Perencanaan Kebutuhan Kapasitas Produksi di PT. Pusaka Prima Mandiri
II-1
PERENCANAAN KEBUTUHAN KAPASITAS PRODUKSI DI PT. PUSAKA PRIMA MANDIRI
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
MEIRINA TRI UTAMI SIREGAR 0 8 0 4 0 3 0 8 5
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
2015
(2)
(3)
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan tugas sarjana ini. Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Tugas sarjana ini berjudul “Perencanaan Kebutuhan Kapasitas Produksi di PT. Pusaka Prima Mandiri”. Tugas sarjana ini disusun berdasarkan data dan literatur mengenai perencanaan kebutuhan kapasitas produksi agar dihasilkan jumlah kapasitas produksi yang tersedia dapat memenuhi kapasitas produksi yang dibutuhkan di PT. Pusaka Prima Mandiri.
Penulis berusaha memberikan yang terbaik dalam mengerjakan tugas sarjana ini, namun penulis menyadari bahwa tugas sarjana ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, April 2015
Penulis
(5)
UCAPAN TERIMA KASIH
Selama penyusunan tugas sarjana ini, Penulis telah banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT., selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT., selaku sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT., selaku Koordinator Tugas Akhir di Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah membimbing Penulis dalam penentuan topik tugas sarjana ini sekaligus memberikan bimbingan akademis dan motivasi kepada Penulis dalam menyelesaikan tugas sarjana ini. 4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga.M.Eng., selaku Koordinator Bidang
Rekayasa Sistem Manufaktur, yang telah membimbing Penulis selama pengerjaan Pra-proposal tugas sarjana.
5. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin Matondang, MT., selaku Dosen Pembimbing I Penulis dalam penyelesaian tugas sarjana ini, yang telah menyediakan waktu untuk dapat memberikan bimbingan dan pengarahan kepada Penulis dalam menyelesaikan tugas sarjana ini.
(6)
6. Bapak Ikhsan Siregar, ST, M.Eng., selaku Dosen Pembimbing II Penulis yang telah menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengetahuan tambahan kepada Penulis dalam menyelesaikan tugas sarjana ini.
7. Bapak Pimpinan PT. Pusaka Prima Mandiri yang telah memberikan izin bagi Penulis untuk melakukan riset tugas sarjana di perusahaan.
8. Ibu Nurhaida, Bapak Tomo, Bapak Chandra Hutabarat yang merupakan staf di PT. Pusaka Prima Mandiri yang telah meluangkan waktu dan memberikan pengarahan, data serta informasi kepada Penulis selama melakukan penelitian di bagian lantai produksi.
9. Orang tua dan keluarga Penulis yang tercinta yang selalu memberikan semangat, bantuan, motivasi dan doa yang tak terhingga sampai saat ini.
10.Dosen dan pegawai di Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan serta dukungan kepada Penulis.
11.Seluruh rekan-rekan Teknik Industri Stambuk 2008 Universitas Sumatera Utara yang telah membantu, menjadi tempat bertukar pikiran/diskusi dan memberikan semangat kepada Penulis.
12.Teman-teman Penulis: Amanah Pasaribu, Atikah, Maysarah, Nadia Syafira, Devy, Nilda, Rizki Setiawan, Ruth, Dewi, Ami, Agil, Chici Yolanda, Dina Siregar, Benny, Irdina, Kak Siti, Kak Dian, Bang Evan, Hari, Ellen, Anes, Karina Khairul, Ira Harahap, Mhd. Azhar, Agung, Ridho Sinaga, Syamsyarief Baqaruzi, Fahdi Ruamta, Fahmi Syawali, Aji, Bambang, Yuli, dan Ibnu Fajar selalu membantu serta memberikan semangat kepada Penulis.
(7)
13.Mahasiswa/i di Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan semangat kepada Penulis untuk menyelesaikan laporan ini.
14.Seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu, namun telah memberikan dukungan, bantuan, dan inspirasi yang sangat berharga.
(8)
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
ABSTRAK ... xvii
I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-4 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-5 1.6. Sistematika Penulisan Laporan ... I-6
(9)
2.1. Sejarah Umum Perusahaan ... II-1
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha... II-2 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-3 2.4. Organisasi dan Manajemen ... II-3 2.4.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3 2.4.2. Uraian Tugas dan Tanggungjawab ... II-4 2.4.3. Jam Kerja ... II-14 2.5. Proses Produksi ... II-15 2.5.1. Bahan yang Digunakan ... II-15 2.5.2. Uraian Proses Produksi ... II-19 2.5.2.1. Proses Peleburan (Melting) ... II-19 2.5.2.2. Proses Penuangan ... II-21 2.5.2.3. Proses Penggilingan (Rolling Mill) ... II-24 2.5.3. Mesin dan Peralatan ... II-26 2.5.3.1. Mesin Produksi ... II-26 2.5.3.2. Peralatan (Equipment) ... II-30 2.5.4. Utilitas ... II-32 2.5.5. Safety and Fire Protection ... II-33
III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Perencanaan Produksi ... III-1
(10)
3.2. Perencanaan Jangka Menengah ... III-2
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
3.3. Peramalan ... III-3 3.4. Perencanaan Agregat ... III-7 3.5. Resource Planning... III-8 3.6. Master Production Schedule ... III-9 3.7. Rough Cut Capacity Planning (RCCP) ... III-10
IV METODOLOGI PENELTIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-4 4.6. Rancangan Penelitian ... IV-5 4.7. Metode Pengumpulan Data ... IV-8 4.8. Metode Pengolahan Data ... IV-8 4.9. Kesimpulan dan Saran ... IV-9
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1
(11)
5.1.1. Data Permintaan Produk ... V-1
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.1.2. Data Hari Kerja dan Jam Kerja ... V-2 5.1.3. Data Jumlah Mesin Setiap Work Centre ... V-2 5.14. Data Efisiensi dan Utilitas Work Centre ... V-3 5.1.5. Data Waktu Set-up dan Waktu Operasi ... V-4 5.2. Pengolahan Data ... V-6 5.2.1. Peramalan ... V-6 5.2.2. Komposisi Permintaan Produk ... V-12 5.2.3. Penyusunan Agregat Planning ... V-13 5.2.4. Penyusunan Resource Planning ... V-14 5.2.5. Penyusunan Jadwal Induk Produksi ... V-15 5.2.6. Perhitungan Rough Cut Capacity Planning (RCCP)... V-17 5.2.6.1. Kapasitas yang Dibutuhkan ... V-17 5.2.6.2. Kapasitas yang Tersedia ... V-24 5.2.6.3. Laporan RCCP ... V-31
VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis Rencana Produksi ... VI-1 6.2. Analisis Kapasitas Produksi ... VI-4
(12)
7.1. Kesimpulan ... VII-1
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
7.2. Saran ... VII-1
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(13)
DAFTAR TABEL
BAB HALAMAN
1.1. Permintaan Kertas Rokok dari Oktober 2013 – September 2014 ... I-2 2.1. Jam Kerja Staf ... II-9 2.2. Jam Kerja Karyawan ... II-10 2.3. Parameter dan Kadar Maksimum Limbah Cair ... II-28 5.1. Permintaan Kertas Rokok dari Oktober 2013 – September 2014 ... V-1 5.2. Jumlah Minggu dan Hari Kerja Bulan Oktober 2014 – September
2015 ... V-2 5.3. Jumlah Mesin Setiap Work Centre ... V-3 5.4. Efisiensi dan Utilitas Setiap Work Centre ... V-4 5.5. Data Waktu Set-up dan Waktu Operasi Pembuatan Bobbin dan
Ream per MT dalam Jam ... V-5 5.6. Perhitungan Parameter Peramalan Metode Kuadratis ... V-7 5.7. Perhitungan Parameter Peramalan Metode Siklis ... V-9 5.8. Perhitungan SEE Metode Siklis ... V-10 5.9. Perhitungan SEE Metode Kuadratis ... V-11 5.10. Peramalan Data Permintaan Produk Kertas Rokok Periode
Oktober 2014 – September 2015 ... V-12 5.11. Permintaan Produk Bulan Oktober 2013 – September 2014 ... V-12 5.12. Komposisi Produk Bobbin dan Ream ... V-13 5.13. Rencana Agregat Produksi untuk Memenuhi Permintaan 12 Bulan
(14)
Ke Depan ... V-13
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.14. Perkiraan Jumlah Minggu dan Kebutuhan Kapasitas Departemen
Pemotongan Jumbo Rol ... V-15 5.15. Rencana Produksi Produk Bobbin dan Ream ... V-16 5.16. Jadwal Induk Produksi Bobbin dan Ream ... V-16 5.17. Rekapitulasi Perhitungan Kapasitas yang Dibutuhkan ... V-17 5.18. Rekapitulasi Perhitungan Kapasitas yang Tersedia ... V-24 5.19. Laporan RCCP ... V-31 6.1. Rencana Produksi Kertas Rokok Oktober 2014 – September 2015 ... VI-1 6.2. Rencana Agregat Produksi untuk Memenuhi Permintaan 12
Bulan ke Depan ... VI-2 6.3. Jadwal Induk Produksi Bobbin dan Ream ... VI-3 6.4. Laporan RCCP ... VI-4
(15)
DAFTAR GAMBAR
BAB HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi PT. Pusaka Prima Mandiri ... II-6 2.2. Blok Diagram Pembuatan Kertas ... II-21 2.3. Diagram Pengolahan Limbah Padat PT. PPM ... II-27 2.4. Diagram Pengolahan Limbah Cair PT. PPM ... II-28 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2 4.2. Flow Chart Langkah-langkah Penelitian ... IV-6 4.3. Pengolahan Peramalan ... IV-9 4.4. Flow Chart JIP dan RCCP... IV-10 5.1. Scatter Diagram Jumlah Permintaan Kertas Rokok ... V-6
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN 1. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... ... L-1 2. Form Tugas Sarjana ... ... L-2 3. Surat Penjajakan ... L-3 4. Surat Balasan Pabrik ... L-4 5. Surat Keputusan ... L-5 6. Berita Acara Laporan Tugas Sarjana ... L-6
(17)
ABSTRAK
PT. Pusaka Prima Mandiri adalah perusahaan yang memproduksi kertas rokok jenis bobbin dan ream. Pada periode Oktober 2013, Januari 2013, April 2014 dan Juli 2014 perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan konsumen akan produk kertas rokok karena jumlah produk jadi dengan jumlah permintaan konsumen tidak sesuai. Ketidaksesuaian terjadi akibat dari kapasitas produksi yang tersedia tidak sesuai dengan kapasitas produksi yang dibutuhkan. Metode yang digunakan dalam pemecahan masalah adalah dengan melakukan peramalan, penyusunan Agregat Planning, Jadwal Induk Produksi dan perhitungan
Rough-Cut Capacity Planning (RCCP). Peramalan diperlukan untuk mengetahui
perkiraan permintaan konsumen periode satu tahun ke depan dan RCCP digunakan untuk mengetahui kapasitas produksi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara lain jumlah perkiraan permintaan konsumen satu tahun ke depan adalah 4112 MT dengan komposisi masing-masing produk 51% untuk bobbin dan 49% untuk ream; seluruh work centre dapat memenuhi kapasitas yang dibutuhkan bahkan memiliki kelebihan kapasitas setiap bulannya. Dari hasil perhitungan, rencana agregat produksi dan Jadwal Induk Produksii bersifat feasible sehingga perencanaan kapasitas produksi yang diusulkan dapat diketahui bahwa seluruh perkiraan permintaan konsumen dapat terpenuhi dan kerugian perusahaan dapat berkurang.
(18)
ABSTRAK
PT. Pusaka Prima Mandiri adalah perusahaan yang memproduksi kertas rokok jenis bobbin dan ream. Pada periode Oktober 2013, Januari 2013, April 2014 dan Juli 2014 perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan konsumen akan produk kertas rokok karena jumlah produk jadi dengan jumlah permintaan konsumen tidak sesuai. Ketidaksesuaian terjadi akibat dari kapasitas produksi yang tersedia tidak sesuai dengan kapasitas produksi yang dibutuhkan. Metode yang digunakan dalam pemecahan masalah adalah dengan melakukan peramalan, penyusunan Agregat Planning, Jadwal Induk Produksi dan perhitungan
Rough-Cut Capacity Planning (RCCP). Peramalan diperlukan untuk mengetahui
perkiraan permintaan konsumen periode satu tahun ke depan dan RCCP digunakan untuk mengetahui kapasitas produksi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara lain jumlah perkiraan permintaan konsumen satu tahun ke depan adalah 4112 MT dengan komposisi masing-masing produk 51% untuk bobbin dan 49% untuk ream; seluruh work centre dapat memenuhi kapasitas yang dibutuhkan bahkan memiliki kelebihan kapasitas setiap bulannya. Dari hasil perhitungan, rencana agregat produksi dan Jadwal Induk Produksii bersifat feasible sehingga perencanaan kapasitas produksi yang diusulkan dapat diketahui bahwa seluruh perkiraan permintaan konsumen dapat terpenuhi dan kerugian perusahaan dapat berkurang.
(19)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap perusahaan akan berusaha semaksimal mungkin untuk memuaskan konsumen dengan cara memenuhi permintaan konsumen tepat waktu dengan jumlah yang sesuai. Permintaan terhadap suatu produk pada umumnya bersifat fluktuatif yaitu selalu datang dalam jumlah yang tidak pasti dari waktu ke waktu. Untuk mengantisipasi permintaan konsumen yang berfluktuasi, maka setiap perusahaan harus melakukan rencana produksi sebelum melakukan kegiatan di lantai produksi.
PT. Pusaka Prima Mandiri merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper)
jenis bobbin yang berupa gulungan dan ream yang berupa lembaran. Tingkat permintaan kertas rokok ini cenderung berfluktuasi setiap bulannya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan bagian produksi diketahui bahwa selama ini acuan pelaksanaan produksi yang dilakukan oleh PT. Pusaka Prima Mandiri hanya berdasarkan pada pengalaman masa lalu dan pertimbangan kepala bagian produksi saja sehingga tak jarang perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen dalam jumlah yang banyak dan waktu yang singkat. Adapun permintaan konsumen yang berfluktuasi dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut:
(20)
Tabel 1.1. Permintaan Kertas Rokok dari Oktober 2013 - September 2014
Bulan Permintaan (MT) Produksi (MT) Kekurangan/Kelebihan (MT) Bobbin Ream Bobbin Ream Bobbin Ream
Oktober 2013 210 152 197 150 -13 -2
November 2013 218 172 220 196 +2 +24
Desember 2013 199 168 216 212 +17 +44
Januari 2014 122 186 164 181 +42 -5
Februari 2014 164 179 188 208 +24 +29
Maret 2014 181 131 173 169 -8 +38
April 2014 142 159 137 137 -5 -22
Mei 2014 177 150 187 189 +10 +39
Juni 2014 184 189 226 197 +42 +8
Juli 2014 182 164 200 158 +18 -6
Agustus 2014 166 178 174 188 +8 +10
September 2014 164 171 177 215 +13 +44
Sumber: PT. Pusaka Prima Mandiri
Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa permintaan kertas rokok jenis bobbin dan ream yang tidak terpenuhi selama bulan Oktober 2013 sampai September 2014 adalah 26 MT dan 35 MT. Rata-rata harga jual kertas rokok jenis bobbin adalah sekitar Rp. 1.900.000/MT dan ream adalah sekitar Rp. 1.562.000/MT Tidak terpenuhinya permintaan menyebabkan perusahaan kehilangan pendapatan (opportunity loss) sebesar Rp. 104.070.000/tahun. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan di dalam melakukan perencanaan produksi yaitu dengan menyusun perencanaan kebutuhan kapasitas dalam rangka pemenuhan tingkat permintaan konsumen terhadap produk kertas rokok yang berfluktuasi dengan menghitung perencanaan kapasitas secara kasar dan
(21)
membandingkannya dengan kapasitas yang tersedia dengan metode Rough Cut Capacity Planning (RCCP).
Penelitian di PT. Hanil Jaya Steel (Fatmawati dan Umar Wiwi, 2013) menunjukkan bahwa dengan merencanakan kebutuhan kapasitas, perusahaan akan lebih mengetahui jumlah dan jam mesin yang dibutuhkan sehingga perusahaan dapat memenuhi tingkat pelayanan terhadap konsumen dan mencapai target produksi tepat waktu. Penelitian menggunakan RCCP juga dilakukan pada PT. XYZ (Ira Rumiris, Jabbar M Rambe dan Nazlina, 2013) menunjukkan bahwa dari hasil perencanaan kapasitas produksi yang diusulkan akan diketahui bahwa seluruh permintaan konsumen dapat terpenuhi dan pendapatan perusahaan meningkat. Oleh karena itu, dengan merencanakan kebutuhan kapasitas, PT Pusaka Prima Mandiri dapat melakukan pengendalian kegiatan produksi secara lebih terencana, terkendali, dan juga terintegrasi sehingga tingkat pelayanan terhadap konsumen dapat terpenuhi.
1.2. Perumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen yang berfluktuasi. Untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan perencanaan kebutuhan kapasitas yang tepat agar terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan produksi.
(22)
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilakukannya perencanaan kebutuhan kapasitas adalah: 1. Melakukan penyusunan rencana produksi periode Oktober 2014-September
2015.
2. Melakukan perhitungan kebutuhan kapasitas dan kapasitas tersedia.
1.4. Asumsi dan Batasan Penelitian
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan produksi berjalan normal dan tidak mengalami perubahan. 2. Tenaga kerja tidak berubah dan dianggap menguasai tugas.
3. Mesin-mesin produksi tidak mengalami perubahan dan sesuai dengan teknologi yang digunakan saat ini.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Peramalan dilakukan berdasarkan data permintaan selama satu tahun terakhir (Oktober 2013-September 2014)
2. Metode perhitungan kapasitas menggunakan metode RCCP
3. Penelitian menghitung kapasitas produksi dilakukan untuk satu tahun ke depan.
(23)
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Mahasiswa
Memperoleh pengalaman serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori ilmiah yang diperoleh di perkuliahan untuk mencari solusi permasalahan-permasalahan yang terjadi di perusahaan dari sudut pandang akademis sehingga dapat mengembangkan pola pikir yang lebih cerdas dan cermat pada bidang kerja nyata.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau bahan pertimbangan bagi peningkatan kinerja perusahaan dan pengembangan berbagai aspek dalam perusahaan. Selain itu perusahaan mendapatkan informasi secara teoritis mengenai hal-hal yang berhubungan dengan disiplin ilmu Teknik Industri dalam penyusunan jadwal induk produksi dan kapasitas produksi.
3. Bagi Departemen Teknik Industri USU
a. Dapat mempererat kerja sama antara perusahaan dengan Fakultas Teknik, Departemen Teknik Industri, Universitas Sumatera Utara.
b. Departemen Teknik Industri dapat lebih dikenal secara luas sebagai forum disiplin ilmu terapan yang sangat bermanfaat bagi suatu perusahaan.
(24)
1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana
Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: BAB I (Pendahuluan), berisikan uraian tentang latar belakang timbulnya masalah pada perusahaan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah serta sistematika penulisan tugas sarjana.
BAB II (Gambaran Umum Perusahaan), berisikan tentang gambaran umum perusahaan secara keseluruhan.
BAB III (Landasan Teori), berisikan penguraian mengenai tinjauan pustaka yang berisi teori-teori mengenai defini dan sasaran pengendalian produksi, perencanaan agregat, resource planning, jadwal induk produksi, RCCP, dan teknik peramalan sebagai landasan utama dalam melakukan analisis pemecahan masalah.
BAB IV (Metodologi Penelitian), berisikan pemaparan metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi penjelasan tahapan penelitian secara ringkas disertai diagram alirnya.
BAB V (Pengumpulan dan Pengolahan Data), berisikan data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.
BAB VI (Analisis Pemecahan Masalah), berisikan hasil pengolahan data yang digunakan sebagai dasar dalam pemecahan masalah.
BAB VII (Kesimpulan dan Saran), berisikan intisari yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.
(25)
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
PT. Pusaka Prima Mandiri (PPM) merupakan sebuah perusahaan swasta yang bergerak di dalam bidang usaha produksi pembuatan kertas rokok. Pada awalnya, perusahaan tersebut bernama PT. Delitua Paper Mill, namun pada tahun 1983, perusahaan ini mengalami likuidasi SPP Presiden No. 441/I/PMA/1983 yang menyebabkan perusahaan ini mengalami pergantian nama menjadi PT. Kimsari Paper Indonesia.
PT. Kimsari Paper Indonesia berstatus Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang didirikan pada tahun 1984 dan mulai beroperasi pada tahun 1985. Perusahaan berdiri atas prakarsa tiga pemegang saham, yaitu PT. Sarida Perkasa, PT. Duta Mendut, dan Kimberly Clark Corporation yang membeli seluruh aset dari eks PT. Delitua Paper Mill.
Pada tahun 2003, perusahaan ini kemudian diambil alih oleh Schweitzer-Mauduit dan kemudian berganti nama menjadi Papeteries De Schweitzer-Mauduit. Pada tanggal 24 Oktober 2003, Schweitzer-Mauduit International Inc. mengumumkan di Alpharetta bahwa PT. Kimsari Paper Indonesia yang merupakan anak perusahaannya telah diambil alih saham kepemilikannya secara keseluruhan, kemudian perusahaan ini berganti nama lagi menjadi Papeteries De Mauduit.
Pada Tahun 2013 tepatnya tanggal 18 April 2013, PT. PDM Indonesia berubah nama menjadi PT. Pusaka Prima Mandiri yang disahkan di depan Notaris
(26)
Wesley Tanudjaya, S.H., dalam Akta No. 2 Tahun 2013. Dengan dijualnya seluruh saham asing milik Schweitzer Mauduit France SAS dan dibeli oleh pemegang saham Indonesia, maka Status PMA kini telah berubah menjadi PMDN. PT. Pusaka Prima Mandiri. PT. Pusaka Prima Mandiri merupakan salah satu perusahaan penghasil kertas rokok terbesar di Indonesia yang terus mengalami perkembangan dan peningkatan dalam beberapa tahun ini. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan kualitas produk yang selalu dilakukan, dan bertambahnya jumlah produksi serta permintaan dari pelanggan.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
PT. Pusaka Prima Mandiri (PPM) bergerak di bidang industri pembuatan kertas rokok (cigarette paper) dalam bentuk bobbin dan ream. Spesifikasi ukuran kedua bentuk tersebut tergantung dari permintaan setiap pelanggan.
2.3. Lokasi Perusahaan
Lokasi PT. Pusaka Prima Mandiri (PPM) ini terletak di Jalan Brigjend Zein Hamid Km. 6,9 Titi Kuning, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Luas area PT.PPM ini sekitar 49.997 m2. Dengan luas lantai yang digunakan untuk kegiatan produksi dan perkantoran seluas 12.291,2 m2. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan di dalam pemilihan lokasi PT.PPM di daerah Titi Kuning adalah antara lain:
1. Strategis sehingga mudah dalam masalah transportasi.
(27)
3. Lingkungan kerja yang baik, salah satunya adalah untuk kebutuhan tenaga kerja.
2.4. Daerah Pemasaran
Produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Pusaka Prima Mandiri (PPM) tersebut dipasarkan ke pabrik-pabrik rokok yang ada di Sumatera Utara dan Pulau Jawa. Dengan persentase sekitar 75% dipasarkan di Pulau Jawa dan 25% ke daerah Sumatera Utara. Daerah pemasaran PT. PPM tidak hanya terbatas pada pemasaran didalam negeri saja, akan tetapi sudah menjangkau pemasaran diluar negeri. Pemasaran ke luar negeri umumnya dilakukan di Malaysia. Beberapa pabrik rokok yang menjadi konsumen tetap perusahaan antara lain:
1. PT. Aroma Tobacco International (Kudus) 2. PT. Amiseta (Malang)
3. PT. Bentoel Prima (Malang) 4. PT. Bintang Bola Dunia (Malang) 5. PT. Duta Mendut (Bekasi)
6. PT. Filtrona Indonesia (Sidoarjo) 7. PT. Gelora Djaja (Surabaya)
8. PT. Nojorono Tobacco International (Kudus) 9. PT. HM Sampoerna (Surabaya)
10. PT. Sumatera Tobacco Trading Company (Pematang Siantar) 11. PT. Suburaman (Malang)
(28)
13. PT. Wongso Pawiro (Pematang Siantar) 14. Tai Chong Tobacco Manufacturing (Malaysia) 15. Texas Tobacco Co. L (Kamboja)
Kertas rokok yang telah dipesan oleh konsumen, akan dikirim oleh perusahaan dengan menggunakan alat angkutan truk untuk pengiriman ke wilayah Sumatera dan sekitarnya, sedangkan pengiriman ke wilayah pulau Jawa dan sekitarnya dilakukan dengan menggunakan kapal (container), begitu juga untuk pengiriman ke luar negeri.
2.5. Organisasi dan Manajemen Perusahaan
Organisasi dan manajemen merupakan faktor yang paling penting untuk memperlancar aktivitas perusahaan sehingga tercapai sasaran dan target yang diharapkan. Agar aktivitas perusahaan berjalan dengan lancar maka perusahaan harus memiliki organisasi dan manajemen yang baik. Perusahaan yang terdiri dari beberapa bagian aktivitas yang berbeda-beda harus terkoordinasi sedemikian rupa sehingga dapat mencapai sasaran dan target perusahaan dengan efisien yang tinggi.
2.5.1. Struktur Organisasi
Struktur orgnanisasi adalah suatu cara atau sistem untuk mengadakan pembagian kerja, pembatasan tugas, tanggung jawab, dan wewenang serta menetapkan hubungan-hubungan antar unsur organisasi yang satu dengan yang lain sehingga memungkinkan orang untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan.
(29)
Struktur organisasi yang digunakan di PT.Pusaka Prima Mandiri (PPM) adalah struktur organisasi lini dan fungsional, yaitu merupakan perpaduan antara organisasi lini dan organisasi fungsional. Sruktur lini merupakan struktur dimana didalamnya terdapat garis wewenang yang menghubungkan langsung secara vertikal antara atasan dan bawahan. Struktur fungsional merupakan struktur organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada kepala bagian yang mempunyai jabatan fungsional untuk dikerjakan kepada pelaksana.
Adapun struktur organisasi di PT. Pusaka Prima Mandiri (PPM) dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2.5.2. Tugas dan Tanggung Jawab
Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari di suatu perusahaan untuk menghasilkan output dibutuhkan personil yang memegang jabatan tertentu dalam organisasi, dimana tiap personil mempunyai tugas, wewenang, dan tanggung jawab tersendiri dengan cakupan yang jelas.
Adapun uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan yang terdapat dalam struktur organisasi PT. Pusaka Prima Mandiri (PPM) adalah sebagai berikut:
a. Manajer Umum (General Manager)
1) Memimpin dan mengawasi kegiatan perusahaan setiap hari.
2) Bertindak sebagai decision making untuk kepentingan dan kelangsungan perusahaan sehingga tujuan utama perusahaan dapat tercapai.
(30)
General Manager Executive Secretary Finance Manager Mill Operation Manager Sales Manager
HR & GA Manager
Strategic Procurement
Manager
Product Development &
Technical Manager Produc tion Manager Enginee ring Manager Ware house Manager EHS Coordina tor Conver ting Manager Accoun ting & Tax Manager MIS Manager Financial Analyst Customer
Service Staff Staff
Super visor QA
Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan
Sumber: PT. Pusaka Prima Mandiri
(31)
V-1 b. Manajer Umum (General Manager)
4) Memimpin dan mengawasi kegiatan perusahaan setiap hari.
5) Bertindak sebagai decision making untuk kepentingan dan kelangsungan perusahaan sehingga tujuan utama perusahaan dapat tercapai.
6) Melakukan hubungan kerja dengan pihak pemerintah dan swasta. b. Manajer Keuangan (Finance Manager)
1) Memeriksa dan menganalisa data, laporan aliran dana dan biaya perusahaan.
2) Merencanakan dan mengawasi setiap aktivitas keuangan perusahaan. 3) Menyetujui kontrak penjualan dengan pihak customer.
c. Manajer Operasi (Mill Operation Manager)
1) Bertanggung jawab penuh terhadap jalannya proses produksi.
2) Merencanakan produksi sesuai dengan spesifikasi standar mutu untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
3) Mengawasi dan mengevaluasi setiap kegiatan produksi dengan mendeteksi kesalahan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan.
d. Supervisor Quality Assurance
1) Bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pengendalian kualitas. 2) Melakukan kerjasama dengan pihak produksi untuk meningkatkan mutu
dari produk.
e. Manajer Keteknikan (Engineering Manager)
(32)
2) Mengawasi pelaksanaan perawatan mesin, peralatan atau fasilitas pendukungnya agar produksi dapat berjalan dengan baik.
3) Melakukan koordinir untuk memperbaiki mesin-mesin atau peralatan yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
f. Manajer Pembelian (Strategic Procurement Manager)
a. Melakukan hubungan dengan pihak supplier untuk pembelian bahan baku dan bahan penolong.
b. Membuat jadwal ordering barang berdasarkan request dari bagian-bagian tertentu.
c. Melakukan persetujuan terhadap kontrak pembelian bahan baku dan bahan penolong dari pihak supplier.
g. Manajer Personalia (Human Resources & General Affairs Manager)
1) Mengatur seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia.
2) Membimbing dan mengarahkan bawahan dalam pelaksanaan pekerjaan. 3) Menjalin dan membina kerjasama dengan pihak luar, baik dengan
perusahaan lain maupun pejabat yang menangani ketenagakerjaan. h. Manajer MIS (Management Information System)
1) Merencanakan sistem informasi yang ada di perusahaan agar berjalan dengan baik.
2) Mengawasi kegiatan perusahaan dalam hal penyaluran informasi.
3) Membuat saluran LAN (Local Area Network) yang menghubungkan setiap bagian didalam perusahaan.
(33)
i. Financial Analyst
1) Melakukan pemeriksaan kegiatan internal perusahaan baik di kantor maupun di pabrik agar sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
2) Menangani perencanaan budget perusahaan.
3) Merencanakan dan mengontrol rencana pengeluaran biaya perusahaan. j. Bagian Administrasi Penjualan dan Pemasaran
Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi kegiatan perusahaan dalam hal pemasaran kertas rokok serta menangani urusan administrasi penjualan.
2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan
Jumlah tenaga kerja pada PT. Pusaka Prima Mandiri adalah sebanyak 201 orang yang terdiri atas 178 orang laki-laki dan 23 orang wanita. Tenaga kerja di perusahaan ini dapat digolongkan atas staf dan karyawan. Golongan staf adalah pekerja pada tingkat manajer, kepala bagian, dan pekerja yang tidak bekerja pada bagian produksi. Sedangkan, golongan karyawan adalah pekerja yang bekerja pada bagian produksi, termasuk satpam.
Staf bekerja pada hari Senin sampai Jumat dengan jumlah jam kerja 7 jam sehari. Jadwal kerja Staf dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jam Kerja Staf
Hari Waktu Kerja
Senin – Jumat 08.30 – 17.00 WIB Sumber: PT. Pusaka Prima Mandiri
(34)
Untuk karyawan, jadwal kerja dibagi atas 3 shift/hari, dimana jam kerja pada hari Senin sampai Minggu adalah selama 8 jam/shift. Jadwal jam kerja karyawandapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Jam Kerja Karyawan Shift Kerja Waktu Kerja
Shift I 07.00 – 15.00 WIB Shift II 15.00 – 23.00 WIB Shift III 23.00 – 07.00 WIB Sumber: PT. Pusaka Prima Mandiri
2.5.4. Sistem Penggajian Karyawan dan Fasilitas
PT. Pusaka Prima Mandiri (PPM) memiliki 3 sistem pengupahan, yaitu: a. Upah Bulanan
Upah bulanan diberikan kepada karyawan yang sudah tetap, dimana jumlahnya ditentukan berdasarkan kebijakan pemerintah.
b. Upah Borongan
Upah borongan diberikan kepada karyawan yang bekerja pada masa tertentu, dimana jumlahnya disesuaikan dengan perjanjian antara perusahaan dengan pekerja tersebut.
c. Upah Harian
Upah harian diberikan kepada pekerja harian lepas dan pembayarannya dilakukan per hari.
PT. Pusaka Prima Mandiri (PPM) memiliki sistem laporan penilaian kinerja yang digunakan untuk menentukan prestasi kerja serta kenaikan gaji atau
(35)
upah terhadap karyawan. Adapun sistem laporan penilaian tersebut sebagai berikut:
a. Kualitas Kerja
Karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai prosedur kerja dan mencapai hasil yang memuaskan.
b. Kuantitas Kerja
Karyawan mampu melaksanakan pekerjaannya lebih banyak dari rata-rata. c. Pengetahuan Kerja
Karyawan mampu menguasai seluk beluk pekerjaannya dengan baik. d. Kepatuhan Kerja
Karyawan melaksanakan pekerjaannya tepat waktu sesuai dengan instruksi atasan.
e. Kerjasama
Karyawan dapat bekerjasama dan membina hubungan baik dengan seluruh rekan sekerja, sehingga dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif.
f. Inisiatif
Karyawan mampu mengemukakan ide-ide dan saran yang membangun untuk kebaikan perusahaan.
g. Loyalitas pada Perusahaan
Karyawan mampu menjaga nama baik perusahaan. h. Kehadiran Kerja
(36)
i. Keselamatan Kerja
Karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai prosedur dan peraturan keselamatan kerja yang berlaku.
PT. Pusaka Prima Mandiri juga memberikan berbagai insentif bagi karyawan, sebagai berikut:
1. Memberikan THR (Tunjangan Hari Raya) 2. Memperhatikan kebutuhan rohani karyawan 3. Jaminan sosial untuk tenaga kerja (Jamsostek)
4. Jaminan kesehatan antara lain, cuti sakit, cuti khusus, karena perkawinan atau musibah, tunjangan proyek, tunjangan kemalangan, tunjangan keluarga.
Fasilitas kerja juga diberikan PT. Pusaka Prima Mandiri (PPM) kepada seluruh karyawan, seperti:
1. Memberikan pakaian kerja kepada setiap tenaga kerja.
2. Memberikan fasilitas pengobatan secara cuma-cuma pada setiap tenaga kerja. 3. Menyediakan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan
para karyawan, seperti helm, masker, sarung tangan, dan sepatu boat.
2.6. Proses Produksi
2.6.1. Bahan-bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan oleh PT Pusaka Prima Mandiri dalam melaksanakan proses produksinya adalah sebagai berikut:
(37)
1. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk pada proses produksi dan memiliki persentase yang besar dibandingkan bahan-bahan lainnya. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah:
a. Pulp Serat Panjang (Needle Bleached Kraft Pulp) digunakan sebagai kerangka dasar struktur, menjaga kekuatan kertas sewaktu masih dalam keadaan basah, dan mempertahankan kekuatan kertas agar tidak mudah putus pada proses pembuatan maupun pada mesin pembuat kertas rokok. b. Pulp Serat Pendek (Leaf Bleached Kraft Pulp) digunakan sebagai
pembentuk perata susunan kertas dan pengisi (sheet uniformity).
c. Kertas Bekas (Broke) digunakan untuk membantu kerataan formasi kertas serta kelengkungan.
2. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi, tetapi tidak tampak di bagian akhir produk. Bahan penolong yang digunakan adalah:
1. Precipitated Calcium Carbonate digunakan sebagai filler (bahan pengisi) kertas, pemerata pori-pori (porosity) dan memutihkan kertas (whiteness). 2. Cationic Retention Aid (CRA/Starch) digunakan sebagai pengikat partikel
buburan sehingga menghasilkan buburan pulp yang homogen dan menambah kekuatan kertas pada waktu basah maupun kering dan mengurangi lose pada wire.
(38)
3. Anti Foam (Defoamer) digunakan untuk mencegah buih-buih agar tidak masuk ke dalam kertas.
4. Pencegah Bakteri (Biocide) digunakan sebagai pembunuh bakteri untuk mencegah penggumpalan bakteri (slime pot).
5. Citric Acid, Anhydrous C6H8O7 Kering digunakan sebagai zat pembakar dalam kertas yang harus dinetralkan dengan KOH.
6. Potassium Hydroxide KOH digunakan untuk menetralisir Citic Acid
sebelum diaplikasikan ke mesin distribusi.
7. Bahan Penggumpal (Coagulant) digunakan untuk pengolahan air sungai (water treatment).
8. Air digunakan sebagai media dan pelarut. 3. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah:
1. Kertas pembungkus digunakan untuk membungkus kertas rokok dalam ukuran ream.
2. Core digunakan sebagai inti dari gulungan kertas selama proses penggulungan baik di paper machine maupun di bagian finishing.
3. Kertas Koran digunakan untuk mengepak hasil produksi.
4. Label atau Etiket digunakan sebagai pengenal nama perusahaan yang ditempel pada kertas pembungkus produk.
(39)
2.6.2. Uraian Proses Produksi
Proses produksi kertas rokokdi PT Pusaka Prima Mandiri terbagi atas tiga tahapan utama, yaitu tahapan persiapan, tahapan proses pembuatan kertas di
paper machine, dan tahapan penyelesaian produk.
2.6.2.1. Tahapan Persiapan
Bahan yang digunakan ada tiga yaitu pulp NBKP, LBKP, dan CaCO3. a. Pengolahan NBKP
Bahan baku NBKP dimasukkan ke dalam hdyra pulper dengan mengunakan konveyor. hdyra pulper ini menggunakan tangki untuk menguraikan serat-serat pulp yang dicampur dengan white water sebagai pengencer. Didalam
hdyra pulper terdapat pisau sebagai alat pemotong lembaran pulp sehinggan didapatkan buburan dengan konsistensi 38-40 gr/ltr. Proses berlangsung secara batch setiap 10-20 menit. Bahan baku ini digunakan sebanyak 1,5 bal untuk satu kali pelarutan. Kemudian buburan NBKP ditransfer ke wood dump chest sebagai tempat penampungan sementara yang didalamnya terdapat
agiator (pengaduk) untuk membuat konsistensi bubur tetap terjaga. Lalu buburan NBKP dipompakan ke refiner. Refiner merupakan suatu alat yang berfungsi untuk memotong dan memecahkan serat sehingga serat-serat menjadi lebih halus. Kemudian buburan yang telah halus ini ditampung di
(40)
b. Pengolahan LBKP
LBKP sekitar 1,5 bal dihancurkan selama 10-20 menit untuk mendapatkan konsistensi 38-40 gr/ltr. Proses juga berlangsung secara batch. Pelarutan LBKP dilakukan di hydra pulper bergantian dengan NBKP, setelah itu dipompa ke dalam storage chest, sebagai tempat penampungan sementara. Larutan terus diaduk agar tidak mengendap sehingga kosistensinya tetap. c. Pengolahn Broke
Buburan broke yang diproses di stock preparation ini berasal dari dry broke
dan wet broke. Khusus untuk dry broke sebelum masuk ke mixing chest
terlebih dahulu dihancurkan di sydra pulper untuk dibuat buburan dengan kosistensi tertentu, selanjutnya buburan broke ditransfer ke super vibrator
yang fungsinya hamper sama dengan refiner yaitu memecah gumpalan serat. Sedangkan untuk wet broke aliran prosesnya hamper sama dengan dry broke
tetapi melalui super vibrator karena wet broke tersebut berupa serat-serat yang sudah halus , maka alirannya langsung menuju broke chest.
d. Pengolahan Kalsium Karbonat
Kalsium karbonat dilarutkan di dissolving tank sesuai dengan kebutuhan, tetapi biasanya dilarutkan sebanyak 125 kg untuk dicampur dengan 2000 liter air. Larutan diaduk selama 15 menit agar kosistensinya terjaga. Hasil larutan kalsium karbonat disaring dengan vibrating screen dengan ukuran 100 mesh. e. Pencampuran Bahan Baku
Bahan baku seperti NBKP, LBKP, broke dan kalsium karbonat yang sudah dihaluskan kemudian dicampur di dalam mixing chest dengan komposisi yang
(41)
berlainan sesuai dengan grade kerts rokok yang diinginkan oleh pihak konsumen. Selama proses pencampuran akan timbul buih karena adanya oksigen dan ditambahkan deformer untuk menghilangkan buih tersebut. Setelah dari mixing chest campuran tersebut kemudian dipindahkan dan ditampung pada mchine chest dan siap diolah di paper machine.
2.6.2.2. Tahapan Proses Pembuatan Kertas di Paper Machine Tahapan proses pembuatan kertas di paper machine adalah: a. Pembersihan bubur kertas
Larutan pulp dari machine chest dibersihkan kotorannya melalui centi cleaner
agar endapan di dalam buburan kertas seperti pasir dan juga benda-benda padatan lainnya, biji besi, batu kerikitl, dan lain-lain dapat disaring dan dikeluarkan. Kemudian larutan digiling kembali dan dihaluskan melalui stock master refiner sehingga kosistensinya tinggal 24 – 28 gr/ltr, dan kemudian buburan dimasukkan melalui high pressure screen ke fourdinier.
b. Fourdinier
Buburan dari high pressure screen dimasukkan ke dalam head box untuk dibagi rata atas wire yang berjalan. Buburan di atas wire tersebut diayak dan diatur sedemikian rupa agar berat dasar (basis weight) kertas diperoleh. Berat dasar kertas pada pembuatan kertas rokok merupakan elemen/parameter yang terpenting sehingga proses ini sangat diperhatikan. Kemudian buburan digiling lagi dengan dandy roll agar benar-benar homogeny. Dan setelah itu, buburan akan dibentuk menjadi lembaran-lembaran.
(42)
c. Pressing
Lembaran (sheet) kemudian ditarik oleh pick-up press untuk mengeluarkan air yang masih dikandungnya, walaupun masih basah kertas tersebut sudah cukup kuat untuk ditarik. Kandungan air sesudah proses ini diharapkan menjadi sekitar 60-65%.
d. Embrossing
Setelah di press maka pada tahap ini dicetak garis-garis horizontal (verge marking). Pencetakan ini dilakukan pada saat lembaran kertas melewati roll yang sudah di set sesuai garis yang diinginkan.
e. Pengeringan I
Setelah dibentuk garis, kertas dikeringkan secara bertahap pada dryer I. Pengeringan ini dilakukan pada roll dryer yang berjumlah sepuluh roll. Dimana lembaran tersebut secara bergantian melewati roll-roll dan panas dari roll tersebut akan mengeringkan kertas.
f. Pemberian Zat Kimia
Kertas yang sudah dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam size press,
yang kemudian ditambahkan zat kimia pada kertas dengan menyentuhkan kertas pada roll yang berputar.
g. Pengeringan II
Kertas yang ditambahkan zat kimia kembali basah sehinggan dilakukan pengeringan kembali melalui dryer II dimana dryer tersebut berbentuk roll.
(43)
h. Penggulungan Kertas
Kertas yang sudah kering kemudian digulung dengan on rell sehingga berbentuk gulungan besar atau disebut dengan jumbo roll.
i. Pencetakkan Logo
Jumbo roll dari on rell kemudian diberi logo perusahaan (merek) dari konsumen yang memesan. Jumbo roll ini telah melewati tahapan pemeriksaan bagian pengendalian mutu (laboratorium). Apabila pada proses repping ini masih dijumpai kertas yang tidak memenuhi standar maka bagian repping
harus membuangnya (sebagai broke) setebal 1 cm. j. Pemotongan Kertas
Roll yang lebih kecil dari repping machine kemudian dipotong kembali menjdi roll dengan ukuran sesuai dengan permintaan konsumen pada roll slitter. Dari roll slitter selanjutnya dibawa ke mesin ream cutter ataupun
bobbin slitter. Pada proses ini juga dilakukan pemeriksaan kembali.
2.6.2.3. Tahapan Penyelesaian Produk
Pada tahap ini, rol-rol kertas rokok dibagi menurut bentuk kertas yang akan diproduksi. Kegiatan-kegiatan yang ada antara lain:
1. Ream cutter
Rol-rol kecil dari roll sliter dipotong menjadi lembaran-lembaran (ream). tahap ini, kertas masih diperiksa untuk terakhir kalinya, pemeriksaan yang dilakukan adalah:
(44)
a. cutting, oleh dilakukan pemeriksaan pada hasil pemotongan mesin. Apabila pemotongan kasar, maka kertas akan dibuang menjadi broke.
b. penampilan fisik, dilakukan pemeriksaan pada kebersihan kertas. Jika kertas kotor akan dibuang dan dijadikan broke.
c. rectangular, dilakukan pemeriksaan pada kertas berbentuk ream, kertas dilipat dan diperiksa apakah simetris atau tidak.
2. Bobbin slitter
Rol-rol dari slitter dipotong lagi pada bagian ini menjadi beberapa bobbin. Pada tahap ini, kertas yang berbentuk bobbin masih diperiksa lagi untuk terakhir kalinya. Pemeriksaan yang dilakukan adalah:
a. cutting, dilakukan pemeriksaan pada hasil pemotongan mesin. Apabila pemotongan kasar, maka kertas akan dibuang menjadi broke.
b. penampilan fisik, dilakukan pemeriksaan pada kebersihan kertas. Jika kertas kotor akan dibuang dan dijadikan broke.
c. Hasil penggulungan, dilakukan pemeriksaan pada kertas berbentuk
bobbin. Bobbin yang sudah dipotong, diperiksa gulungannya apakah rapi atau tidak.
3. Packaging
Produk jadi dibungkus dengan pembungkus, kemudian dipindahkan ke gudang barang jadi untuk selanjutnya dikirimkan ke konsumen atau pabrik rokok.
Blok diagram proses pembuatan kertas rokok diperlihatkan pada gambar 2.2.
(45)
Penghancuran Bahan Baku
Pelarutan Bahan Baku
Penghalusan Bahan Baku
Pencampuran Bahan Baku
Pembersihan Bubur Kertas
Fourdriner
Pressing
Embossing
Pengeringan I
Pemberian Zat Kimia
Pengeringan II
Penggulungan Kertas
Pencetakan Logo
Pemotongan Kertas
Bentuk Ream Bentuk Bobbin
Packing
Tahap Persiapan Bahan
Tahap Pembuatan Kertas
Tahap Penyelesaian Produk
Sumber: PT. Pusaka Prima Mandiri
(46)
2.7. Mesin dan Peralatan 2.7.1. Mesin Produksi
Mesin-mesin yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan produksi kertas rokokdi PT Pusaka Prima Mandiri yaitu:
1. Tangki Penampungan
a. Wood Dump Chest digunakan menampung larutan NBKP yang berasal dari hydra pulper sebelum diproses pada refiner.
b. Wood refiner chest digunakan menampung larutan NBKP yang berasal dari refiner sebelum dimasukkan ke dalam mixing chest.
c. Storage chest digunakan menampung larutan LBKP yang berasal dari
hydra pulper sebelum dimasukkan ke dalam mixing chest.
d. Super vibrator chest digunakan menampung broke dari super vibrator sebelum dimasukkan ke dalam broke chest.
e. Broke chest digunakan menampung broke yang sudah dihancurkan pada
rotary screen (wet broke) dan super vibrator chest sebelum dimasukkan ke dalam mixing chest.
f. Mixing chest digunakan mencapur NBKP, LBKP, dan broke menjadi satu untuk kemudian dialirkan ke dalam machine chest.
g. Machine chest digunakan menampung campuran larutan pulp sebelum diproses dalam paper machine.
2. Tangki pengolahan pulp
a. Hydra Pulper digunakan menghancurkan dan melarutkan NBKP dan
(47)
b. Sydra Pulper digunakan melarutkan broke yang kemudian dialirkan ke
super vibrator.
c. Super Vibrator digunakan menghancurkan dan menghaluskan broke yang kemudian dialirkan ke broke chest.
d. Twin Hydralic Refiner digunakan menghancurkan dan menghaluskan NBKP yang kemudian dialirkan ke refiner chest.
e. Pompa digunakan memompakan larutan pulp melalui pia-pipa dari satu tangki ke tangki yang lain.
3. Mesin
a. Head of machine untuk mengencerkan buburan dan membersihkan serta mengatur laju buburan.
- Centi cleaner, yang terdiri dari pipa kerucut untuk memisahkan kotoran dari pulp.
- Rotary screen, untuk menyaring pulp atau serat yang kasar yang dikembalikan ke sistem.
- Constant level tank, untuk menstabilkan keadaan buburan dilengkapi dengan alat otomatis 1 buah flow meter dan motor rised pulper.
b. Four driner untuk membentuk buburan menjadi lembaran/sheet.
c. Pick up press digunakan mengeluarkan air yang masih dikandung oleh lembaran kertas.
d. Embosser digunakan mencetak garis-garis horizontal pada kertas.
e. Chemical applicator digunakan menambah bahan kimia agar kualitas pada kertas bertambah baik.
(48)
f. Dryer digunakan mengeringkan lembaran kertas.
g. Roll slitter digunakan memotong jumbo roll menjadi roll yang lebih kecil. h. Ream cutter digunakan memotong rol kecil menjadi lembaran ream.
i. Bobbin slitter digunakan memotong rol-rol kecil menjadi gulungan atau
bobbin.
j. Repping machine digunakan mencetak garis atau pola sesuai dengan permintaan konsumen.
k. Bobbin reaclemer digunakan memperbaiki bobbin yang rusak dari bobbin slitter.
2.7.2. Peralatan
Peralatan (equipment) yang digunakan pada proses pembuatan kertas di PT. PPM adalah:
1. Pompa
Fungsi : Memompakan larutan bubur kertas melalui pipa-pipa dari tangki yang satu ke tangki yang lain.
Kapasitas : 1,5 m3/ mnt Putaran : 980 rpm Arus : 33,2 A Jumlah : 28 Unit
(49)
2. Hinged Forklift
Forklift digunakan untuk mengangkut jumbo roll ke daerah finishing untuk dipotong pada mesin-mesin roll slitter. Selain itu juga digunakan untuk mengangkut barang jadi ke gudang jadi.
3. Hoist Crane
Crane digunkan untuk mengangkut jumbo roll ke daerah repping machine. Operasi pemakaiannya dikendalikan dengan switch gantung dari lantai.
2.7.3. Utilitas
Utilitas dalam sebuah pabrik adalah unit pembantu produksi yang tidak terlibat secara langsung terhadap bahan baku, tetapi penunjang proses agar produksi dapat berjalan lancar. Sarana pendukung yang ada di pabrik PT. PPM terdiri dari:
1. Listrik
Tenaga listrik dibutuhkan untuk menggerakkan motor listrik, pompa kompresor, mesin bubut, bor las, AC, lampu penerangan, dan keperluan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan listrik, perusahaan memperolehnya dari PLN dan bila aliran listrik dari PLN terputus maka perusahaan telah menyediakan generator sendiri sebanyak 3 unit.
2. Kebutuhan air
Air dibutuhkan untuk membantu proses produksi serta kebutuhan para pegawai. Kebutuhan air tersebut diperoleh langsung dari sungai Deli.
(50)
3. Boiler
Fungsi boiler disini adalah untuk menghasilkan energi panas yang diperlukan pada proses produksi untuk mengeringkan lembaran-lembaran kertas dan memberikan energi uap pada pencampuran chemical.
2.8. Safety and Fire Protection
Safety and Fire Protection di PT Pusaka Prima MAndiri (PPM) telah didukung oleh sarana dan prasarana yang disediakan oleh perusahaan antara lain adalah kegiatan keselamatan kerja yang dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm, masker, sarung tangan, dan sepatu boat. Penanggulangan bahaya kebakaran perusahaan melengkapi unit bagian produksinya dengan menggunakan alat pemadam api (protector).
2.9. Limbah
Limbah yang dihasilkan oleh PT. PPM adalah limbah padat dan limbah cair. Limbah padat bersumber dari broke bekas pembuangan proses pembuatan kertas rokok dan limbah padat domestik (alat tulis kantor, dan sebagainya).
Limbah padat berupa broke ( kertas bekas) terlebih dahulu dikelompokkan berdasarkan parameter porosity. Broke yang masih bisa digunakan akan disimpan dan digunakan sebagai vahan baku tambahan untuk proses selanjutnya, sedangkan
broke yang tidak memenuhi standarisasi untuk dijadikan bahan baku tambahan, akan dijual atau diberikan kepada pihak lain yang memerlukannya seperti perusahaan kertas.
(51)
Broke Produksi
Endapan CaCO3
Diklasifikasikan
Disimpan
Dijual
Limbah Domestik Diklasifikasikan Pembuangan terakhir milik PEMDA
Gambar 2.3. Diagram Pengolahan Limbah Padat PT PPM
Limbah cair yang dihasilkan PT PPM adalah berupa cairan sisa-sisa hasil produksi yang mengandung endapan dan limbah domestik. Dalam pengolahan limbah cair, PT PPM mempunyai lima bak penampungan. Bak 1 merupakan tempat penampungan dari sisa-sisa hasil produksi yang mengandung endapan. Air dari bak 1 dialirkan ke bak 2 melalui overflow, dimana pada bak 2 ini airnya lebih jernih dari bak 1 dan endapannya pun berkurang. Dari bak 2 dilairkan melalui
overflow ke bak 3, dimana pada bak ini airnya akan dialirkan ke sungai setelah memenuhi estándar dari pemerintah, sedangkan endapannya tetap tinggal di bak. Apabila endapan dari bak 1, 2, dan 3 sudah terlalu banyak, maka endapan tersebut akan disedot dan ditampung pada bak 4 dan 5. Endapan 4 dan 5 selanjutnya dikeringkan, setelah itu digonikan atau diberikan pada orang yang ingin menggunakannya.
(52)
Cairan Sisa Produksi
Dialirkan ke bak penampungan 1
Disaring dan dialirkan ke bak penampungan2
Disaring dan dialirkan ke bak penampungan3
Dialirkan ke sungai Limbah Domestik
Badan Air Buangan
Endapan CaCO3 disedot ke bak penampungan 4 dan 5
Dikeringkan dan diberikan ke orang lain
Gambar 2.4. Diagram Pengolahan Limbah Cair PT PPM
Adapun parameter yang digunakan yaitu BOD 5, COD, TSS, dan PH. Untuk BOD 5 dan COD diukur setiap sebulan sekali, sdangkan TSS dan PH diukur setiap hari. Parameter pengujian limbah disajikan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Parameter dan Kadar Maksimum Limbah Cair Parameter Limbah Cair Kadar Maksimum (mg/ltr)
BOD 5 60
COD 100
TSS 45
PH 6,0 – 9,0
(53)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Peramalan
Menurut Sukaria Sinulingga (2009), menggunakan model matematik dalam peramalan besarnya potensi permintaan terhadap produk-produk yang akan dibuat pada umumnya lebih didominasi oleh perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan make to stock. Tetapi, akhir-akhir ini perusahaan-perusahaan dalam lingkungan make to order juga sudah semakin tertarik untuk menggunakan teknik-teknik peramalan, walaupun hasilnya digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap hasil-hasil analisis berdasarkan analisis skenario perkembangan pasar yang dibuat oleh pimpinan puncak.
Metode peramalan dapat diklasifikasikan atas dua kelompok besar yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif didasarkan pada pertimbangan akal sehat (human judgement) dan pengalaman. Metode kuantitatif adalah sebuah prosedur formal yang menggunakan model matematik dan data masa lalu untuk memproyeksikan kebutuhan di masa yang akan datang.
Metode kuantitatif dapat dibagi lebih lanjut menjadi dua bagian yaitu metode intrinsik (intrinsic method) dan metode ekstrinsik (extrinsic method). Metode intrinsik sepenuhnya berdasarkan pada latar belakang riwayat permintaan terhadap item yang diramalkan sedangkan metode ekstrinsik menggunakan faktor eksternal yang dikombinasikan dengan permintaan terhadap item yang diramalkan misalnya hubungan sebab akibat.
(54)
Menurut Rosnani Ginting (2007) terdapat prosedur umum yang digunakan dalam peramalan secara kuantitatif yaitu:
1. Definisikan tujuan peramalan 2. Pembuatan diagram pencar.
3. Pilih minimal dua metode peramalan yang dianggap sesuai. 4. Hitung parameter-parameter fungsi peramalan.
5. Hitung kesalahan setiap metode peramalan.
6. Pilih metode yang terbaik, yaitu yang memiliki kesalahan terkecil. 7. Lakukan verifikasi peramalan.
3.1.1. Metode Time Series
Menurut Baroto Teguh (2002) bahwa metode time series adalah metode peramalan secara kuantitatif dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Secara umum, permintaan masa yang akan datang dipengaruhi oleh waktu. Untuk membuat suatu peramalan diperlukan data historis (masa lalu) permintaan. Data inilah yang akan dianalisis dengan menggunakan parameter waktu sebagai dasar analisis.
Peramalan dengan time series memiliki prosedur yang harus dilaksanakan secara utuh. Bila tidak, maka risiko-risiko berikut akan terjadi:
1. Hasil peramalan tidak valid, sehingga tidak dapat diterapkan.
2. Kesulitan mendapatkan/memilih metode peramalan yang akan memberikan validitas ramalan tinggi.
(55)
Sukaria Sinulingga (2009) mengemukakan bahwa time series adalah serangkaian observasi terhadap suatu variabel tertentu yang dilakukan secara diskrit. Analisis time series mengasumsikan bahwa time series dapat didekomposisi ke dalam sejumlah komponen atau faktor-faktor terkait dan kemudian masing-masing komponen-komponen diidentifikasi. Pemahaman terhadap komponen tersebut kemudian digunakan untuk membentuk model matematika yang disebut model peramalan. Model ini digunakan untuk membuat peramalan. Faktor-faktor terkait yang dimaksud pada umumnya adalah trend (trend), siklus (cycle), musiman (seasonal variation) dan residu (random factors). Dengan menggunakan faktor-faktor di atas, model peramalan berdasarkan time series dapat dijelaskan sebagai berikut:
Y = TCSR dimana, Y = nilai peramalan
T = trend
C = siklus variasi sekitar trend S = variasi musiman
R = residu atau variasi lainnya yang tidak dapat dijelaskan 1. Trend (T)
Trend ialah salah satu komponen peramalan yang menunjukkan kecenderungan yang dapat dilihat dari pola permintaan masa lalu. Bila tidak ada trend maka permintaan bersifat konstan.
2. Siklus (C)
(56)
3. Variasi musiman (S)
Variasi musiman ialah pola permintaan tinggi dan rendah yang terjadi berulang-ulang setiap tahun. Variasi ini pada umumnya terjadi karena faktor musim, baik karena iklim maupun kebiasaan manusia misalnya musim lebaran, musim liburan, tahun baru, natal, dan lain-lain setiap tahun.
4. Residu (R)
Residu menggambarkan kesempatan terjadinya variasi karena faktor random. Variasi ini tidak dapat dijelaskan oleh trend, siklus ataupun pergerakan musiman. Residu ini tidak dapat diramalkan karena tidak diketahui faktor penyebab terjadinya.
3.1.1.1.Metode Moving Average
Menurut Baroto Teguh (2002), peramalan yang berdasarkan metode rata-rata bergerak ialah peramalan dengan menggunakan data-data permintaan dalam beberapa periode lalu secara berurutan, biasanya mencakup 1 tahun. Data permintaan ini dihaluskan (smoothed out) dengan cara membagi jumlah permintaan selama beberapa periode dengan jumlah periode sehingga diperoleh jumlah permintaan rata-rata per periode. Dalam hal ini, periode dapat berupa bulanan atau kuartalan. Istilah rata bergerak dimunculkan karena harga rata-rata dihitung secara berkelanjutan dengan membuang data permintaan satu periode lama dan menggantinya dengan data periode baru.
Rumus metode moving average adalah
m
f ... f f f
f t 1 t 2 t 3 t M
t − − − −
∧ + + + +
(57)
dimana: m = jumlah periode yang digunakan sebagai dasar peramalan (nilai m ini bila minimal 2 dan maksimal tidak ada ditentukan secara subjektif
t
f
∧
= ramalan permintaan (real) untuk periode t ft = permintaan aktual periode t
3.1.1.2.Metode Weight Moving Average
Formula metode weight moving average adalah: m t m
t c f c f
f
c − − −
∧
+ +
= 1 1 2 2 1
t
f
dimana: ft
∧
= ramalan permintaan (real) untuk periode t ft = permintaan aktual pada periode t
c1 = bobot masing-masing data yang digunakan (
∑
ci =1), ditentukan secara subjektifm = jumlah periode yang digunakan untuk peramalan (subjektif)
2.1.1.3.Metode ExponentialSmoothing
Ada beberapa metode yang dikelompokkan dalam metode exponential smoothing, yaitu:
1. Single (simple) exponential smoothing
Formula untuk metode single exponential smoothing (SES) adalah:
(
)
t 1 tt αf 1 α f
f −
∧
− + =
(58)
Dimana: ft
∧
= perkiraan permintaan untuk periode t
α = suatu nilai (0 < α < 1) yang ditentukan secara subjektif ft = permintaan aktual pada periode t
ft-1 = perkiraan permintaan pada periode t-1 2. Double exponential smoothing
Formula DES adalah:
F’t = a0 + a1 t + et
Dimana a0, a1, adalah parameter proses dan e mempunyai nilai harapan dari 0 dan sebuah varians 2
e
σ . Misalkan β = 1 – α, sehingga:
Ft = α ft+ α β ft-1+ α β2 ft-2+...+ α βt-1 f1 + βt f0 Persamaan di atas dapat pula dituliskan ulang sebagai:
∑
−= −
+
= t 1
0 i 0 t 1 t i
t α βf β f
F
Double exponential smoothing adalah modifikasi dari exponentialsmoothing, yang dirumuskan sebagai berikut:
[ ] [ ]
1 t
βX αXt
Xt2 = + 2 −
Dimana: Xt[2] = F’t = peramalan double exponential smoothing
α = faktor smoothingdan β = 1 – α Xt = Ft
(59)
3.1.1.4.Metode Proyeksi Kecenderungan dengan Regresi
Menurut Rosnani Ginting (2007), metode ini merupakan dasar garis kecenderungan untuk suatu persamaan, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat di proyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang. Bentuk fungsi dari metode ini dapat berupa:
1. Konstan, dengan fungsi peramalan (Yt): Yt = a, dimana
N Y a=
∑
1dimana : Yt = nilai tambah N = jumlah periode 2. Linier, dengan fungsi peramalan:
Yt = a + bt dimana :
n bt Y
a= −
( ) ( )
( )
∑
∑
∑ ∑ ∑
− − − = 2 2 t t n y t ty n b3. Kuadratis, dengan fungsi peramalan: Yt = a + bt + ct2
dimana : n t c t b Y a 2
∑
−∑
−∑
= ∂ −=θ bα
c 2 α β θα δ b − ∂ − ∂ =
(
∑
)
−∑
=∂ 2 2 4
t n t
∑ ∑
−∑
= t Y n tY
δ
∑ ∑
−∑
= t Y n t Y
(60)
∑ ∑
−∑
= 2 2 3
t n t t
α
4. Eksponensial, dengan fungsi peramalan: Yt = aebt
dimana : n t b Y
a=
∑
ln −∑
ln
( )
2 2 t t n lnY t lnY t n lna∑
∑
∑
∑
∑
− − =5. Siklis, dengan fungsi peramalan: n t 2π cos c n t 2π sin b a
Yˆt = + +
dimana : n t 2π cos c n t 2π bsin na Y
∑
∑
= + +∑
∑
∑
= + + n t 2π cos n t 2π sin c n t π 2 sin b n t 2π sin a n t 2π Ysin 2∑
∑
∑
= + + n t 2π cos n t 2π sin b n t π 2 cos c n t 2π cos a n t 2π Ycos 2 3.1.1.5.Metode DekomposisiYaitu hasil ramalan yang ditentukan dengan kombinasi dari fungsi yang ada sehingga tidak dapat diramalkan secara biasa. Model tersebut didekati dengan fungsi linier atau siklis, kemudian bagi t atas kwartalan sementara berdasarkan pola data yang ada. Metode dekomposisi merupakan pendekatan peramalan yang tertua. Terdapat beberapa pendekatan alternatif umtuk mendekomposisikan suatu derat berkala yang semuanya bertujuan memisahkan setiap komponen deret data
(61)
seteliti mungkin. Konsep dasar pemisahan bersifat empiris dan tetap, yang mula-mula memisahkan unsur musiman, kemudian trend, dan akhirnya unsur siklis.
Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut: 1. Ramalkan fungsi Y biasa (dt = a + bt)
2. Hitung nilai indeks
3. Gabungkan nilai perolehan indeks kemudian ramalkan yang baru
3.1.2. Metode Kausal
Metode kausal mengasumsikan faktor yang diperkirakan menunjukkan adanya hubungan sebab akibat dengan satu atau beberapa variabel bebas (independen). Kegunaan dari metode kausal untuk menemukan bentuk hubungan antara variabel-variabel tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai dari variabel tidak bebas (dependen). Pada model ini untuk meramalkan permintaan tidak hanya memperhatikan waktu, tetapi juga memperhatikan faktor yang mempengaruhi.
Metode kausal terdiri atas beberapa metode, antara lain: 1. Metode regresi dan korelasi
Metode regresi dan korelasi pada penetapan suatu persamaan estimasi menggunakan teknik “least squares”. Hubungan yang ada pertama-tama dianalisis secara statistik. Ketepatan peramalan dengan metode ini sangat baik untuk peramalan jangka pendek, sedangkan untuk peramalan jangka panjang ternyata ketepatannya kurang begitu baik.
(62)
2. Model Ekonometrik
Metode ini didasarkan atas peramalan pada sistem persamaan regresi yang diestimasikan secara simultan. Baik untuk peramalan jangka pendek maupun untuk jangka panjang, ketepatan peramalan dengan metode ini sangat baik. Data yang dibutuhkan untuk penggunaan metode peramalan ini adalah data kuartalan beberapa tahun.
3. Model Input-Output
Metode ini dipergunakan untuk menyusun proyeksi trend ekonomi jangka panjang. Model ini kurang baik ketepatannya untuk peramalan jangka pendek. Data yang digunakan untuk metode ini adalah data tahunan selama sekitar sepuluh sampai lima belas tahun. (Rosnani Ginting, 2011)
3.1.3. Analisis Kesalahan Peramalan
Hendra Kusuma (2004) mengemukakan bahwa Bedworth mengusulkan penggunaan beberapa tolok ukur kesalahan peramalan. Kesalahan peramalan di periode t adalah selisih antara nilai data aktual dan peramalan:
1 t 1
1 y y
e = −
dan total jumlah kesalahan adalah:
∑
∑
= − 1t
1 y
y e(t)
Jumlah kesalahan sebagaimana persamaan di atas bukanlah merupakan ukuran keefektifan peramalan yang valid, tetapi lebih merupakan ukuran tingkat bias peramal dari data aktual. Tingkat bias yang semakin rendah dari peramalan regresi ditunjukkan oleh jumlah kesalahan yang semakin mendekati nol. Untuk
(63)
mengatasi masalah pengurangan nilai e(t) positif sebagai akibat adanya e(t) negatif, beberapa alternatif yang biasanya digunakan adalah:
1. Mean Absolute Deviation (MAD)
N y y MAD 1 t 1
∑
− =2. Mean Square Error (MES)
(
)
N y y MSE 2 1 t 1∑
− =3. Mean Absolute Percent Error (MAP)
∑
− = 1 1 100 MAP y y y N tDua ukuran pertama, MAD dan MSE merupakan alat evaluasi teknik-teknik peramalan dengan berbagai macam parameter. Semakin rendah nilai MAD dan MSE, peramalan akan semakin baik (mendekati data masa silam). Tetapi nilai terendah (kecuali nol) tidak memberikan indikasi seberapa baik metode peramalan yang digunakan dibandingkan dengan metode lainnya.
3.2. Perencanaan Jangka Menengah
Menurut Sukaria Sinulingga (2009), perencanaan jangka menengah adalah proses penyusunan rencana induk produksi (master production schedule) sebagai jabaran dari rencana agregat. Pada umumnya, rentang waktu cakupan (time horizon) jadwal induk produksi ialah antara 6-18 bulan tetapi tidak sedikit perusahaan membatasinya hanya sampai 12 bulan.
(64)
Dalam menterjemahkan rencana agregat ke dalam jadwal induk produksi, ada dua masukan penunjang yang perlu dipertimbangkan yaitu final assembly schedules dan rough-cut capacity planning. Final assembly schedules adalah rencana jadwal perakitan yang menjamin seluruh produk yang diinginkan pelanggan dapat dikirimkan tepat waktu. Dengan demikian, rencana jadwal perakitan ini akan menjadi alat kontrol bagi penyelesaian setiap part, komponen, dan sub-assembly yang dibutuhkan dalam perakitan akhir setiap produk. Secara matematis, jadwal perakitan akhir ditetapkan dengan cara mengurangi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proses operasi perakitan akhir, pemeriksaan mutu, dokumentasi, dan persiapan pengiriman dari jadwal atau tanggal pengiriman produk tersebut kepada pelanggan.
3.3. Penyusunan Jadwal Induk Produksi (Master Production Scheduling) Menurut Sukaria Sinulingga (2009), Jadwal induk produksi ialah suatu pernyataan tentang produk akhir apa atau item apa yang direncanakan untuk diproduksi, berapa banyak produk atau item tersebut akan diproduksi pada setiap periode sepanjang rentang waktu perencanaan. Rencana induk produksi berfungsi sebagai basis dalam penentuan jadwal proses operasi di lantai pabrik, jadwal pengadaan bahan dari luar perusahaan (boughout materials) dan jadwal alokasi sumber daya untuk mendukung jadwal pengiriman produk kepada pelanggan.
(65)
3.4. Kapasitas
Hendra Kusuma (2004) menyatakan bahwa kapasitas didefinisikan sebagai jumlah output (produk) maksimum yang dapat dihasilkan suatu fasilitas produksi dalam suatu selang waktu tertentu. Pengertian ini harus dilihat dari tiga perspektif agar lebih jelas, yaitu:
1. Kapasitas desain: Menunjukkan output maksimum pada kondisi ideal di mana tidak terdapat konflik penjadwalan, tidak ada produk yang rusak atau cacat, perawatan hanya yang rutin, dsb.
2. Kapasitas efektif: Menunjukkan output maksimum pada tingkat operasi tertentu. Pada umumnya kapasitas efektif lebih rendah daripada kapasitas desain.
3. Kapasitas aktual: Menunjukkan output nyata yang dapat dihasilkan oleh fasilitas produksi. Kapasitas aktual sedapat mungkin harus diusahakan sama dengan kapasitas efektif.
Dalam kaitannya dengan definisi di atas maka perencanaan kapasitas berusaha untuk mengintegrasikan faktor-faktor produksi untuk meminimisasi ongkos fasilitas produksi.
3.5. Rough-Cut Capacity Planning (RCCP)
Menurut Sukaria Sinulingga (2009), Rough-Cut Capacity Planning
(RCCP) adalah suatu proses analisis dan evaluasi kapasitas dari fasilitas produksi yang tersedia di lantai pabrik agar sesuai atau dapat mendukung jadwal induk produksi yang akan disusun. RCCP juga masih bersifat makro karena kebutuhan
(66)
kapasitas tidak memperhitungkan jumlah persediaan produk dan work in progress
yang sudah ada. Juga, analisis dan evaluasi kebutuhan kapasitas hanya didasarkan stasiun kerja kritis (bottleneck work center). Kebutuhan kapasitas dihitung dalam satuan kapasitas standar yang disebut bill of capacity. Apabila bill of capacity
telah ditetapkan, maka dihitung beban kerja (work-load) stasiun kerja dan kemudian dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia. Bila tidak mencukupi maka berbagai kebijakan akan dipilih.
Rough-Cut Capacity Planning menghitung kebutuhan kapasitas secara kasar dan membandingkannya dengan kapasitas tersedia. Perhitungan secara kasar yang dimaksud terlihat dalam dua hal yang menjadi karakteristik RCCP yaitu: Pertama, kebutuhan kapasitas masih didasarkan pada kelompok produk, bukan produk per produk dan kedua tidak memperhitungkan jumlah persediaan yang telah ada.
Vincent Gasperz (1988) menyatakan terdapat empat langkah yang diperlukan untuk melaksanakan RCCP, yaitu:
1. Memperoleh informasi tentang rencana produksi dari MPS.
2. Memperoleh informasi tentang struktur produk dan waktu tunggu (lead times).
3. Menentukan bill of resources.
4. Menghitung kebutuhan sumber daya spesifik dan membuat laporan RCCP. Menurut Donald W. Forgaty, J.H., dan T.R. Hoffman (1991), rumus untuk menghitung kapasitas yang dibutuhkan produk k pada stasiun kerja i untuk periode j yaitu :
(67)
jk ik n
k
b a Required
Capacity
∑
=
=
1
untuk semua i, j. Keterangan :
ik
a = Waktu baku pengerjaan produk k pada stasiun kerja i jk
b = Jumlah produk k yang akan dijadwalkan pada periode j
Kapasitas tersedia diperoleh dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
CapacityAvailable = Waktu Kerja Tersedia x Utilisasi x Efisiensi
Menurut Sukaria Sinulingga (2009) bahwa efisiensi menjelaskan keadaan seberapa jauh stasiun kerja tertentu mampu menggunakan kapasitas yang tersedia secara efisien. Utilitas adalah ukuran kemampuan stasiun kerja dalam memanfaatkan kapasitas tersedia secara efektif.
(68)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Pusaka Prima Mandiri (PT. PPM) yang merupakan perusahaan manufaktur beralamat di Jl. Brigdjen Zein Hamid Km 6,9 Titi Kuning, Medan, Sumatera Utara.
4.2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah kapasitas produksi kertas rokok (cigarette paper) jenis bobbin dan ream.
4.3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu jenis penelitian dengan mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menganalisis data angka agar dapat memberikan gambaran mengenai suatu keadaan tertentu sehingga dapat diambil kesimpulan dari penelitian tersebut.
4.4. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini. Pada Gambar 4.1, digambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
(69)
kapasitas pada perusahaan. Untuk menghitung kapasitas produksi yang dibutuhkan maka diperlukan jumlah permintaan. Kemudian harus diketahui juga waktu siklus setiap work centre, hari kerja, jam kerja dan jumlah mesin produksi agar dapat diketahui berapa jumlah kapasitas yang tersedia. Dari hasil perhitungan kapasitas yang tersedia maka dilakukan perbandingan antara kapasitas yang tersedia dengan kapasitas yang dibutuhkan sebagai evaluasi.
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian Waktu siklus
setiap work centre
Waktu setup
setiap work centre
Jadwal Induk Produksi Jumlah
Permintaan
Kapasitas produksi yang dibutuhkan
RCCP
Rencana Kapasitas
Produksi Jumlah hari
kerja
Jumlah jam kerja
Jumlah mesin
Kapasitas produksi yang
(70)
4.5. Variabel Penelitian
Variabel-variabel pada penelitian ini antara lain: 1. Variabel independen
Variabel independen pada penelitian ini antara lain: a. Permintaan produk
Permintaan produk merupakan jumlah produk yang diminta oleh konsumen. Ukuran permintaan produk dinyatakan dalam satuan unit.
b. Waktu setup
Waktu setup merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan stasiun kerja. Ukuran waktu setup dinyatakan dalam satuan waktu.
c. Waktu operasi
Waktu operasi adalah waktu yang diperlukan untuk memproses produk pada setiap stasiun kerja. Ukuran waktu operasi dinyatakan dalam satuan waktu.
d. Jam kerja
Jam kerja merupakan keterangan mengenai jumlah jam kerja operator pada lantai produksi per hari. Ukuran jam kerja dinyatakan dalam satuan waktu. e. Hari kerja
Hari kerja merupakan keterangan mengenai jumlah hari kerja dari operator pada lantai produksi. Ukuran hari kerja dinyatakan dalam satuan waktu. f. Jumlah mesin
(71)
Jumlah mesin merupakan keterangan mengenai banyaknya mesin pada lantai produksi. Ukuran hari kerja dinyatakan dalam satuan unit.
g. Jadwal induk produksi (MPS)
Jadwal induk produksi (MPS) merupakan pernyataan tentang produk akhir yang direncanakan untuk diproduksi berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu.
h. Kapasitas tersedia
Kapasitas tersedia merupakan jumlah output maksimum tersedia yang dapat dihasilkan oleh sumber daya produksi. Ukuran kapasitas tersedia dinyatakan dalam satuan waktu.
2. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah RCCP (Rough Cut Capacity Planning). RCCP merupakan proses konversi rencana produksi menjadi kebutuhan kapasitas. RCCP menghitung kebutuhan kapasitas secara kasar dan membandingkannya dengan kapasitas tersedia.
4.6. Rancangan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pada awal penelitian dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi perusahaan, proses produksi, dan informasi pendukung yang diperlukan serta
(72)
studi literatur tentang metode pemecahan masalah yang digunakan dan teori pendukung lainnya.
2. Tahapan selanjutnya adalah perumusan masalah yaitu mengidentifikasi masalah yaitu adanya ketidaksesuaian antara persediaan produk dengan permintaan konsumen
3. Kemudian mengidentifikasi variable penelitian berupa variable dependen dan independen.
4. Kemudian dilakukan pengumpulan data.
Data yang dikumpulkan adalah sekunder berupa data yang diperoleh dari arsip perusahaan dan wawancara terhadap pihak perusahaan. Data-data yang dikumpulkan antara lain data tenaga kerja, data produksi dan data mesin Dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data.
5. Ditarik kesimpulan dan diberikan saran untuk penelitian
Adapun langkah-langkah proses penelitian yang ditunjukan pada Gambar 4.2. 4.7. Instrumen Penelitian
Penelitian dilakukan dengan teknik observasi langsung pada lantai produksi. Instrumen yang digunakan adalah dalam pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut:
a. Worksheet, digunakan sebagai media untuk mencatat data primer yang dibutuhkan.
b. Alat tulis, digunakan sebagai alat untuk menulis data primer yang dibutuhkan. c. Stopwatch, digunakan sebagai alat pengukur waktu proses produksi kertas
(73)
Studi Pendahuluan 1. Kondisi Pabrik 2. Proses Produksi 3. Informasi Pendukung 4. Masalah
Studi Kepustakaan 1. Studi Literatur 2. Jurnal
Identifikasi Masalah Awal
Adanya Ketidaksesuaian antara Persediaan Produk dengan Permintaan Konsumen
Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian 1. Variabel dependen
- Kapasitas yang dibutuhkan - Kapasitas yang tersedia - Rencana kapasitas produksi 2. Variabel independen
- Jlh permintaan produk
- Waktu siklus setiap work centre
- Jumlah hari kerja - Jumlah jam kerja - Jumlah mesin produksi
Pengumpulan Data
Analisis Pemecahan Masalah
Menganalisis Usulan Perencanaan Kapasitas yang Dapat Dilakukan
Kesimpulan dan Saran Pengolahan Data - Menghitung peramalan - Menyusun Agregat Planning - Menghitung Resource Planning - Menghitung Jadwal Induk Produksi - Menghitung RCCP
(74)
Gambar 4.2. Flow Chart Langkah-langkah Penelitian
4.8. Pengumpulan Data 4.8.1. Sumber Data
Berdasarkan cara memperolehnya maka sumber data yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Data primer
Data-data primer dikumpulkan dengan cara pengamatan atau pengukuran langsung, antara lain : Data urutan proses produksi
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh berdasarkan data dokumentasi perusahaan, dan diambil dengan cara wawancara dengan bagian produksi, antara lain:
a. Data permintaan produk dari Oktober 2013 sampai September 2014 b. Data jumlah hari kerja dan jam kerja
c. Data jumlah mesin setiap work center
d. Data efisiensi setiap work center.
e. Data waktu set-up dan waktu operasi setiap work center.
4.8.2. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan observasi atau pengamatan langsung terhadap proses produksi pembuatan kertas rokok di lantai pabrik.
(1)
Dari Tabel 6.3. di atas didapatkan bahwa jadwal induk produksi untuk kertas rokok selama 6 bulan ke depan adalah Oktober sebanyak 365 MT, November sebanyak 360 MT, Desember sebanyak 350 MT, Januari sebanyak 339 MT, Februari sebanyak 328 MT dan Maret sebanyak 322 MT.
6.2. Analisis Kapasitas Produksi
Rough-Cut Capacity Planning menghitung kebutuhan kapasitas secara kasar dan membandingkannya dengan kapasitas tersedia (Sukaria Sinulingga, 2009). Dari pengolahan data, didapatkan bahwa kapasitas tersedia pada setiap
work centre dapat memenuhi semua permintaan (kapasitas yang dibutuhkan). Tabel 6.4. Laporan RCCP
Work Center Periode
Capacity Available (jam) Capacity Requirement (jam) Keterangan Pencampuran buburan bahan baku
Oktober 2014 1229.83 967.37 mencukupi November 2014 1272.24 954.12 mencukupi Desember 2014 1272.24 927.62 mencukupi Januari 2015 1229.83 898.47 mencukupi Februari 2015 1145.02 869.32 mencukupi Maret 2015 1272.24 853.42 mencukupi April 2015 1229.83 850.77 mencukupi
Mei 2015 1187.42 858.5 mencukupi
Juni 2015 1229.83 967.37 mencukupi
Juli 2015 1187.42 954.12 mencukupi
Agustus 2015 1272.24 927.62 mencukupi September 2015 1229.83 898.47 mencukupi
(2)
Hasil yang sama diperoleh untuk workcentre lainnya. Dengan demikian ditinjau dari kebutuhan kapasitas, rencana produksi agregat untuk bulan Oktober 2014 – September 2015 adalah feasible sehingga jadwal induk produksi untuk bulan Oktober 2014 – September 2015 juga feasible.
(3)
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. Pusaka Prima Mandiri dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil peramalan dengan menggunakan metode siklis diperoleh bahwa encana produksi periode Oktober 2014 - September 2015 adalah 365 MT, 360 MT, 350 MT, 339 MT, 328 MT, 322 MT, 321 MT, 326 MT, 335 MT, 347 MT, 357 MT, dan 364 MT. Total rencana produksi sebanyak 4112 MT.
2. Hasil RCCP menunjukkan bahwa jumlah kebutuhan kapasitas yang tersedia pada setiap work centre dapat memenuhi kapasitas yang dibutuhkan sehingga jadwal induk produksi yang direncanakan bersifat feasible.
7.2. Saran
Berdasarkan penelitian ini dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Perusahaan dapat membuat rancangan jadwal induk produksi untuk
memenuhi secara signifikan jumlah produk yang diorder sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan konsumen.
2. Perusahaan dapat menggunakan strategi berproduksi dengan kapasitas konstan dan volume produksi yang sesuai dengan peramalan permintaan pada perencanaan agregat, dan pada saat permintaan pada periode berjalan dibawah
(4)
volume produksi maka kelebihan produksi disimpan sebagai persediaan (safety stock) dan sebaliknya apabila pada periode berikutnya permintaan melebihi volume produksi maka kekurangan diisi dari persediaan.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pegendalian Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Fatmawati, dan Umar Wiwi. Analisis Kapasitas Produksi Dengan Metode Capacity Requirement Planning (CRP) di PT. Hanil Jaya Steel. JTM Volume 02. Hal 351-354. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Fogarty, Donald W., dkk. 1991. Production & Inventory Management. Ohio : South-Western Publishing Co.
Gasperz, Vincent. Production Planning and Inventory Control. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kurniawan, Mohammad dan Wiwi, Umar. 2013. Analisis Kapasitas Mesin Untuk Mengantisipasi Perkembangan Permintaan Produk Benang Dengan Metode RCCP (Rough Cut Capacity Planning). JTM. Volume 02. Hal 86-93. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Kusuma, Hendra. 2004. Manajemen Produksi, Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Andi.
Nasution, Arman Hakim. 1999. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi Pertama. Cetakan Kedua. Surabaya: Penerbit Guna Widya.
Rumiris, Ira., dkk. 2013. Perencanaan Kebutuhan Produksi di PT. XYZ. E-Jurnal Teknik Industri FT USU. Volume 2. Hal 15-23. Medan: Universitas Sumatera Utara.
(6)
Sinulingga, Sukaria. 2014. Metode Penelitian. Edisi 3. Medan: USU Press.
Sinulingga, Sukaria. 2009. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.