorian ukuran tubuh memiliki
hubungan signifikan paling banyak dengan komponen-komponen harga diri. Dengan kata lain, evaluasi dan penilaian individu terhadap
penampilan maupun ukuran tubuhnya sangat berhubungan dengan harga dirinya. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa
semakin negatif pandangan individu terhadap gambaran tubuhnya sendiri
maka akan semakin meningkatkan resiko untuk mengidap body dysmorphic disorder Phillips Diaz, 1997, meningkatnya depresi,
rendahnya harga diri, dan rendahnya kepuasan hidup Cafri et al., 2002; McCreary Sasse, 2000; Olivardia, Pope, Borowiecki, Cohane, 2004.
Dilihat dari nilai signifikansi perbandingan antara gambaran tubuh dengan harga diri berdasarkan indeks massa tubuh, ditemukan bahwa
gambaran tubuh memiliki hubungan yang signifikan dengan harga diri hanya pada orang-orang dengan kategori gemuk dan tidak pada orang-orang dengan
kategori lainnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Bordo 2003 yang menyebutkan bahwa keadaan gemuk dihubungkan dengan kemalasan, tekad
yang lemah, dan kurangnya kontrol diri sedangkan keadaan kurus dihubungkan dengan keadaan sakit dan kurang gizi sehingga individu
bertubuh gemuk mendapat pandangan yang lebih negatif daripada individu bertubuh kurus.
Dilihat dari nilai signifikansi perbandingan antara gambaran tubuh dengan harga diri berdasarkan kota tempat tinggal, ditemukan bahwa
gambaran tubuh memiliki hubungan yang signifikan dengan harga diri hanya pada orang-orang yang tinggal di kota Jakarta dan tidak pada orang-orang
yang tinggal di kota lainnya. Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh trend “pria metroseksual” yang sedang berkembang di kota Jakarta dimana pria-
pria di kota Jakarta lebih cenderung mengevaluasi tubuhnya terkait dengan harga dirinya.
56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran yang
berkaitan dengan hasil penelitian. Pada bagian pertama akan berisi rangkuman hasil penelitian yang dibuat berdasarkan analisa, interpretasi dan
pembahasan. Pada bagian akhir akan dikemukakan saran-saran yang mungkin berguna bagi penelitian yang akan datang dengan tema yang sama.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan mengenai hasil penelitian, yaitu:
1. Gambaran tubuh adalah gambaran persepsi, emosi, kognisi, dan perilaku seseorang mengenai atribut fisiknya. Sedangkan harga diri
adalah evaluasi diri berupa penerimaan maupun penolakan individu terhadap dirinya. Hasil penelitian ini menunjukkan sejauh mana
individu mempersepsikan gambaran tubuhnya ternyata berhubungan dengan bagaimana individu tersebut menghargai dirinya. Semakin dia
menyukai tubuhnya maka dia akan semakin menghargai dirinya dan sebaliknya.
2. Berdasarkan indeks massa tubuh, hasil tersebut hanya berlaku pada orang-orang dengan kategori gemuk. Hal tersebut disebabkan karena
individu bertubuh gemuk mendapat pandangan yang lebih negatif daripada individu bertubuh kurus.