2.1.5 Karakteristik Siswa SD
Menurut Nasution dalam Djamarah 2011:123 masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga
kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar, dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang
kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Djamarah 2011:124-125 membagi karakteristik anak usia sekolah dasar menjadi dua yaitu:
1 Masa kelas rendah sekolah dasar a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan
jasmani dengan prestasi sekolah b. Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peratiran-peraturan
permainan yang tradisional. c. Ada kecenderungan memuji diri sendiri.
d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau hal itu dirasanya mengutungkan untuk meremehkan anak lain.
e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
f. Pada masa ini terutama umur 6-8 anak menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai
baik atau tidak.
2 Masa kelas tinggi sekolah dasar a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini
menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan- pekerjaan yang praktis.
b. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar. c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata
pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.
d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.
e. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak
tidak lagi terikat pada aturan permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.
Pendapat lain dari Nana 2007:6.3, mengklasifikasikan karakteristik anak usia SD menjadi 4 yaitu:
1 Senang bermain, karakteristik ini menuntut guru untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih bagi siswa kelas
rendah. Dalam penyusunan jadwal pelajaran hendaknya juga di selingi antara mata pelajaran yang serius seperti matematika dengan mata pelajaran yang
mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau kerajinan tangan dan kesenian.
2 Senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu,
guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak.
3 Senang bekerja dalam kelompok, dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi,
seperti: belajar memenui aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak bergantung pada oran dewasa, belajar bekerjasama, mempelajari
perilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya, belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat, belajar keadilan dan
demokrasi. 4 Senang merasakan atau melakukanmeragakan suatu secara langsung, ditinjau
dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasi konkret. Dari apa yang dipelajari disekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep
baru dengan konsep-konsep lama. Berdasarkan pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan,
peran jenis kelamin, moral dan sebagainya. Berdasarkan beberapa pendapat tentang karakteristik anak usia SD, maka
dapat dikatakan bahwa karakteristik siswa untuk kelas IV tidak ada perbedaan dengan anak SD yang lain. Siswa kelas IV SD sudah mulai menunjukkan adanya
rasa bangga terhadap prestasi yang sudah diraih, konsentrasinya sudah mulai bertambah, dan mulai memperhatikan waktu dalam mengerjakan tugas. Pada usia
anak kelas IV SD cenderung gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain
dan belajar bersama. Selain itu, usia kelas IV SD siswa sudah mampu berpikir realistik dan memiliki rasa ingin tahu belajar yang bertambah. Anak kelas IV SD
juga bisa berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan masalah atau mengerjakan tugasnya secara mandiri. Sehingga dalam membentuk sebuah
kebiasaan pada dirinya sendiri disesuai dengan karakter masing-masing yang dimiliki oleh anak tersebut.
2.2 KAJIAN EMPIRIS