HUBUNGAN ANTARA FASILITAS BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DI SDN GUGUS WIJAYA KUSUMA KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA FASILITAS BELAJAR

DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DI SDN

GUGUS WIJAYA KUSUMA KECAMATAN

NGALIYAN KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

SIDIK WIDARYANTO 1401412349

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Sidik Widaryanto NIM : 1401412349

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Hubungan Antara Fasilitas Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Di SDN Gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang

Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2016 Peneliti,

Sidik Widaryanto NIM 1401412349


(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul “Hubungan Antara Fasilitas Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Di SDN Gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang” yang disusun oleh Sidik Widaryanto NIM 1401412349 telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : jumat

tanggal : 12 Agustus 2016

Semarang, Agustus 2016

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd. Dra. Munisah,M.Pd. NIP. 196203121988032001 NIP. 195506141988032001

Mengetahui,

Ketua Jurusan PGSD FIP UNNES

Drs. Isa Ansori, M. Pd. NIP. 196008201987031003


(4)

iv

Skripsi berjudul “Hubungan Antara Fasilitas Belajar Siswa Dengan Hasil

Belajar Siswa Kelas IV Di SDN Gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang” yang disusun oleh Sidik Widaryanto NIM 1401412349 telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada

hari : kamis

tanggal : 25 Agustus 2016

Panitia Ujian Skripsi Ketua

Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. NIP. 195604271986031001

Sekretaris

Drs. Isa Ansori, M. Pd. NIP. 196008201987031003

Penguji Utama

Drs. A. Busyairi, M. Ag. NIP. 195801051987031001 Pembimbing Utama

Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd. NIP. 196203121988032001

Pembimbing Pendamping

Dra. Munisah, M.Pd. NIP. 195506141988032001


(5)

v

MOTO

Buku adalah mercusuar yang berdiri di tepi samudera waktu yang luas. (Emilie Buchwald)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada kedua orang tua tercinta: Bapak Sahiran dan Ibu Surti. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Fasilitas Belajar Siswa Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Di Gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang ” Skripsi ini diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu demi terselesainya skripsi ini, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyempurnaan skripsi.

4. Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd., Dosen Pembimbing I, yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dengan sabar hingga skripsi ini selesai.

5. Dra. Mu’nisah, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang senantiasa membimbing


(7)

vii

6. Drs. A. Busyairi, M. Ag Dosen Penguji Utama, yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi.

7. Dosen dan karyawan Jurusan PGSD FIP Unnes, yang telah memberikan ilmu dan bantuan selama menjalani kehidupan akademik.

8. Kepala Sekolah SDN Bringin 02, SDN Podorejo 01, SDN Podorejo 02, SDN Pododrejo 03, yang telah memberikan ijin dan membantu pelaksanaan penelitian.

9. Siswa-siswi SDN Bringin 02, SDN Podorejo 01, SDN Podorejo 02, SDN Pododrejo 03 yang bersedia menjadi sampel penelitian

10. Keluarga besar Pondok Pesantren Bustanu Usysyaqil Quran yang senantiasa mendoakan.

11. Semua pihak yang telah membantu menyusun skripsi yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar.

Semarang, Agustus 2016 Peneliti


(8)

viii

ABSTRAK

Widaryanto, Sidik. 2016. Hubungan antara Fasilitas Belajar dengan Hasil Belajar Siswa Kelas IV di SDN Gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd. Pembimbing II: Dra. Munisah, M.Pd. Fasilitas belajar merupakan segala sesuatu yang berupa sarana dan prasarana pendidikan digunakan secara langsung atau tidak secara langsung untuk membantu proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Fasilitas belajar membantu untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. Rumusan masalah dalam peneitian ini adalah apakah ada hubungan antara fasilitas belajar siswa dengan hasil belajar siswa kelas IV SDN Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fasilitas belajar siswa dengan hasil belajar siswa kelas IV SDN Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IV SDN Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang dengan jumlah populasi yaitu 116 siswa. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 89,2. Dari hasil sampel tersebut dapat dibulatkan menjadi 89 dari 116 populasi dengan taraf kesalahan 5%. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proportional sampling. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan angket dan tes. Uji validitas per butir soal dalam penelitian ini dihitung dengan rumus product moment dan uji reliabilitas menggunakan rumus alpha, dan perhitungan pengujian hipotesis menggunakan bantuan progam SPSS 16. Teknik pengujian hipotesis menggunakan analisis korelasi sederhana.

Hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 16

(Statistical Product and Service Solution), diperoleh hasil rhitung 0,597,

sedangkan rtabel pada taraf signifikansi 5% dan N = 116 adalah sebesar

0,248. Hasil analisis tersebut terlihat bahwa nilai rhitung lebih besar dari nilai

rtabel (0,597 > 0,248). Nilai signifikansi juga lebih kecil dari α (0,000 < 0,05)..

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara fasilitas belajar siswa dengan hasil belajar siswa kelas IV SDN Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti memberikan saran hendaknya sekolah dapat meningkatkan fasilitas belajar siswa dan perlunya pengembangan, pengadaan fasilitas belajar siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa lebih baik..

Kata Kunci: fasilitas belajar, hasil belajar.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v

PRAKATA ...vi

ABSTRAK ...viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

DAFTAR TABEL ...xii

BAB 1. PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...8

1.3 Tujuan Penelitian ...8

1.4 Manfaat Penelitian ...9

2. KAJIAN PUSTAKA ...11

2.1 Kajian Teori ...11

2.2 Kajian Empiris ...42

2.3 Kerangka Berfikir...46

2.4 Hipotesis ...48

3. METODE PENELITIAN ...49

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ...49

3.2 Prosedur Penelitian...51

3.3 Subyek, Lokasi dan Waktu Penelitian ...52

3.4 Populasi dan Sampel ...53


(10)

x

3.6 Teknik Pengumpulan Data ...57

3.8 Uji Coba Instrumen ...60

3.9 Analisis Data ...64

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...69

4.1 Hasil Penelitian ...69

4.2 Pembahasan ...77

5. PENUTUP ...84

5.1 Simpulan ...84

5.2 Saran ...85

DAFTAR PUSTAKA ...86


(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Daftar Nama Siswa Kelas IV SDN Podorejo 02 ...89

Lampiran 2 Daftar Nama Siswa IV SDN Podorejo 01 ...90

Lampiran 3 Daftar Nama IV SDN Bringin 02 ...91

Lampiran 4 Rekap Hasil Nilai Angket Fasilitas Belajar ...92

Lampiran 5 Rekap Nilai Afektif ...96

Lampiran 6 Rekap Nilai Psikomotorik ...99

Lampiran 7 Rekap Nilai Kognitif SDN Podorejo 02 ...102

Lampiran 8 Rekap Nilai Kognitif SDN Podorejo 01 ...106

Lampiran 9 Rekap Nilai Kognitif SDN Bringin 02 ...107

Lampiran 10 Rekap Nilai Kognitif SDN Podorejo 03 ...109

Lampiran 11 Hasil Belajar SDN Podorejo 03 ...110

Lampiran 12 Hasil Uji Korelasi ...114

Lampiran 13 Hasil Uji Normalitas ...115

Lampiran 14 Reliabilitas dan Linieritas ...125

Lampiran 15 Kisi-kisi Angket Fasilitas Belajar Uji Coba ...127

Lampiran 16 Angket Fasilitas Belajar Uji Coba ...128

Lampiran 17 Kisi-kisi Angket Fasilitas Belajar ...133

Lampiran 18 Angket Fasilitas Belajar...134

Lampiran 19 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar ...137

Lampiran 20 Lembar Pengamatan Afektif ...138

Lampiran 21 Lembar Pengamatan Psikomotorik Matematika ...139

Lampiran 22 Lembar Pengamatan Psikomotorik IPA ...140

Lampiran 23 Lembar Pengamatan Psikomotorik Bahasa Indonesia ...141

Lampiran 24 Surat Penelitian ...142


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ...52

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ...54

Tabel 3.3 Skor Skala Likert ...58

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas ...61

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r ...62

Tabel 3.6 Hasil Uji Normalitas ...65

Tabel 3.7 Hasil Uji Linieritas ...66

Tabel 3.8 Interpretasi Koefisien Korelasi ...77


(13)

1

1.1.

LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Pendidikan dapat membantu manusia dalam mengembangkan diri dan menghadapi masalah yang terjadi dalam kehidupan. Di dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Bab II Pasal 4, Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Mencerdaskan kehidupan masyarakat merupakan tujuan nasional pendidikan melaui sistem pendidikan yang bermutu dan pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas ditegaskan dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah, yaitu pembelajaran yang memiliki prinsip: (a) berbasis kompetensi dan dapat dilakukan di rumah, sekolah, ataupun masyarakat; (b) menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (c) mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan


(14)

peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; serta (d) mampu teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas dibutuhkan perangkat mata pelajaran dan progam pendidikan yang berisi tentang rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik yang disebut kurikulum. Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat (15) menyatakan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

Kurikulum di SD/MI berisi tentang delapan mata pelajaran pokok, yaitu PKn, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS, IPA, Penjaskes, Seni Budaya dan Bahasa Inggris, sedangkan mata pelajaran yang diujikan secara nasional adalah Bahasa Indonesia, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Hal ini sesuai dengan PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 70 ayat 1 yang berisi pada jenjang SD/MI/SDLB, atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ketiga mata pelajaran tersebut akan menghasilkan hasil belajar setelah melakukan proses pembelajaran. Pembelajaran dan belajar merupakan dua buah kegiatan yang tidak dapat terpisahkan. Keterkaitan antara belajar dengan pembelajaran dapat digambarkan dalam sebuah sistem. Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami, sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku


(15)

belajar sebagai proses psikologi-pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi inividu dengan lingkungan belajar yang sengaja diciptakan. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh karena pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistematik untuk menginisiasi, memfailitasi, dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran.

Menurut Slameto (2013:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nillai (afektif) serta keterampilan (psikomotorik). Perubahan merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada individu dikarenakan adanya interaksi dengan lingkungan sekitar. Belajar merupakan perubahan perilaku pada individu dikarenakan adanya interaksi dengan lingkungannya sehingga akan menghasilkan hasil belajar setelah melakukan proses belajar. Kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut diharapkan mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari karena hal tersebut merupakan hasil belajar dari proses belajar.


(16)

Menurut Nana Sudjana (2014: 3) hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dapat digolongkan menjadi 2 faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam individu, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Sementara faktor eksternal yang merupakan faktor/sebab dari luar diri siswa meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial, dimana lingkungan sosial meliputi lingkungan sekolah, lingkungan rumah, dan lingkungan masyarakat. Sementara lingkungan non-sosial meliputi jarak rumah dengan sekolah, fasilitas belajar, iklim/cuaca dan waktu belajar.

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah fasilitas belajar. Menurut Nana Sudjana (2014: 42) disamping faktor guru, kualitas pengajaran dipengaruhi juga oleh karakteristik kelas kelas. Variabel karakteristik kelas antara lain : a. Besarnya kelas, b. Suasana belajar, c. Fasilitas dan sumber belajar. Kelas harus diusahakan sebagai laboratorium belajar bagi siswa. Artinya kelas harus menyediakan berbagai sumber belajar seperti buku pelajaran, alat peraga, dan lain-lain. Siswa juga harus diusahakan agar diberi kesempatan untuk berperan sebagai sumber belajar. Fasilitas belajar yang lengkap akan menunjang pembelajaran di dalam kelas, sehingga potensi yang dimiliki peserta didik dapat dikembangkan secara


(17)

maksimal. Untuk mengetahui suatu sekolah memiliki fasilitas belajar yang memadahi dapat dilihat melalui standar fasilitas belajar, Menurut Barnawi dan Arifin (2014:104) standar sarana dan prasarana belajar untuk tingkat sekolah dasar meliputi (1) Ruang kelas, (2) Ruang Perpustakaan, (3) Laboratorium IPA, (4) Ruang Pimpinan, (5) Ruang Guru, (6) Tempat Beribadah, (7) Ruang UKS, (8) Jamban, (9) Gudang, (10) Tempat bermain dan olahraga. Fasilitas belajar dibagi menjadi dua yaitu sarana dan prasarana. Sarana adalah semua peralatan, bahan, dan perabot langsung yang digunakan dalam kegiatan belajar disekolah misalnya buku pelajaran, alat tulis, media pembelajaran, alat peraga, dll. Sedangkan prasarana adalah semua perlengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah misalnya ruang kelas, ruang laboratorium, ruang praktik, ruang komputer, UKS, WC, kamar mandi, taman dan tempat parkir. Namun pengadaan fasilitas belajar seringkali terhambat oleh keterbatasan dana yang menjadikan siswa dan guru harus mengoptimalkan fasilitas belajar yang tersedia.

Hasil laporan dari beberapa lembaga menunjukkan bahwa perkembangan pendidikan di Indonesia masih rendah. Terbukti dari hasil TIMSS (Trends International Mathematics And Science Study) pada tahun 2007 menempatkan posisi Indonesia pada peringkat 35 dari 49 negara dengan pencapaian skor 433, dan masih di bawah skor rata-rata internasional yaitu 500. Selain itu, hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) 2012 yang ditulis dalam PISA 2012 Result in Fokus


(18)

menjelaskan bahwa rata-rata skor matematika anak- anak Indonesia 375, rata skor membaca 396, dan rata skor untuk sains 382. Padahal, rata-rata skor OECD secara berurutan adalah 494, 496, dan 501.Dari 65 negara Indonesia menempati urutan ke 64 lalu disusul Peru diurutan terakhir.

Berdasarkan kondisi di SDN Bringin 02 Kota Semarang saat peneliti melaksanakan PPL terdapat beberapa fasilitas belajar yang kurang baik untuk digunakan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya fasilitas belajar siswa yang belum mendukung proses pembelajaran, fasilitas belajar yang ada kurang terawat dengan baik serta penggunaannya belum optimal. Kurangnya penataan ruang kelas yang belum memadahi sehingga menjadi penghambat siswa dalam proses pembelajaran. Kurangnya pemanfaatan media yang disediakan di kelas untuk memperdalam materi. Selain itu, kurangnya pemanfaatan alat peraga yang berada di kelas sehingga siswa kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Sejalan dengan permasalahan guru, siswa juga mempunyai masalah yang serupa. Kurangnya buku pedoman dari siswa untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Apalagi siswa harus berbagi buku dengan teman sebangkunya karena kurangnya jumlah buku yang disediakan oleh sekolah. Banyaknya siswa juga tidak memiliki alat belajar yang lengkap. Keadaan finansial orang tua siswa yang kurang memungkinkan siswa melengkapi fasilitas – fasilitas belajar yang dibutuhkan. Hal tersebut menyebabkan beberapa nilai siswa yang belum tuntas dan masih dibawah KKM.


(19)

Berdasarkan temuan empiris di SDN Bringin 02, SDN Podorejo 01, SDN Podorejo 02, SDN Podorejo 03 terdapat beberapa siswa yang tidak memiliki fasilitas belajar dengan lengkap. Terdapat beberapa fasilitas belajar yang disediakan oleh sekolah kurang menunjang pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan kurang optimalnya pembelajaran di kelas, sehingga terdapat beberapa siswa yang kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru. Selain hal-hal yang telah dijelaskan , terdapat juga fasilitas-fasilitas belajar didalam kelas yang masih dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa meskipun dalam penggunaannya belum maksimal, misalnya terdapatnya perpustakaan sekolah yang dapat digunakan oleh siswa untuk tempat belajar. Tersedianya ruang UKS yang dapat digunakan oleh siswa dan guru yang mengalami masalah kesehatan. Tersedianya buku-buku pelajaran yang dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk menunjang pembelajaran didalam kelas.

Berdasar penelitian sebelumnya oleh Aan Nasrulloh pada tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Manajemen Pembelajaran dan Fasilitas Belajar

Terhadap Hasil Belajar Chest Pass Bola Basket”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan dari Manajemen Pembelajaran dan Fasilitas Belajar Terdapat Hasil Belajar Chest Pass Bola Basket di SMA Negeri Kota Bandung. Manajemen Pembelajaran dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Chest Pass Bola Basket sebesar F=3.35. Dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pembelajaran dan Fasilitas Belajar Berpengaruh Terhadap Hail Belajar Chet Pass Bola Basket di SMA Negeri Kota Bandung.


(20)

Penelitian lainnya oleh Fanny Violita Tahun 2013 dengan judul “Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran Di SMK N 1 PAYAKUMBUH “. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar siswa kelas X administrasi perkantoran di SMK N 1 Payakumbuh. Dari hasil uji hipotesis bahwa thitung 5,018 sesuai dengan ketentuan jika thitung > ttabel maka akibatnya Ho ditolak.. Jika thitung sudah diperoleh maka ttabel

yang diperoleh sebesar 1,675 Hal ini berati bahwa fasilitas belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas X administrai perkantoran di SMK N 1 Payakumbuh. Dimana semakin baik fasilitas belajar maka prestasi belajar siswa yang akan diperoleh juga akan semakin baik.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “hubungan antara fasilitas belajar siswa dengan hasil

belajar siswa kelas IV di SDN Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang.

1.2.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan , maka batasan masalah yang akan dibahas oleh peneliti adalah sebagai berikut : ”Adakah hubungan antara fasilitas belajar siswa dengan hasil belajar siswa kelas IV di

SDN Gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang?”.

1.3.

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui


(21)

korelasi antara fasilitas belajar dengan hasil belajar siswa kelas IV di SDN Gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang”.

1.4.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijabarkan menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis yaitu manfaat dalam bentuk teori yang diperoleh dari penelitian, sedangkan manfaat praktis adalah manfaat yang dapat diperoleh secara praktik dari penelitian. Penjelasan lanjut mengenai manfaat teoriti dan praktis yang diperoleh dari penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi berupa pembuktian bahwa adanya hubungan antara fasilitas belajar siswa dengan hasil belajar siswa kelas IV di SDN Gugus Wijaya Kusuma di Kota Semarang.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis terdiri atas: 1) Bagi Peneliti

(a) Dapat menambah pengetahuan, wawasan maupun keterampilan peneliti .

(b) Peneliti dapat berperan serta dalam pemanfaatan penelitian di pendidikan.


(22)

2) Bagi guru

(a) Dapat membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas secara efektif.

(b) Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun dan mengaplikasikan fasilitas belajar bagi siswa.

3) Bagi siswa

(a) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa (b) Menambah pengetahuan siswa

(c) Mengatasi permasalahan siswa mengenai kesulitan dalam belajar. 4) Bagi sekolah

(a) Memberikan sumbangan positif dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan disekolah.


(23)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. KAJIAN TEORI

2.1.1 Fasilitas Belajar

2.1.1.1 Pengertian Fasilitas Belajar

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah fasilitas belajar. Menurut Djamarah (2011: 184) fasilitas belajar merupakan kelengkapan mengajar guru yang harus dimiliki oleh sekolah. Ini kebutuhan guru yang tak bisa dianggap ringan. Guru harus memiliki buku pegangan dan buku penunjang agar wawasan guru tidak sempit. Alat peraga yang guru perlukan harus sudah tersedia di sekolah agar guru sewaktu-waktu dapat menggunakannya sesuai dengan metode mengajar yang akan dipakai dalam penyampaian bahan pelajaran di kelas.

Menurut Bafadal (2008:2) sarana adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang langsung digunakan dalam proses belajar di sekolah. Sedangkan prasarana adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Menurut Depdiknas (dalam Barnawi dan Arifin, 2014: 47), telah membedakan antara sarana pendidikan dan prasarana. Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat


(24)

kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang berupa sarana dan prasarana pendidikan digunakan secara langsung atau tidak secara langsung untuk membantu proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sarana dan fasilitas belajar mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Peserta didik dapat belajar lebih baik, nyaman dan menyenangkan apabila suatu sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar peserta didik. 2.1.1.2. Macam-macam fasilitas belajar

Menurut Barnawi dan Arifin (2014: 49) sarana pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu berdasarkan habis tidaknya, berdasarkan bergerak tidaknya, dan berdasarkan hubungan dengan proses pembelajaran.

1. Berdasarkan habis tidaknya dibagi menjadi dua yaitu: a. Sarana pendidikan yang habis dipakai

Sarana pendidikan yang habis dipakai merupakan bahan atau alat yang digunakan dapat habis dalam waktu yang relative singkat. Contohnya, kapur tulis, tinta printer, kertas tulis, dan bahan-bahan kimia untuk praktik.


(25)

b. Sarana pendidikan yang tahan lama

Sarana pendidikan yang bertahan lama yaitu bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus-menerus atau berkali-kali dalam relatif lama. Contohnya, meja dan kursi, atlas, globe, dan peralatan olahraga.

2. Berdasarkan bergerak tidaknya saat pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu:

a. Sarana pendidikan yang bergerak

Sarana pendidikan yang bergerak adalah srana pendidikan yang dapat digerakkan atau dipindah-pindahkan sesuai dengan kebutuhan dari pemakainya.Contohnya, meja, kursi, almari, dan peralatan praktik.

b. Sarana pendidikan yang tidak dapat bergerak

Sarana pendidikan yang tidak dapat bergerak adalah sarana pendidikan yang tidak dapat dipindahkan atau sangat sulit untuk dipindahkan. Contohnya, LCD yang dipasang permanen, kabel listrik yang dipasang permanen.

3. Berdasarkan hubungan dengan proses pembelajaran a. Alat pelajaran

Alat pelajaran adalah alat yang dapat digunakan secara langsung dalam pembelajaran. Contohnya, buku pelajaran, alat peraga, alat tulis.

b. Alat peraga

Alat peraga adalah alat bantu yang digunakan untuk memudahkan proses pembelajaran. Alat bantu berupa benda-benda atau berupa peragaan langsung dari guru untuk mengkonkretkan materi pembelajaran.


(26)

c. Media pengajaran

Media pengajaran adalah sarana pendidikan yang berfungsi sebagai perantara dalam proses pemebelajran sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Contohnya, media pengajaran audio, visual dan audiovisual.

Menurut Barnawi dan Arifin (2014: 51) prasarana pendidikan di sekolah dibedakan menjadi dua macam, yaitu prasarana langsung dan prasarana tidak langsung.

1. Prasarana langsung

Prasarana langsung adalah prasarana yang secara langsung yang digunakan dalam proses pembeajaran. Contohnya, ruang kelas, ruang laboratorium, ruang praktik, dan ruang computer.

2. Prasarana tidak langsung

Prasarana tidak langsung adalah prasarana yang tidak digunakan dalam proses pembelajaran, tetapi sangat menunjang proses pembelajaran. Misalnya, kamar kecil, ruang UKS, taman, dan tempat parkir.

Berdasar pendapat ahli, fasilitas belajar meliputi sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu berdasarkan habis tidaknya misalnya kapur, tinta, spidol; berdasarkan bergerak tidaknya misalnya meja, kursi, almari, kabel listrik, LCD dipasang permanen; dan berdasarkan hubungan dengan proses pembelajaran misalnya buku pelajaran, alat peraga, alat tulis, media audio, media visual. Sedangkan prasarana pendidikan dibagi menjadi 2 yaitu


(27)

prasarana langsung misalnya ruang kelas, ruang laboratorium, dan prasarana tidak langsung misalnya UKS, WC, tempat parkir.

2.1.1.3 Jenis-jenis Fasilitas Sekolah Dasar

Pada umumnya sekolah dasar di Indonesia adalah sekolah konvensional yang serba segalanya. Sekolah dasar banyak tidak memiliki sarana pendidikan yang belum memadai. Pada umumnya sekolah dasar harus memiliki sarana kantor sekolah, media pembelajaran, dan sarana perpustakaan. Menurut Bafadal (2008: 10-24) jenis-jenis perlengkapan sekolah dasar antara lain:

1. Kantor Sekolah

Kantor sekolah merupakan salah satu unit pada sekolah yang berfungsi memberikan suatu pelayanan ketatausahaan demi kelancaran penyelenggaraan pendidikan. Tujuan dari kantor sekolah adalah untuk memberikan kemudahan bagi sekolah untuk menjalankan tugas-tugasnya. Setiap kantor sekolah harus dilengkapi sarana yang bermacam-macam, antara lain:

a. Perabot kantor sekolah

Perabot kantor sekolah merupakan peralatan tidak langsung yang digunakan dalam melakukan aktivitas ketatausahaan di sekolah. Beberapa contoh spesifikasi perabot kantor yang cukup untuk sekolah dasar, yaitu sebagai berikut.

1. Meja tulis full biro berukuran 75 H x 120 W x 70 D cm. 2. Meja tulis semi biro berukuran 75 H x 120 W x 70 D cm.


(28)

3. Meja ketik yang dilengkapi dengan rak samping.

4. Meja ketik tersebut berukuran 70 H x 96,7 W x 38 D cm. 5. Beberapa model kursi kantor.

6. Rak yang berfungsi untuk menyimpan format atau blangko. b. Bahan dan peralatan sekolah

Dalam rangka menyelenggarakan kegiatan di sekolah, di setiap kantor perlu disediakan berbagai bahan dan peralatan. Pada umumnya, bahan-bahan yang hrus selalu tersedia di kantor sekolah meliputi: amplop; pensil; karbon; buku catatan; kertas polos; pensil warna; tinta; spidol kecil; spidol besar; spidol white board; tangkai pena; penghapus pensil; kertas folio bergaris; kertas duplicator; kertas sheet; penghapus mesin ketik; lem perekat; stabile; penghapus tinta; jepitan kertas; paku kayung; karet gelang; kawat penjepret; kertas berlapis perekat; tali; kertas bungkus; paku dan kapur tulis.

Banyaknya bahan-bahan yang tersedia diatas, namun pada akhirnya kegiatan ketatausahaan di sekolah tergantung pada peralatan yang dimilikioleh sekolah. Sehingga setiap kantor sekolah perlu memiliki peralatan-peralatan kantor, seperti: jam; alat penajam pensil; alat penjepret kertas; pengungkit; kawat jepret; pelubang kertas; gunting; alat pembuka surat; tancapan surat; pisau; obeng dan palu.

2. Media Pengajaran

Sekolah didirikan untuk melaksanakankegiatan proses belajar mengajar bagi murid. Kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar


(29)

berlangsung didalam kelas.Oleh karena itu, setiap kelas harus memiliki sarana kegiatan belajar yang dapat digunakan oleh murid. Ada dua macam sarana belajar mengajar yang harus tersedia, yaitu perabot kelas dan media pengajaran. Macam-macam perabot kelas antara lain berupa papan tulis, meja dan kursi guru, meja dan kursi murid, lemari kelas, papan daftar hadir murid, papan daftar piket, papan pemajangan karya murid, meja pemajangan murid, papan grafik pencapaian target kurikulum, papan daftar pengelompokan murid, dan papan grafik kehadiran murid. Sedangkn media pengajaran yang perlu disediakan untuk kepentingan efektivitas proses belajar mengajar di kelas dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.

1. Media pandang diproyeksikan, seperti projector.

2. Media pandang tidak diproyeksikan, seperti gambar diam, grafis, model, dan benda asli.

3. Media dengar, seperti piringan hitam, pita kaset, dan radio. 4. Media pandang dengar, seperti telivisi dan film.

3. Sarana Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan merupakan salah satu sarana di sekolah yang menunjang dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap murid. Ruang perpustakaan yang baik adalah ruang perpustakaan yang memenuhi syarat-syarat tertentu untuk mendirikan ruang perpustakaan sekolah. Perpustakaan tidak mementingkn kemegahan tapi yang penting


(30)

adalah memberikan kenyamanan dan memberikan manfaat kepada murid ketika belajar di perpustakaan.

Selain memerlukan gedung atau ruang yang baik, perpustakaan sekolah memerlukan sejumlah bahan dan pearalatan yang memadai. Peralatan dan bahan-bahan yang baik di perpustakaan antara lain, pensil, pensil warna, kertas manila, peminjaman, kartu buku dan kartu peminjaman, mesin ketik, mesin hitung, keranjang sampah,stempel, buku, dan lampu. Dari penjelasan tentang fasilitas belajar dapat dikatakan bahwa ada dua jenis perlengkapan di sekolah, yaitu sarana dan prasarana sekolah. Sarana sekolah adalah semua peralatan, perabot yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan disekolah, contohnya yaitu kapur tulis, tinta printer, kertas tulis, bahan-bahan kimia untuk praktik, meja, kursi, atlas, globe, peralatan olahraga, LCD, media pembelajaran audio, visual dan multimedia. Sedangkan prasarana sekolah adalah semua kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah, contohnya yaitu ruang kelas, ruang laboratorium, ruang praktik, ruang computer, kamar kecil, ruang UKS, taman, dan tempat parkir.

2.1.2. Hasil Belajar 2.1.2.1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam


(31)

perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang. Oleh karena itu dengan menguasai konsep dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis. ( Rifa’i dan Anni, 2009 : 82)

Menurut Slameto (2013:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. (Muhibbin Syah, 2009 : 63)

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan)hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). (Siregar dan Nara, 2010 : 3)


(32)

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang dilakukan secara sadar dan berlangsung terus menerus hingga akhir hayat yang menyangkut perubahan yang bersifat afektif, kognitif, dan psikomotorik.

2.1.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut Slameto (2010 : 54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapatdigolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu factor interndan factor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

a. Faktor intern

1. Faktor Jasmaniah a. Faktor kesehatan. b. Cacat tubuh. 2. Faktor Psikologis

Faktor psikologis antara lain yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kemaatangan, kesiapan.

3. Faktor Kelelahan

Faktor kelelahan berpengaruh terhadap belajar siswa dikarenakan siswa memiliki batas waktu untuk belajar.


(33)

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, factor sekolah dan faktor masyarakat.

1. Faktor keluarga

Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap belajar siswa yaitu cara orangtua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa antara lain yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar, tugaas rumah.

3. Faktor masyarakat.

Faktor dari masyarakat yang mempengaruhi belajar siswa yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Menurut Rifa’i dan Anni (2009: 97) faktor-faktor yang

memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Sama kompleksnya pada kondisi


(34)

internal adalah kondisi eksternal yang ada di lingkungan peserta didik. Beberapa faktor eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar.

Belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya perubahan atau pembaruan dalam tingkah laku dan kecakapan. Menurut Purwanto (dalam Thobroni dan Mustofa, 2012: 31) berhasil atau tidaknya perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang dibedakan menjadi dua golongan sebagai berikut :

1. Faktor yang ada pada diri organisme tersebut yang disebut faktor individual. Faktor individual meliputi hal-hal berikut:

a. Faktor kematangan atau pertumbuhan. b. Faktor kecerdasan atau intelegensi. c. Faktor latihan atau ulangan.

d. Faktor motivasi. e. Faktor pribadi.

2. Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor social. Termasuk ke dalam faktor di luar individual atau faktor social antara lain sebagai berikut:


(35)

b. Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam turut menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialami anak-anak.

c. Faktor gurudan cara mengajarnya.

d. Faktor alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar. e. Faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia. f. Faktor motivasi sosial.

Menurut Hamalik (2011: 32) belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut: (a) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; (b) Belajar memerlukan latihan; (c) Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasaberhasil dan mendapat kepuasannya; (d) Siswa yang belajar ia harus mengetahui apakah berhasil atau gagal dalam belajarnya; (e) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar; (f) Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar; (g) Faktor kesiapan belajar; (h) Faktor minat dan usaha; (i) Faktor-faktor fisiologis; (j) Faktor inteligensi.

Berdasar pendapat ahli tentang faktor-faktor belajar dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi proses belajar individu misalnya faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor


(36)

eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu seperti: faktor lingkungan, faktor masyarakat, faktor keadaan sosial, dll yang dapat mempengaruhi belajar individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar tersebut menentukan apakah seorang individu berhasil atau gagal dalam ia melakukan proses belajar.

2.1.2.3. Prinsip-prinsip belajar

Menurut Rifa’i dan Anni (2009: 95) beberapa prinsip belajar lama

yang berasal dari teori dan penelitian tentang belajar masih relevan dengan beberapa prinsip lain yang dikembangkan oleh Gagne. Beberapa prinsip yang dimaksud yaitu: keterdekatan, pengulangan, dan penguatan. Prinsip keterdekatan menyatakan bahwa situasi stimulus yang hendak direspon oleh pembelajar harus disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respon yang diinginkan. Prinsip pengulangan menyatakan bahwa situasi stimulus dan responnya perlu diulang-ulang, atau dipraktikkan, agar belajar dapat diperbaiki dan meningkatkan retensi belajar. Prinsip penguatan menyatakan bahwa belajar sesuatu yang baru akan diperkuat apabila belajar yang lalu diikuti oleh perolehan hasil yang menyenangkan. Dengan kata lain pembelajar akan kuat motivasinya untuk mempelajari sesuatu yang baru apabila hasil belajar yang telah dicapai memperoleh penguatan.

Menurut Suprijono (dalam Thobroni dan Mustofa, 2012: 21), prinsip-prinsip belajar terdiri dari tiga hal. Pertama, prinsip belajar adalah


(37)

perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Sebagai hasil tindakan rasioanal instrumental, yaitu perubahan yang disadari.

2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. 3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

4. Positif atau berakumulasi.

5. Aktif sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. 6. Permanen atau tetap.

7. Bertujuan atau terarah.

8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena dorongan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dan lingkungannya.

Berdasar pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar mencakup 3 hal yaitu prinsip kedekatan,prinsip pengulangan dan prinsip penguatan. Selain itu, prinsip belajar juga meliputi 3 hal yaitu belajar merupakan perubahan perilaaku; belajar sebagai proses yang terjadi karena dorongan, tujuan yang ingin dicapai, bersifat dinamis dan konstruktif;


(38)

belajar merupakan bentuk pengalaman yang hasilnya ada interaksi antara siswa dan lingkungan sekitar.

2.1.2.4. Ciri-ciri belajar

Menurut Djamarah (2011: 15) jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar.

1. Perubahan yang terjadi secara sadar.

Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

Perubahan selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Semakin banyak usaha belajar yang dilakukan,makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.


(39)

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

Perubahan dalam tingkah laku terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Seseorang yang belajar, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Menurut Winataputra (2009: 1.8) ciri-ciri belajar memusatkan pada tiga hal. Pertama, belajar harus memungkinkan perubahan perilaku pada diri individu.Perubahan tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai serta keterampilan. Kedua, perubahan itu harus dari buah pengalaman. Perubahan perilaku individu karenya adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungannya. Interaksi ini dapat berupa interaksi fisik.Ketiga, perubahan tersebut bersifat relatif menetap. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen. Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan belajar apabila terdapat perubahan yang terjadi dalam individu secara sadar, bersifat fungsional, perubahan yang bersifat positif dan aktif, tidak sementara atau permanen, memiliki tujuan, terarah dan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan tersebut berupa perubahan tingkah


(40)

laku yang bersifat permanen, pengetahuan yang bertambah luas, dan perubahan tersebut harus dari buah pengalaman. Perubahan tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja, tapi perubahan juga meliputi aspek afektif dan aspek psikomotorik.

2.1.2.5 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. (Rifa’i dan Anni, 2009 : 85). Menurut Purwanto (2013 : 44) hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

Menurut Suprijono (dalam Thobroni dan Mustofa, 2012: 5-6), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar perubahan perilaku peserta didik yang diperoleh akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2014: 22).


(41)

Benyamin S. Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif (pengetahuan) yang berkaitan dengan hasil belajar intelektual meliputi enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah kognitif yang paling banyak digunakan oleh para guru untuk memperoleh nilai siswa di sekolah karena ranah kognitif ini berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Ranah afektif (sikap) berkaitan dengan hasil belajar yang berupa sikap dimana ranah tersebut terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris (keterampilan) berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas, apat disimpulkan bahwa hasil belajar meliputi 3 ranah yaitu, ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.


(42)

Hasil belajar tersebut merupakan bentuk informasi mengenai perkembangan dan keberhasilan siswa dalam menempuh pendidikan di sekolah. Indikator dalam pengukuran hasil belajar siswa kelas IV ini adalah nilai ulangan semester 2 yang mencakup 3 ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik pada mata pelajaran yang di ujikan ujian nasional yaitu Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA. Sehingga dapat mewakili hasil belajar siswa kelas IV.

2.1.2.6. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan (Hamalik, 2014: 57). Menurut Winataputra (2008:1.18), pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Sedangkan Rifa’I &Anni (2011:193) berpendapat bahwa proses pembelajaran merupakan interaksi atau komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, dan antar peserta didik. Menurut Siregar dan Nana (2010: 13) terdapat beberapa ciri pembelajaran antara lain merupakan upaya sadar dan disengaja, pembelajaran harus membuat siswa belajar, tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan dan pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya.

Dari pengertian tentang pembelajaran di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi siswa dengan guru untuk


(43)

memperoleh suatu keterampilan, ilmu dan pengetahuan dengan menyediakan lingkungan, memanipulasi sumber-sumber belajar dalam diri siswa agar memperoleh hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang melalui pelajaran, pengalaman atau pengajaran. Pembelajaran merupakan tindakan yang secara sadar dan disengaja yang mendorong siswa belajar yang bertujuan untuk mencapai hasil yang maksimal dengan adanya pengendalian didalam pembelajaran.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan upaya menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan dan diharapkan memiliki tanggungjawab yang memadai (Mulyasa, 2011: 8-9). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, karakteristik peserta didik. Sekolah, dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab dalam bidang pendidikan pada jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs. MA, dan MAK. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tidak hanya dibutuhkan kurikulum saja namun juga adanya standar kompetensi lulusan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam penentuan lulusan siswa. Adapun standar kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk


(44)

seluruh mata pelajaran. Akan tetapi tolak ukur dalam pendidikan di SD untuk mencapai kelulusan siswa salah satunya ditentukan oleh Ujian Nasional (UN) pada mata pelajaran tertentu meliputi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA. Adapun ketiga mata pelajaran yang masuk dalam mata pelajaran yang di UN kan merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa SD. Untuk mencapai hasil yang diharapkan ketiga mata pelajaran yang UN kan tersebut mempunyai tujuan masing-masing.

Menurut Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP, 2006) tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.


(45)

6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.


(46)

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dibawah ini merupakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dicapai oleh siswa selama proses pembelajaran pada semester 2. Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : IV (empat)

Semester : 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

5. Mendengarkan

Mendengarkan pengumuman

5.1 Menyampaikan kembali isi pengumuman yang dibacakan 5.2 Menirukan pembacaan pantun anak

dengan lafal dan intonasi yang Tepat


(47)

Mengungkap-kan pikiran, perasaan, dan informasi dengan bertelepon

intonasi yang tepat

6.2 Menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai dengan isi pesan

7. Membaca

Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun

7.1 Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif 7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman

dengan lafal dan intonasi yang tepat 7.3 Membaca pantun anak secara

berbalasan dengan lafal dan intonasi yang tepat

8. Menulis

Mengungkap-kan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk pantun anak

8.1 Menyusun karangan tentang

berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggu- naan ejaan (huruf besar dan tanda baca) 8.2 Menulis pengumu-man dengan

bahasa yang baik dan benar serta memperhatikan penggu-

naan ejaan

8.3 Membuat pantun anak yang menarik tentang berbagai tema (persahabatan, keteku-nan, kepatuhan, dll.) sesuai dengan ciri-ciri pantun


(48)

Mata Pelajaran : Matematika Kelas : IV (empat)

Semester : 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat

5.1 Menjumlahkan bilangan bulat 5.2 Menjumlahkan bilangan bulat 5.3 Mengurangkan bilangan bulat 5.4 Melakukan operasi hitung campuran

6. Menggunakan

pecahan dalam pemecahan masalah

6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya

6.2 Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan

6.3 Menjumlahkan pecahan 6.4 Mengurangkan pecahan 6.5 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan pecahan

7. Menggunakan lambang bilangan Romawi

7.1 Mengenal lambang bilangan Romawi 7.2 Menyatakan bilangan cacah sebagai


(49)

Mata Pelajaran : IPA Kelas : IV (empat)

Semester : 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda

8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya

8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut

8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik 9. Memahami perubahan

kenampakan

permukaan bumi dan benda langit

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi.

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari. 10. Memahami 10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab


(50)

perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan

perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut).

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) 10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan

kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

11. Memahami

hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan

11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan

11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas untuk mencapai tujuan pembelajaran tidak hanya dibutuhkan kurikulum saja namun juga adanya standar kompetensi lulusan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam penentuan lulusan siswa. Tolok ukur kelulusan di SD salah satunya dengan 3 mata pelajaran yang di UN kan yaitu Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA.


(51)

2.1.2.7. Prinsip Pembelajaran

Terdapat sembilan prinsip yang dapat dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran, antara lain:

1. Menarik perhatian yaitu hal yang menimbulkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi atau kompleks. 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan memberikan kemampuan

yang baru dikuasai siswa setelah selesai mengikuti proses pembelajaran.

3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari dengan merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.

4. Menyampaikan materi pelajaran yaitu dengan memberikan dan menyampaikan materi yang telah direncanakan.

5. Memberikan bimbingan belajar dengan memberikan pertanyaan pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.

6. Memperoleh kinerja penampilan siswa, siswa diminta menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.

7. Memberikan balikan dengan memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa.

8. Menilai hasil belajar, memberikan tes atau tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.


(52)

9. Memperkuat retensi dan transfer belajar, merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktikkan apa yang telah dipelajari. (Gagne dalam Siregar dan Nana, 2010: 16-17)

2.1.4 Hubungan Fasilitas Belajar Dengan Hasil Belajar

Menurut Slameto (2013:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik (Nana Sudjana, 2014: 3). Belajar dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam individu, meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, yaitu lingkungan sosial misalnya lingkungan sekolah; lingkungan rumah; lingkungan masyarakat dan lingkungan non sosial misalnya jarak dengan rumah; fasilitas belajar; iklim dan waktu belajar.

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah fasilitas belajar. Menurut Djamarah (2011: 184) fasilitas belajar merupakan kelengkapan mengajar guru yang harus dimiiki oleh sekolah. Fasilitas belajar merupakan segala sesuatu yang berupa sarana dan prasarana pendidikan digunakan secara langsung atau tidak secara


(53)

langsung untuk membantu proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan belajar mengajar di sekolah dipengaruhi oleh fasilitas belajar yang baik. Peserta didik dapat belajar lebih baik, nyaman dan menyenangkan apabila terdapat fasilitas belajar yang memadai daan dapat dimanfaatkan oleh peserta didik.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar ada hubungannya dengan pencapaian hasil belajar siswa, karena fasilitas belajar merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi hasil belajar belajar siswa, apabila siswa mempunyai fasilitas belajar yang baik maka akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula sebaliknya apabila fasilitas belajar siswa kurang baik dan memadai maka ia akan mendapatkan hasil belajar yang kurang baik pula. Oleh sebab itu, untuk mencapai hasil belajar yang baik perlunya fasilitas belajar yang memadai yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, sehingga pembelajaran yang menyenangkan dan menarik minat dari peserta didik dapat tercapai.


(54)

2.2

KAJIAN EMPIRIS

Beberapa hasil penelitian yang relevan tentang hubungan fasilitas belajar siswa dan hasil belajar siswa yang telah ada sebelum penelitian ini dilakukan menjadi kajian empiris bagi penelitian ini. Penelitian relevan ini sebagai bahan pengembangan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Penelitian tersebut antara lain penelitian yang dilakukan oleh:

Pertama penelitian yang dilakukan oleh Aan Nasrulloh pada tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Manajemen Pembelajaran dan Fasilitas

Belajar Terhadap Hasil Belajar Chest Pass Bola Basket”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan dari Manajemen Pembelajaran dan Fasilitas Belajar Terdapat Hasil Belajar Chest Pass Bola Basket di SMA Negeri Kota Bandung. Manajemen Pembelajaran dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Chest Pass Bola Basket sebesar F=3.35. Dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pembelajaran dan Fasilitas Belajar Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Chet Pass Bola Basket di SMA Negeri Kota Bandung.

Kedua, penelitian lain yang mendukung dilakukan oleh Fanny Violita Tahun 2013 dengan judul “Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan

Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran Di SMK N 1 PAYAKUMBUH “. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar siswa kelas X administrasi perkantoran di SMK N 1 Payakumbuh. Dari hasil uji hipotesis bahwa


(55)

thitung 5,018 sesuai dengan ketentuan jika thitung > ttabel maka akibatnya Ho ditolak.. Jika thitung sudah diperoleh maka ttabel yang diperoleh sebesar 1,675 Hal ini berati bahwa fasilitas belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas X administrai perkantoran di SMK N 1 Payakumbuh. Dimana semakin baik fasilitas belajar maka prestasi belajar siswa yang akan diperoleh juga akan semakin baik.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Feriady, Harnanik dan St. Sutarno Tahun 2012 dengan judul “Pengaruh Persepsi

Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Dan Fasilitas Belajar Siswa Terhadap Minat Belajar IPS Kelas VIII SMP N 3 Purbalingga”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh fasilitas belajar siswa terhadap minat belajar siswa pada Pelajaran IPS kelas VIII di SMP N 3 Purbalingga dan ada pengaruh persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru dan fasilitas belajar siswa terhadap minat belajar siswa pada Pelajaran IPS kelas VIII di SMP N 3 Purbalingga.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Deni Yonitasari Tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Cara Belajar, Lingkungan Keluarga, Dan

Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Akuntasi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 4 Magelang Tahun Ajaran 2013/2014”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif cara belajar, lingkungan keluarga, dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar ekonomi akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2013/2014 baik secara simultan maupun parsial.


(56)

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Dyah Ayu Ratnaningtyas dan Muhsin Tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Kesiapan Belajar,

Motivasi Belajar, Fasilitas Belajar Dan Lingkungan Teman Sebaya Terhadap Keterampilan Mengetik Mahasiswa Program Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh variabel kesiapan belajar, motivasi belajar, fasilitas belajar dan lingkungan teman sebaya terhadap keterampilan mengetik mahasiswa Program Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang secara simultan sebesar 70,6%. Pengaruh secara parsial kesiapan belajar sebesar 4.162%, motivasi belajar sebesar 16%, fasilitas belajar sebesar 10.3%, dan lingkungan teman sebaya sebesar 11.9%.

Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi Yuliani dan Sucihatiningsih D.W.P Tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Fasilitas

Belajar, Pengelolaan Kelas, Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Melalui Motivasi Belajar Siswa Kelas XI MA Al-Asror Kota Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas belajar berpengaruh terhadap motivasi belajar. Pengelolaan kelas berpengaruh terhadap motivasi belajar. Lingkungan keluarga berpengaruh terhadap motivasi belajar.Motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar. Fasilitas belajar berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap hasil belajar. Pengelolaan kelas berpengaruh langsung dan tidak langsung


(57)

terhadap hasil belajar.Lingkungan keluarga berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap hasil belajar.

Ketujuh, penelitian terkait fasilitas belajar oleh Uline Cynthia dengan judul The Walls Speak: The Interplay of quality facilities, school climate, and student achievement ” Dinding berbicara: pengaruh fasilitas

berkualitas, iklim sekolah, dan prestasi siswa”, dengan hasil penelitian

menunjukkan terdapat sebuah hubungan antara fasilitas sekolah berkualitas dengan prestasi siswa dalam Bahasa inggris dan matematika. Sebaiknya fasilitas berkualitas memiliki signifikasi positif yang dihubungkan dengan variabel iklim sekolah. Akhirnya hasil hipotesis menunjukkan bahwa iklim sekolah bermain menengahi sebuah peran dalam hubungan antara fasilitas berkualitas dengan hasil belajar.

Penelitian yang telah dilakukan diatas dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian. Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara fasilitas belajar siswa terhadap hasil belajar siswa di Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang.


(58)

2.3

KERANGKA BERPIKIR

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah fasilitas belajar siswa. Fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang berupa sarana dan prasarana di sekolah yang secara langsung ataupun tidak secara langsung membantu dan mempermudah kegiatan belajar mengajar di sekolah. Fasilitas belajar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sarana dan prasarana. Sarana sekolah adalah semua peralatan yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan di sekolah, contohnya yaitu meja, kursi, buku pelajaran, alat tulis, dan lain-lain. Sedangkan prasarana adalah semua perlengkapan dasar pendidikan yang secara tidak langsung menunjang proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, contohnya laboratorium, perpustakaan, ruang UKS, dan kamar mandi. Semakin lengkap fasilitas belajar yang dimiliki oleh siswa maka hasil belajar siswa akan meningkat. Selain fasilitas belajar yang memadai, fasilitas belajar juga harus dimanfaatkan dengan baik sehingga dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan siswa.


(59)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menggambarkan kerangka berpikir tentang hubungan simetris antara fasilitas belajar siswa dengan hasil belajar siswa, dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Fasilitas belajar dan hasil belajar

1. Sarana: Alat pelajaran, media

pembelajaran, buku pelajaran, alat tulis dan alat peraga buku pelajaran, alat tulis, media pembelajaran, alat peraga.

2. Prasarana: ruang kelas, ruang laboratorium, ruang praktik, ruang komputer, UKS, WC, kamar mandi, taman dan tempat parkir.

Dilihat dari mata pelajaran yang diujikan nasional yaitu Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA. Meliputi 3 ranah: 1. Ranah kognitif sebagai data utama

2. Ranah afektif, 3. Ranah psikomotorik sebagai data pendukung.

Ada atau tidaknya hubungan antara fasilitas belajar dengan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang. Fasilitas


(60)

2.4 HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, dapat disusun suatu hipotesis penelitian yang merupakan dugaan sementara dari permasalahan penelitian yaitu : ada hubungan positif antara fasilitas belajar siswa dengan hasil belajar siswa di SDN Gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.


(61)

49

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2015:3). Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sukmadinata (2013:56) penelitian korelasional ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan beberapa variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikasi) secara statistik. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara fasilitas belajar siswa terhadap hasil belajar siswa kelas IV di Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel fasilitas belajar siswa (X) sebagai variabel bebas dan variabel hasil belajar siswa (Y) sebagai variabel terikat.


(62)

Bagan 3.1: Desain Penelitian Keterangan:

X : Variabel kebiasaan belajar

Y : Variabel hasil belajar (Sugiyono, 2015:66)

Secara lebih detail desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Hasil Belajar (Y) Dilihat dari nilai ulangan pada 3 mata pelajaran yang di UAN kan pada semester genap yaitu Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA. Fasilitas Belajar

(X) 1. Alat-alat pelajaran 2. Media pembelajaran 3. Alat peraga 4. Tempat belajar 5. Perpustakaan 6. Ruang belajar 7. UKS


(63)

3.2. PROSEDUR PENELITIAN

Dalam penelitian ini prosedur penelitian merupakan tata cara yang dilakukan pada saat penelitian atau langkah-langkah menjalankan suatu penelitian. Prosedur penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

Pada tahapan ini meliputi izin tempat observasi dan pelaksanaan penelitian, pengajuan identifikasi masalah, penyusunan proposal penelitian, penyusunan kisi-kisi instrumen, penyusunan instrumen, serta konsultasi kepada dosen pembimbing.

b. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini meliputi uji coba instrumen di lapangan pada sampel di luar populasi, pengambilan data sesuai dengan instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

c. Tahap penyelesaian

Pada tahap ini meliputi tahap analisis data dan menyusun laporan penelitian. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, uji prasyarat, dan analisis akhir.


(64)

3.3.

SUBYEK

PENELITIAN,

LOKASI,

DAN

WAKTU

PENELITIAN

3.3.1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang. Dalam gugus ini terdapat 4 SD Negeri. Banyaknya populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang terdapat pada SD Negeri kelas IV di Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang.

Tabel 3.1 Tabel Populasi SDN di Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

1 SDN Bringin 02 35 siswa

2 SDN Podorejo 01 24 siswa

3 SDN Podorejo 02 40 siswa

4 SDN Podorejo 03 17 siswa

Jumlah siswa 116 siswa

Sumber: Data di Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang. 3.3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang. SDN yang akan dilakukan penelitian yaitu SDN Bringin 02, SDN Podorejo 01, SDN Podorejo 02, dan SDN Podorejo 03. Waktu penelitian yaitu antara bulan Februari – Maret.


(65)

3.4. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.4.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015: 117). Menurut Arikunto (2013: 173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang yang terdiri dari 4 SD Negeri yaitu SDN Bringin 02, SDN Podorejo 01, SDN Podorejo 02, dan SDN Podorejo 03 yang berjumlah 116 siswa.

3.4.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2015: 118). Menurut Arikunto (2010: 174) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Oleh karena itu sampel yang diambil harus representatif atau mewakili. Agar sampel yang diambil representatif maka perlu dilakukan teknik sampling. Menurut Sugiyono (2015: 118) teknik sampling adalah suatu cara pengambilan sampel.

Untuk menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan rumus dari Isaac dan Michael (Sugiyono,2015:126).


(66)

S = jumlah sampel

= dapat dilihat pada tabel chi kuadrat dengan dk = 1, dan taraf kesalahan 1%, 5%, 10%

P = Q = 0,5 d = 0,05

S =89

Berdasarkan rumus tersebut didapatkan sampel sejumlah 89,2. Dari hasil sampel tersebut dapat dibulatkan menjadi 89 dari 116 populasi dengan taraf kesalahan 5%. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik proprotional sampling (sampel proporsi/sampel imbangan). Menurut Arikunto (2013:182) teknik pengambilan proporsi atau sampel imbangan ini dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah dikarenakan ada kalanya banyaknya subjek yang terdapat pada setiap strata atau setiap wilayah tidak sama. Perhitungan jumlah sampel setiap wilayah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Jumlah Sampel

1 SDN Bringin 02 35 siswa


(67)

2 SDN Podorejo 01 24 siswa

3 SDN Podorejo 02 40 siswa

4 SDN Podorejo 03 17 siswa

Jumlah Siswa 116 siswa 89 siswa

Berdasarkan perhitungan sampel penelitian di atas, maka dapat diketahui sampel penelitian untuk kelas IV SD Negeri di Gugus Wijaya Kusuma sebanyak 89 siswa.

3.5. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian adalah suatu atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau suatu objek dengan objek lain (Sugiyono, 2015: 60). Dalam penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu : variabel bebas (independen variabel) dan variabel terikat (dependent variabel). Judul dalam penelitian ini yaitu Hubungan antara Fasilitas Belajar Siswa Dengan Hasil Belajar Siswa Di Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang, maka variabelnya yaitu:

1. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah fasilitas belajar siswa (X) di Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang.

2. Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa (Y) di Gugus Wijaya Kusuma Kota Semarang.

3.5.1. Definisi Operasional


(1)

LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR (Matematika)

1) Rubrik Penilaian

No Kriteria Sangat Baik (4) Baik (3) Cukup Baik (2) Perlu Bimbingan (1) 1 Ketepatan dalam

melakukan kegiatan mengukur, menghitung, dan menggambar bangun. Sudah sesuai dengan langkah-langkah yang tepat. 50% lebih sudah sesuai dengan langkah-langkah yang tepat. Kurang dari 50% sudah sesuai dengan langkah-langkah yang tepat. Tidak sesuai dengan langkah-langkah yang tepat.

2 Ketepatan waktu dalam

menyelesaikan tugas

Siswa menyelesaika n tugas lebih cepat dari waktu yang disediakan Siswa menyelesaik an tugas tepat waktu Siswa terlambat menyelesaikan tugas (maksimal 5 menit) Siswa sangat terlambat menyelesaikan tugas (lebih dari 5 menit)

Skor maksimal= 8 2) Penilaian

Kriteria Penilaian

Rentang nilai Kriteria Rentang nilai Kriteria

3,58 – 4,00 A 2,18 – 2,50 C+

3,51 – 3,84 A- 1,85 – 2,17 C

3,18 – 3,50 B+ 1,51 – 1,84 C-

2,85 – 3,17 B 1,18 – 1,50 D+

2,51 – 2,84 B- 1,00 – 1,17 D


(2)

Lampiran 22

LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR (IPA)

1) Rubrik Penilaian

No Kriteria Sangat Baik (4) Baik (3) Cukup Baik (2) Perlu Bimbingan (1) 1 Ketepatan dalam

melakukan kegiatan percobaan dan pengamatan dalam pembelajaran IPA Sudah sesuai dengan langkah-langkah yang tepat. 50% lebih sudah sesuai dengan langkah-langkah yang tepat. Kurang dari 50% sudah sesuai dengan langkah-langkah yang tepat. Tidak sesuai dengan langkah-langkah yang tepat.

2 Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas Siswa menyelesaik an tugas lebih cepat dari waktu yang disediakan Siswa menyelesaika n tugas tepat waktu Siswa terlambat menyelesaika n tugas (maksimal 5 menit) Siswa sangat terlambat menyelesaikan tugas (lebih dari 5 menit)

Skor maksimal= 8 2) Penilaian

Kriteria Penilaian

Rentang nilai Kriteria Rentang nilai Kriteria

3,58 – 4,00 A 2,18 – 2,50 C+

3,51 – 3,84 A- 1,85 – 2,17 C

3,18 – 3,50 B+ 1,51 – 1,84 C-

2,85 – 3,17 B 1,18 – 1,50 D+

2,51 – 2,84 B- 1,00 – 1,17 D


(3)

LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR (Bahasa Indonesia)

1) Rubrik Penilaian

No Kriteria Sangat Baik (4) Baik (3) Cukup Baik (2) Perlu Bimbingan (1) 1 Ketepatan

dalam melakukan keterampilan berbahasa Sudah sesuai dengan langkah-langkah yang tepat. 50% lebih sudah sesuai dengan langkah-langkah yang tepat. Kurang dari 50% sudah sesuai dengan langkah-langkah yang tepat. Tidak sesuai dengan langkah-langkah yang tepat.

2 Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas Siswa menyelesaikan tugas lebih cepat dari waktu yang disediakan Siswa menyelesaikan tugas tepat waktu Siswa terlambat menyelesaikan tugas (maksimal 5 menit) Siswa sangat terlambat menyelesaikan tugas (lebih dari 5 menit) Skor maksimal= 8

2) Penilaian

Kriteria Penilaian

Rentang nilai Kriteria Rentang nilai Kriteria

3,58 – 4,00 A 2,18 – 2,50 C+

3,51 – 3,84 A- 1,85 – 2,17 C

3,18 – 3,50 B+ 1,51 – 1,84 C-

2,85 – 3,17 B 1,18 – 1,50 D+

2,51 – 2,84 B- 1,00 – 1,17 D


(4)

(5)

(6)

Lampiran 25