HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN DI GUGUS Dr. SOETOMO KECAMATAN BLADO BATANG

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR

DENGAN HASIL BELAJAR IPS

SISWA KELAS IV SDN

DI GUGUS Dr. SOETOMO KECAMATAN BLADO

BATANG

SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh Eva Fitriana 1401412294

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“ Jadikan diri kita gemar dalam belajar, sehingga kita bisa selalu termotivasi

untuk belajar, dan kita akan merasa mudah dalam belajar “ (Nelson Mandela)

PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan kepada orang tua tercinta ibu Sunariyah dan bapak


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik,dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul“Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN di Gugus Dr. Soetomo Kecamatan Blado Batang”. Dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi, peneliti banyak mendapatkan bimbingan, dukungan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Fathur Rahman, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk studi di UNNES.

2. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin, rekomendasi penelitian, dan persetujuan pengesahan skripsi ini.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd. Ketua jurusan PGSD UNNES yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

4. Dra. Sri Susilaningsih, S.Pd.,M.Pd. Dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.

5. Drs. H. A. Zaenal Abidin, M.Pd. Dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.

6. Dra. Munisah, M.Pd. Penguji Utama yang telah memberikan kritik dan saran kepada peneliti.

7. Asim, S.Pd. Kepala SDN Wonobodro 01; Hadi Sumitro, S.Pd.SD Kepala SDN Wonobodro 02; dan Tri Budi Purnama, S.Pd.SD Kepala SDN Kalisari yang telah memberikan izin penelitian.

8. Guru kelas IV dan siswa kelas IV SDN Wonobodro 01, SDN Wonobodro 02, dan SDN Kalisari yang telah membantu peneliti melaksanakan penelitian.


(7)

vii

9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca.

Semarang, Agustus 2016


(8)

viii

ABSTRAK

Fitriana, Eva. 2016. Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar

IPS Pada Siswa Kelas IV SDN Di Kecamatan Blado Batang. Skripsi,

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing (1) Dra. Sri Susilaningsih, S.Pd.,M.Pd. dan Pembimbing (2) Drs. H.A. Zaenal Abidin, M.Pd.

Pembelajaran IPS pada kelas IV SD mempunyai materi yang luas, sehingga pada siswa kelas IV SDN di Gugus Dr. Soetomo Blado Batang mempunyai tingkat motivasi yang berbeda, yang berdampak pada pemerolehan hasil belajar yang berbeda pula.Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu adakah hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN di kecamatan Blado Batang?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN di kecamatan Blado Batang.

Jenis penelitian ini yaitu penelitian korelasional dan ex post facto. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN di Gugus Dr. Soetomo Blado Batang. Penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling, dengan jumlah sempel sebanyak 93 siswa. Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, variabel bebasnya yaitu motivasi belajar (X), dan variabel terikatnya yaitu hasil belajar IPS (Y). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuisioner (angket), wawancara sebagai pendukung angket, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas IV berada pada kategori kuat, koefisien korelasinya sebesar 0,754 > r tabel 0,207penghitungan menggunakan analisis korelasi product

moment, dan harga signifikansinya 0,000 < 0,05. Koefisien determinasi sebesar

0,568 berada pada kategori sedang.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa antara motivasi belajar dengan hasil belajar IPS terdapat hubungan yang positif dan signifikan dengan kategori hubungan kuat dan tingkat keterpengaruhan motivasi belajar terhadap hasil belajar sebesar 0,568 berada pada kategori sedang. Saran untuk pendidik sebaiknya membantu siswa untuk meningkatka motivasinya; bagi siswa, sebaiknya tingkatkan motivasi belajar; dan bagi sekolah, harus selalu menciptakan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

2.1 Landasan Teori ... 12

2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 12

2.1.1.1 Pengertian Belajar ... 12

2.1.1.2 Tujuan Belajar ... 13

2.1.1.3 Prinsip – Prinsip Belajar ... 15

2.1.1.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ... 16

2.1.2 Motivasi Belajar ... 18

2.1.2.1 Pengertian Motivasi ... 18

2.1.2.2 Hakikat Motivasi Belajar ... 20

2.1.2.3 Peran dan Pentingnya Motivasi dalam Belajar ... 21


(10)

x

2.1.2.5 Indikator Motivasi Belajar ... 25

2.1.2.6 Hasil Belajar ... 27

2.1.2.7 Pembelajaran ... 30

2.2 Ilmu Pengetahuan Sosial ... 32

2.2.1 Pengertian IPS ... 32

2.2.2 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial ... 33

2.2.3 Tujuan IPS ... 35

2.2.4 Pembelajaran IPS di SD ... 36

2.2.5 Karakter Materi IPS ... 38

2.2.6 Karakteristik Anak Sekolah Dasar ... 39

2.2.7 Hubungan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar ... 41

2.3 Kajian Empiris ... 42

2.4 Kerangka Berfikir... 47

2.5 Hipotesis ... 50

BAB III METODE PENELITIAN... 51

3.1Jenis dan Desain Penelitian ... 51

3.1.1 Jenis Penelitian ... 51

3.1.2 Desain Penelitian ... 52

3.2Prosedur Penelitian ... 53

3.3Subjek, lokasi, dan waktu penelitian ... 54

3.3.1 Subjek penelitian ... 54

3.3.2 Lokasi penelitian ... 55

3.3.3 Waktu penelitian ... 55

3.4Variabel Penelitian ... 55

3.4.1 Pengertian Variabel Penelitian ... 55

3.5Definisi Operasioanl ... 56

3.6Populasi dan Sampel ... 57

3.6.1 Populasi ... 57

3.6.2 Sampel ... 58

3.7Teknik Pengumpulan Data ... 59


(11)

xi

3.9Uji Coba Penelitian ... 66

3.9.1 Validitas ... 66

3.9.1.1Validitas Isi (Content Validity) ... 66

3.9.1.2Validitas Konstruk (construct validity) ... 68

3.9.2 Reliabilitas ... 69

3.10 Teknik Analisis Data ... 70

3.10.1 Analisis Deskriptif Presentatse ... 71

3.10.1.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 72

3.10.1.1.1 Deskripsi Data Motivasi Belajar ... 72

3.10.1.1.2 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS ... 73

3.10.2 Analisis Data Awal ... 74

3.10.2.1Uji Prasyarat Analisis ... 74

3.10.3 Analisis Data Akhir ... 76

3.10.3.1 Uji Hipotesis ... 76

3.10.3.2 Uji Koefisien Determinasi ... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 79

4.1.1 Subjek Penelitian ... 79

4.1.2 Deskripsi Data Motivasi Belajar ... 79

4.1.3 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS ... 86

4.1.4 Analisis Data Awal ... 88

4.1.4.1 Uji Normalitas ... 88

4.1.4.2 Uji Linearitas ... 89

4.1.5 Analisis Data Akhir ... 90

4.1.5.1 Uji Hipotesis ... 90

4.1.5.2 Uji Koefisien Determinasi... 92

4.2 Pembahasan ... 93

4.2.1 Pemaknaan Temuan ... 93

4.2.2 Pembahasan Hasil Analisis Motivasi Belajar ... 94

4.2.3 Pembahasan Hasil Analisis Hasil Belajar IPS ... 98 4.2.4 Pembahasan Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Hasil


(12)

xii

Belajar IPS ... 99

4.3 Implikasi Hasil Penelitian ... 102

4.3.1 Implikasi Teori ... 102

4.3.2 Implikasi Praktis ... 102

4.3.3 Implikasi Pedagogis ... 102

BAB V PENUTUP ... 103

5.1 Simpulan ... 103

5.2 Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Materi IPS Kelas IV Semester Genap ... 34

Tabel 3.1 Populasi Siswa Kelas IV SDN Di Gugus Dr. Soetomo ... 57

Tabel 3.2 Kisi – Kisi Wawancara Motivasi Belajar ... 61

Tabel 3.3 Instrumen Dokumentasi Nilai Hasil Belajar IPS ... 62

Tabel 3.4 Kisi – Kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar... 64

Tabel 3.5 Skor Pilihan Jawaban Angket ... 65

Tabel 3.6 Hsil Uji Reliabilitas Data ... 70

Tabel 3.7 Pengkategorian Motivasi Belajar ... 73

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data ... 75

Tabel 3.9 Data Hasil Uji Linieritas ... 76

Tabel 3.10 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 77

Tabel 4.1 Subjek Penelitian... 79

Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Data Motivasi Belajar ... 80

Tabel 4.3 Distribusi Skor Motivasi Belajar ... 81

Tabel 4.4 Distribusi Skor Adanya Hasrat dan Keinginan Berhasil ... 83

Tabel 4.5 Distribusi Skor Adanya dorongan dan Kebutuhan dalam Belajar ... 84

Tabel 4.6 Distribusi Skor Adanya Harapan dan Cita – Cita Di Masa Depan .. 85

Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar IPS ... 86

Tabel 4.8 Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS ... 87

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data ... 89

Tabel 4.10 Data Hasil Uji Linieritas ... 90

Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi Product Moment ... 91


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 49

Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 53

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Skor Motivasi Belajar ... 82


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi – kisi Angket Uji Coba Skala Motivasi Belajar ... 110

Lampiran 2 Instrumen Uji Coba Penelitian Motivasi belajar ... 111

Lampiran 3 Uji Validitas ... 116

Lampiran 4 Analisis Uji Reliabilitas ... 120

Lampiran 5 Kisi – kisi Instrumen Angket Penelitian ... 121

Lampiran 6 Instrumen Penelitian Motivasi belajar ... 122

Lampiran 7 Lembar Jawaban ... 126

Lampiran 8 Kisi – Kisi Wawancara ... 127

Lampiran 9 Instrumen Wawancara Motivasi belajar ... 128

Lampiran 10 Hasil Wawancara Motivasi Belajar Siswa... 129

Lampiran 11 Skor Angket Motivasi Belajar ... 131

Lampiran 12 Nilai Hasil Belajar dan Jumlah Skor Motivasi belajar ... 135

Lampiran 13 Analisis Data Awal ... 149

Lampiran 14 Analisis Data Akhir ... 150

Lampiran 15 SK Pembimbing ... 152

Lampiran 16 Surat Keterangan Validasi Penilai Ahli ... 153

Lampiran 17 Surat Izin... 157

Lampiran 18 Surat Keterangan Penelitian ... 161


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk membentuk manusia yang bermoral dan berilmu. Pendidikan bersangkutan dengan tiga lingkungan yang biasa disebut tripusat pendidikan yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Apabila ketiga lingkungan tersebut sangat mendukung proses pembentukan peserta didik yang bermoral dan berilmu, maka potensi yang dimiliki oleh masing – masing peserta didik dapat dikembangkan secara optimal. Namun dalam hal ini, proses mengembangkan potensi peserta didik sangat membutuhkan sebuah dorongan atau motivasi yang tinggi agar tujuan belajar dapat tercapai secara optimal.

Tujuan belajar tersebut meliputi pengembangan potensi – potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional sendiri tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 yang menyebutkan bahwa fungsi dari pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung


(17)

2

jawab. Motivasi belajar sangat dibutuhkan guna menunjang keberhasilan peserta didik dalam mengoptimalkan potensinya.

Motivasi dan pendidikan merupkan suatu hal yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Keberhasilan pendidikan sangat didorong oleh adanya motivasi belajar. Motivasi sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan. Dimana proses pendidikan ini merupakan suatu tindakan atau usaha untuk mengembangkan keaktifan peserta didik dalam mengoptimalkan potensi dirinya. Usaha yang dapat ditempuh oleh peserta didik untuk mengoptimalkan potensinya tersebut dapat melalui tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah, jalur nonformal, dan jalur informal.

Pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik diantaranya yaitu megembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai – nilai yang berlaku di masyarakat . Dalam proses pengoptimalan potensi peserta didik membutuhkan peran serta dari orang tua, keluarga, dan masyarakat yang mendukung proses pengoptimalan potensi peserta didik, selain hal itu faktor yang sangat berperan dalam proses pengoptimalan potensi peserta didik terutama dalam pencapaian hasil belajar yang tinggi yaitu sangat dibutuhkannya motivasi belajar yang tinggi pula.

Motivasi belajar merupakan dorongan dalam dunia pendidikan sebagai motivasi intrinsik bagi peserta didik dalam proses belajar, pada khususnya proses belajar yang berlangsung di sekolah dasar. Kurikulum yang berlaku di sekolah dasar pada saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006


(18)

3

menyebutkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing - masing satuan pendidikan (Permendiknas, 2006 : 21) . Terutama disusun dan dilaksanakan di jenjang sekolah dasar.

Sekolah dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan dasar pada jalur pendidikan formal yang berperan penting dalam membekali peserta didik dengan kemampuan dasar yang berupa pengetahuan, keterampilan , dan sikap untuk bekal siswa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu bidang ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan kepribadian anak yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Permendiknas, 2006 : 417). Mata pelajaran IPS SD/MI yaitu meliputi memahami identitas diri dan keluarga serta mewujudkan sikap saling menghargai, mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga dan tetangga, memahami sejarah dan keberagaman suku bangsa, mengenal sumber daya alam sebagai pemenuh kebutuhan ekonomi, memahami gejala dan peristiwa alam yang terjadi dan memahami peran Indonesia di era global ( Permendiknas, 2006 : 356).

Mata pelajaran IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah (Sapriya, 2015 : 45 ). Mata pelajaran IPS mengkaji tentang ilmu bumi, sejarah, ekonomi, dan kesehatan yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan , pemahaman , dan


(19)

4

kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Pembelajaran IPS memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Melalui pembelajaran IPS, peserta didik dapat memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan menyesuaikan diri serta menyikapi perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar peserta didik. Dalam hal ini IPS sangat berhubungan dengan kehidupan manusia, baik tata cara dalam pemenuhan kebutuhan hidup maupun sikap sosial dalam keberlangsungan hidup manusia di dalam kemasyarakatan.

Hubungan antara IPS dengan kehidupan manusia meliputi hubungan IPS dengan cara manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan materi maupun non materi, mengatur kesejahteraan diri sendiri dan masyarakat yang berhubungan dengan kehidupan orang banyak, dan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial sangat penting dengan tujuan – tujuan IPS yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari . Tujuan mempelajari IPS yaitu membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial, membekali peserta didik dengan kemampuan berinteraksi, pembentukan sikap, dan kemampuan mengembangkan pengetahuan (Silvester Petrus Taneo, 2010 : 26 ). Dari tujuan IPS tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPS mempunyai cakupan materi yang luas yang berhubungan dengan tata cara kehdupan manusia.

Melihat materi pelajaran IPS yang sangat luas, menjadikan peserta didik merasa kesulitan dalam memahami setiap materi yang dipelajari. Untuk


(20)

5

meminimalkan kesulitan yang dialami peserta didik tersebut, maka dibutuhkan sebuah dorongan atau motivasi belajar yang tinggi. Motivasi belajar adalah suatu dorongan untuk bertindak sesuatu guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Motivasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar peserta didik. Siswa yang memiliki motivasi belajar cenderung mencurahkan segala kemampuannya untuk menghasilkan hasil belajar yang optimal sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Dengan adanya hasrat atau keinginan dari peserta didik untuk dapat menguasai materi IPS yang luas, maka peserta didik dapat mencapai tujuan belajar yang berupa penguasaan materi pada mata pelajaran IPS dengan mudah. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan faktor utama untuk mencapai kesuksesan dalam pencapaian tujuan belajar peserta didik. Terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar.

Pertama , motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar (Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2014 : 51).

Motivasi belajar sangat menunjang kegiatan belajar peserta didik, dengan motivasi belajar yang tinggi, peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi diri dan keterampilan yang diperlukannya. Akan tetapi motivasi belajar yang dimiliki oleh masing – masing peserta didik berbeda, semakin tinggi motivasi belajar yang dimiliki peserta didik maka hasil belajarpun akan tinggi dan


(21)

6

sebaliknya, apabila motivasi yang dimiliki peserta didik rendah maka hasil belajar peserta didikpun rendah pula. Meskipun dengan materi yang luas dan cara penyampaian materi dari pendidik yang kurang menarik, akan tetapi apabila peserta didik mempunyai dorongan atau motivasi yang tinggi untuk menguasai materi IPS, maka secara mandiri peserta didik dapat mempelajari materi tersebut dengan mencari berbagai referensi yang dapat dijadikan sebagai acuan sumber belajar peserta didik.

Materi dalam mata pelajaran IPS yang luas dan tingkat motivasi belajar peserta didik yang beraneka ragam, menyebabkan peserta didik pada kelas IV SDN di Gugus Dr. Soetomo kecamatan Blado kabupaten Batang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran IPS. Keadaan tersebut disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya (1) pada siswa kelas IV SDN di Gugus Dr.Soetomo terdapat siswa yang pasif dalam mengikuti kegiatan belajar IPS dengan materi yang luas dan penggunaaan media yang belum optimal , (2) motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPS yang berbeda antara masing – masing siswa, (3) semangat peserta didik untuk mendapat nilai di atas KKM yang berbeda pula, (4) kesadaran akan pentingnya menguasai materi pada mata pelajaran IPS dan kemauan peserta didik untuk menguasai materi IPS, yang berbeda antar masing – masing siswa. Ketidak samaan tingkat motivasi belajar yang ada pada peserta didik, mengakibatkan tingkat pencapaian hasil belajar pada peserta didik dalam mempelajari materi pada mata pelajaran IPS berbeda.

Perbedaan pencapaian hasil belajar yang terjadi pada peserta didik tersebut diketahui berdasarkan data/ informasi dari hasil wawancara dan observasi yang


(22)

7

dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian dengan guru kelas IV SDN di Gugus Dr. Soetomo, diperoleh informasi dari hasil observasi, bahwa hasil belajar peserta didik dari tiga sekolah dasar berdasarkan nilai ulangan harian, ulangan tengah semester gasal, dan ulangan akhir semester gasal mata peajaran IPS tahun ajaran 2015/2016 cenderung rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan masih rendahnya nilai mata pelajaran IPS di semester gasal. Hasil nilai mata pelajaran IPS siswa Kelas IV SDN Wonobodro 01 , dari 30 siswa kelas IVa hanya 12 siswa (40 %) yang mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 73, sedangkan 18 siswa (60%) nilainya masih dibawah KKM, dan pada kelas IVb dari 24 siswa terdapat 9 siswa (37,5%) yang mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 73, sedangkan 15 siswa (62,5%) nilainya masih dibawah KKM , pada SDN Wonobodro 02 hasil nilainya dari 15 siswa terdapat 6 siswa (40%) yang nilainya di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 73, sedangkan 9 siswa (60%) yang masih belum mencapai nilai KKM . Dan pada SDN Kalisari dari 24 siswa hanya 10 siswa (40%) yang menadapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 73, sedangkan 14 siswa (60%) nilainya masih di bawah KKM.

Guru sangat berperan penting dalam kegiatan di sekolah khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar usaha untuk mencapai hasil belajar yang optimal seorang siswa dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern salah satunya yaitu motivasi, baik motivasi yang timbul dari dalam diri maupun luar diri siswa. Motivasi yang timbul dari diri siswa salah satunya yaitu keinginan dan kesadaran siswa untuk menguasai materi pada mata


(23)

8

pelajaran IPS, sedangkan motivasi dari luar diri siswa salah satunya ketersediaan media belajar yang dapat menunjang belajar siswa dalam rangka penguasaan materi dan pengembangan pengetahuan, seperti terpenuhinya buku pelajaran yang dibutuhkan oleh siswa, iklim belajar yang mendukung proses belajar siswa sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan belajar IPS dengan nyaman. Penelitian yang telah peneliti lakukan ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar.

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang sejenis tentang hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar ini menunjukkan hasil yang relatif sama. Hasil penelitian terdahulu yang sejenis yang telah dilaksanakan dan dimuat dalam jurnal. Penelitian yang telah dilakukan oleh Rachmawati Indah Permata Sari yang dimuat dalam Jurnal Pedagogik (vol. II no. 1 halaman 26-32 tahun 2014) dari Faultas Ilmu Pendididkan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNISMA “45”

Bekasi dengan judul “ Hubungan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDN 11 Petang Jakarta Timur”. Dengan

hasil bahwa perhitungan didapat xy r produkmomen sebesar 0,065 maka H1 diterima. Koefisien determinasi sebesar 12,3% menunjukkan bahwa motivasi belajar memberikan kontribusi terhadap hasil belajar siswa.

Kemudian penelitian yang dilakukan Santoso, Minoto dkk. dalam Jurnal

Cedekia (Vol. 9 No. 2 Tahun 2015) dengan judul “Korelasi Penggunaan Media,

Disiplin Belajar, dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar” menyebutkan bahwa dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan uji korelasi product


(24)

9

moment diperoleh hasil sebesar 0,644 atau 64,4% yang berarti antara motivasi

belajar dan prestasi belajar terdapat hubungan yang signifikan.

Selanjutnya penelitian yang telah dilakukaan Nooraini Othman, dkk yang dimuat dalam International Jurnal Of Psychological Studies (vol. 3 no. 1 halaman 1-9 tahun 2011), mahasiswa UTM Perdana School, Universiti Perkembangan teknologi produksi Malaysia, International Campus, telah melalukan penelitian

dengan judul “The Relationship between Concept, Intrinsic Motivation, Self-Determination and Academic Achievement among Chinese Primary School

Students ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi antara variabel bebas

dan variabel terikat yaitu signifikan rendah. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh ketiga peneliti, terdapat kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar. Hasil tersebut menjadi bukti empiris terhadap penelitian hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar yang akan dilaksanakan oleh peneliti.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti telah melaksanakan penelitian

korelasi dengan judul “Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Di Gugus Dr. Soetomo Kecamatan Blado Batang”. Dengan harapan, peneliti dapat mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar.


(25)

10

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :

Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN di Gugus Dr. Soetomo kecamatan Blado kabupaten Batang ?

1.3

TUJUAN

Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui :

Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN di Gugus Dr. Soetomo kecamatan Blado kabupaten Batang.

1.4 MANFAAT

Penelitian korelasi yang telah dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Rincian manfaat penelitiannya, yaitu :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis merupakan manfaat yang dapat diambil bersifat secara teori. Manfaat teoritis dari penelitian ini anatar lain :

1. Penelitian ini dapat bermanfaat menambah pengetahuan dalam dunia pendidikan mengenai peran motivasi dalam proses belajar.

2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan masukan bagi penelitan berikutnya.


(26)

11

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis merupakan manfaat yang secara langsung dapat dirasakan dampaknya saat penelitian dilakukan. Manfaat praktis dari penelitian ini anatara lain :

a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar, sehingga dapat membantu guru untuk dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar.

b. Bagi Peserta Didik

Peserta didik dapat mengetahui peran dari motivasi belajar dalam menunjang pencapaian hasil belajar yang optimal dalam proses pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Penelitian yang telah peneliti laksanakan ini, dapat menjadi acuan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik, guna meningkatkan hasil belajar peserta didik


(27)

12

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1

LANDASAN TEORI

2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran 2.1.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, karena dengan belajar peserta didik dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan pengalaman. Belajar adalah perilaku untuk memperoleh respon dalam proses menambah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang dilakukan sepanjang hayat. Dengan belajar maka wawasan dan ilmu pengetahuan peserta didik akan semakin bertambah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Pendapat tentang belajar tersebut diperkuat oleh pendapat para ahli, sebagai berikut.

Belajar dilakukan setiap saat, baik secara sadar maupun tidak sadar. Mengenai hakikat belajar, di dalam bukunya Dimyati dan Mudjiono (2013 : 9-12) terdapat pandangan ahli tentang hakikat belajar. Pertama, menurut pandangan

Skinner, belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar responnya akan

menjadi lebih baik, dan sebaliknya. Skiner menjelaskan bahwa dalam belajar terdapat (I) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon peserta didik, (II) respon peserta, dan (III) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Kedua, menurut pandangan Gagne, belajar merupakan kegiatan yang


(28)

13

kompleks. Hasil belajar berupa kemampuan, yang terdiri dari keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

Pendapat lain tentang hakikat belajar yaitu Eveline Siregar dan Hartini Nara (2014 : 3) menyebutkan belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga liang lahat.

Sardiman A.M (2012 : 20) mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan membaca, mangamati, mendengar, meniru, dan lain sebagainya.

Menurut Hamzah B Uno (2013 : 11) belajar adalah proses interaksi antara stimulus (pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respon (juga berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Perubahan tingkah laku tersebut dapat dilihat secara konkrit dan nonkonkrit.

Bersumber pendapat ahli, belajar adalah sebuah proses untuk menambah pengetahuan, mengasah keterampilan, dan mengembangkan sikap yang berlangsung sepanjang hayat. Proses belajar yang berlangsung mempunyai tujuan

– tujuan belajar yang ingin dicapai oleh peserta didik. 2.1.1.2 Tujuan Belajar

Lingkungan belajar yang kondusif diperlukan untuk mendukung usaha pencapain tujuan belajar. Sistem lingkungan belajar dipengaruhi oleh komponen – komponen belajar. komponen – komponen tersebut yaitu tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan.


(29)

14

Tujuan belajar yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar. Tujuan tersebut meliputi tujuan untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap peserta didik. Pendapat tentang tujuan belajar tersebut diperkuat oleh pendapat para ahli, sebagai berikut.

Sardiman A. M. ( 2012 : 26-28) menyebutkan tujuan belajar ada tiga macam, (1) untuk mendapatkan pengetahuan. Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Tujuan ini yang cenderung lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini guru berperan sebagai pengajar, dimana siswa diberikan pengetahuan sehingga pengetahuan siswa meningkat dan siswa dengan sendirinya akan mengembangkan cara berpikir dalam rangka memperkaya pengetahuannya; (2) penanaman konsep dan keterampilan. Penanaman konsep ini membutuhkan keterampilan, baik keterampilan jasmani maupun rohani. Kemampuan dapat ditingkatkan dengan cara banyak melatih kemampuan; (3) pembentukan sikap. Pembentukan sikap mental dan perilaku peserta didik tidak terlepas dari penanaman nilai. Penanaman nilai pada peserta didik tidak terlepas dari peran seorang guru. Dalam hal ini guru berperan sebagai pendidik,dimana guru harus memberikan contoh yang kepada peserta didik, karena dalam pembentukan sikap guru merupakan contoh atau model yang akan ditiru siswa.

Guru dalam hal ini berperan sebagai pendidik, tugas guru dalam hal ini yaitu menanamkan nilai kepada peserta didik. Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi peserta didik, guru harus lebih bijak dan berhati – hati dalam pendekatannya, karena guru tersebut sebagai contoh para peserta didik. Dalam


(30)

15

mencapai tujuan pembelajaran terdapat prinsip – prinsip belajar sebagai dasar upaya dalam kegiatan belajar.

2.1.1.3 Prinsip – Prinsip Belajar

Prinsip – prinsip belajar dipakai sebagai dasar upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan kinerja mengajarnya. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat dari Dimyati (2013: 42-49) menyebutkan prinsip – prinsip belajar terdiri dari :

1) Perhatian dan motivasi, dimana perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner yang dikutip oleh Dimyati).

2) Keaktifan, dimana belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

3) Keterlibatan langsung/ berpengalaman, dimana belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman.

4) Pengulangan, dimana belajar adalah melatih daya – daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati, menanggapi, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya – daya tersebut semakin berkembang.

5) Tantangan, dimana dalam proses belajar peserta didik menghadapi tujuan yang harus dicapai, akan tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari materi pelajaran.


(31)

16

6) Balikan dan penguatan, dimana balikan dan penguatan diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual maupun secara kelompok klasikal. 7) Perbedaan individual, dimana setiap peserta didik mempunyai karakteristik

yang berbeda – beda.

Pendapat lain dikemukakan oleh Oemar Hamalik ( 2016 : 28) yang menyebutkan prinsip – prinsip belajar sebagai berikut : (1) belajar adalah modifikasi kelakuan melalui pengalaman, (2) belajar adalah suatu proses, (3) belajar dengan jalan mengalami, (4) pengalaman pribadi dan pengalaman bangsa, (5) hasil dan bukti belajar berupa adanya perubahan tingkah laku, (6) ciri – ciri belajar, (7) faktor – faktor belajar, (8) teori transfer hasil belajar.

Prinsip – prinsip belajar dapat dimaknai sebagai dasar upaya yang dilakukan dalam proses pembelajaran guna mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar. Faktor – faktor belajar merupakan salah satu bagian dari prinsip belajar, dimana prinsip belajar merupakan pedoman sesorang atau peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar. Peran faktor belajar pada proses pembelajaran sangat berpengaruh, terutama dalam mendukung usaha peserta didik untuk mecapai tujuan pembelajaran.

2.1.1.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Proses belajar yang berlangsung dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan eksternal peserta didik. Faktor internal meliputi kondisi fisik meliputi kesehatan peserta didik, kondisi psikis meliputi motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik, dan kondisi sosial meliputi lingkungan tempat belajar peserta didik. Sedangakan faktor


(32)

17

eksternal meliputi variasi dan tingkat kesulitan materi belajar, tempat belajar, iklim belajar, suasana lingkungan dan budaya belajar. Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat dari Wasty Soemanto (2012 : 113) yang menyebutkan, faktor – faktor belajar digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :

a) Faktor – faktor stimuli belajar

Faktor – faktor stimuli belajar yaitu segala hal diluar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup materiil, penegasan, serta suasana lingkungan eksternal, yang harus diterima atau dipelajari oleh siswa. Faktor – faktor yang berhubungan dengan stimuli belajar antara lain, panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal. b) Faktor – faktor metode belajar

Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar. Faktor – faktor metode belajar antara lain, kegiatan berlatih atau praktik, overlearning dan drill, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasil - hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian – bagian, pengenalan modalitas indra, penggunaan dalam belajar, bimbingan dalam belajar, dan kondisi – kondisi insentif.

c) Faktor – faktor individual

Faktor – faktor individu sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang adapun faktor – faktor individual itu antara lain, kematangan, faktor usia kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.

Pendapat lain mengenai faktor belajar yaitu menurut Purwanto (2014:102) mengatakan faktor – faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik antara lain :

1. faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual,


(33)

18

Faktor individual yang mempengaruhi belajar antara lain : (1) faktor kematangan/pertumbuhan, (2) kecerdasan, (3) latihan, (4) motivasi, dan (5) faktor pribadi . Sedangkan faktor sosial yang mempengaruhi belajar antara lain : (1) faktor keluarga/keadaan rumah tangga, (2) guru dan cara mengajarnya, (3) alat – alat yang digunakan dalam belajar – mengajar, (4) lingkungan dan kesempatan yang tersedia, (5) motivasi sosial.

Djamarah (2011 : 175) menyebutkan faktor yang mempengaruhi belajar antara lain : (1) Lingkungan yang meliputi lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya; (2) Instrumenal yang meliputi kurikulum, program, sarana dan fasilitas, serta Guru; (3) kondisi fisiologis; (4) kondisi psikologis yang meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif

Bersumber pada pendapat – pendapat ahli, faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (intern), salah satunya adalah motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Motivasi belajar berperan mendorong peserta didik dalam pencapaian tujuan belajar.

2.1.2 Motivasi Belajar 2.1.2.1Pengertian Motivasi

Motivasi sangat berperan penting dalam kegiatan peserta didik, terutama dalam pencapaian prestasi yang diharapkan. Motivasi adalah suatu dorongan yang ditunjukkan dengan perilaku tertentu untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Pendapat tersebut dikuatkan oleh pendapat tentang pengertian motivasi berdasarkan para ahli psikologi. Sardiman ( 2012 : 73 ) menyatakan bahwa


(34)

19

motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya “Feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Hamzah B. Uno (2013 : 3 ) motivasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Selanjutnya pendapat Dimyati dan Mudjiono (2013 : 80 ) motivasi merupakan dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan , menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987).

Kemudian menurut pendapat Wlodkowski (1985 ) yang dikutip Eveline Siregar dan Hartini Nara (2011 : 49 ) bahwa motivasi adalah suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Menurut Cropley ( 1985 ) dalam Eveline Siregar, Hartini Nara (2011 : 49 ) menyebutkan bahwa motivasi adalah tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu. Dengan demikian motivasi merupakan daya penggerak yang dimiliki oleh peserta didik untuk bertindak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.

Motivasi dalam hal ini sangat berperan dalam kegiatan belajar. Motivasi yang berperan dalam kagiatan belajar disebut motivasi belajar.


(35)

20

2.1.2.2 Hakikat Motivasi Belajar

Kegiatan belajar peserta didik sangat memerlukan dorongan atau motivasi belajar yang tinggi untuk mendukung kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai tujuan. Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam diri maupun luar diri peserta didik yang menimbulkan kekuatan untuk melakukan suatu perilaku belajar untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan oleh peserta didik. Pendapat tersebut dikuatkan oleh pendapat dari Hamzah dan Dimyati, berikut ini tentang hakikat dari motivasi belajar . Hamzah B Uno (2013 : 23 ) menyebutkan hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa – siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, dengan indikator atau unsur yang mendukung.

Selanjutnya, Dimyati dan Mudjiono ( 2013 : 80 ) menyebutkan motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar . Motivasi dalam proses belajar sangat diperlukan peserta didik untuk menunjang mereka dalam bertindak guna mencapai tujuan belajar yang hendak mereka capai. Motivasi belajar ini terdiri dari motivasi yang berasal dari diri peserta didik dan motivasi yang berasal dari luar diri peserta didik. Motivasi yang berasal dari diri peserta didik ini salah satunya yaitu semangat atau keinginan untuk berhasil atau berprestasi dalam memahami semua materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga motivasi belajar yang berasal dari diri sendiri peserta didik (intern) sangat berkaitan dengan pencapaian hasil belajar peserta didik. Peserta didik yang memiliki motivasi internal tinggi maka, dalam menghadapi materi pelajaran dan tugas yang rumit pun mereka tidak mengeluh, bahkan akan berusaha keras untuk


(36)

21

dapat menguasai materi dan menyelesaikan tugas dengan sebaik mungkin. Bersumber pendapat para ahli maka, dalam usaha pencapaian tujuan belajar motivasi sangat berperan dan sangat penting dalam menunjang keberhasilan belajar peserta didik, sehingga peneliti tertarik melaksanakan penelitian tentang hubungan motivasi intern dengan hasil belajar, mengingat peran dan pentingnya motivasi belajar dalam proses pembelajaran.

2.1.2.3 Peran dan Pentingnya Motivasi Dalam Belajar

Motivasi dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu. Hal tersebut didukung oleh pendapat para ahli. Dalam proses belajar motivasi mempunyai beberapa peran penting, Hamzah B Uno ( 2013 : 27 ) menyebutkan peran motivasi dalam belajar yaitu :

a. Menentukan hal –hal yang dapat dijadikan penguat belajar. b. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.

c. Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar . d. Menentukan ketekunan belajar.

Selanjutnya peranan motivasi dalam belajar menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara ( 2014 : 51) ada dua macam, yaitu :

1. Motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan .

2. Motivasi memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar. Sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.


(37)

22

Motivasi merupakan suatu hal yang sangat berperan dalam proses belajar . berdasarkan penjelasan di atas peran motivasi belajar dalam belajar dapat disimpulkan , bahwa peranan motivasi dalam belajar yaitu sebagai pendorong dan pemberi gairah kepada diri peserta didik untuk semangat belajar dalam mencapai tujuan belajar dan menunjukkan batasan – batasan perilaku yang dapat menunjang peserta didik untuk mencapai tujuan belajar.

Selain berperan dalam menunjang proses belajar, motivasi juga sangat penting bagi peserta didik dalam proses pencapain tujuan belajar yang diharapkan. Motivasi sangat penting kerena motivasi memiliki tiga fungsi dalam menunjang proses belajar peserta didik. Fungsi motivasi menurut Sardiman (2012 : 85) yaitu : (1) mendorong manusia untuk berbuat , (2) menentukan arah perbuatan, (3) menyeleksi perbuatan. Selain dari ketiga fungsi tersebut ada pula fungsi lain yaitu motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapain prestasi. Dari penjelasan fungsi – fungsi motivasi tersebut, maka ditarik simpulan bahwa motivasi sangat berperan penting dalam proses belajar. Dimyati dan Mudjiono (2013: 85) menyebutkan bahwa motivasi belajar penting bagi peserta didik dan guru. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa dan guru menurut Dimyati dan Mudjiono sebagai beriku : (1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir. (2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya. (3) Mengarahkan kegiatan belajar. (4) Membesarkan semangat belajar. (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar kemudian bekerja yang bersinambungan.


(38)

23

Menurut penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi sangat berperan dalam proses belajar dan motivasi juga sangat penting dalam proses belajar untuk mendorong dan memperlancar kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Motivasi belajar yang sangat berperan dalam pencapain tujuan belajar peserta didik ini mempunyai macamnya yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

2.1.2.4Macam – macam Motivasi

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Di dalam kegiatan belajar, peserta didik memerlukan motivasi. Motivasi di dalam belajar berfungsi sebagai pengarah untuk perbuatan belajar kepada tujuan yang jelas sesuai yang diharapkan peserta didik. Motivasi terdiri dari dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, ini dikuatkan oleh pendapat dari para ahli. Motivasi belajar dapat timbul karena suatu faktor tertentu, yaitu faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik ( Hamzah B Uno, 2013 : 23 ) . Selain memiliki dua

faktor, motivasi juga ada macamnya, Sardiman A.M (2012 :86) menyebutkan macam – macam motivasi dari empat sudut pandang, yaitu :

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukkannya. Macam motivasi yang dilihat dari dasar pembentukkannya ini dijabarkan sebagai berikut : Motif – motif bawaan, dan Motif – motif yang dipelajari.

2. Motivasi menurut pembagiannya dari Woodworth dan Marquis, yaitu motif atau kebutuhan organis, motif – motif darurat, dan motif – motif objektif. 3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah. Motivasi jasmaniah meliputi reflex,


(39)

24

4. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motif- motif yang ada di dalam diri peserta didik atau dorongan yang muncul dari dalam diri peserta didik untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan muncul dari luar diri peserta didik.

Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi intrinsik dan ekstrinsik sangat penting untuk mendukung keberhasilan belajar peserta didik. Dimyati dan Mudjiono (2013 : 86 ) menyebutkan macam – macam motivasi ada dua, yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. Motiva primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif – motif dasar, yang berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Sedangkan motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari atau motivasi sosial. Motivasi sekunder meliputi, keinginan memperoleh pengalaman baru, berprestasi, memperoleh rasa aman, memperoleh kasih sayang, memperoleh penghargaan, medapatkan kekuasaan dan kebebasan.

Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2014 : 50) motivasi terdiri dari dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik memiliki daya tahan yang lebih kuat dibanding motivasi ekstrinsik.

Sesuai dengan penjelasan – penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, dimana motivasi

intrinsik lebih kuat dari pada motivasi ekstrinsik. Hal tersebut dikarenakan

motivasi intrinsik merupakan motivasi yang muncul dari diri peserta didik berupa kesadaran. Dalam penelitian yang telah peneliti lakukan ini, peneliti memfokuskan penelitian pada motivasi intrinsik peserta didik. Motivasi intrinsik mempunyai ciri – ciri atau karakteristik tertentu.


(40)

25

Sardiman (2012: 83) menyebutkan bahwa ciri – ciri motivasi yang ada pada diri setiap orang (peserta didik) sebagai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus – menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berheni sebelum selesai). Contohnya : selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak

memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin ( tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam – macam masalah (bila diberi tugas pemecahan masalah misalnya dampak teknologi,peserta didik semangat dalam memecahkan permasalahan tersebut dengan tekun dan sungguh – sungguh). d. Lebih senang bekerja mandiri (tidak mencontek ketika ulangan). e. Cepat bosan pada tugas – tugas yang rutin (lebih senang diberi

tugas yang bervariasi contoh : hari ini dapat tugas tentang permasalahan sosial, keesokan harinya tentang sejarah dan sebagainya).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya ( tidak mudah terpengaruh oleh pendapat teman).

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini (selalu percaya diri dengan jawabannya/pendapatnya).

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal – soal (senang mengerjakan soal - soal).

Apabila seseorang (peserta didik ) memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti peserta didik itu memiliki motivasi yang kuat. Untuk mengukur tingkat motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik, motivasi mempunyai indikator – indikator tertentu.

2.1.2.5Indikator Motivasi Belajar

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa – siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan indikator – indikator yang mendukung. Hamzah B Uno (2013 : 23 ) mengklasifikasikan indikator motivasi belajar sebagai berikut :


(41)

26

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3. Adanya harapan dan cita – cita masa depan. 4. Adanya penghargaan dalam belajar.

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang peserta didik dapat belajar dengan baik.

Penelitian yang telah peneliti lakukan ini, peneliti memfokuskan penelitian pada motivasi intrinsik peserta didik. Indikator dalam penelitian motivasi belajar ini berfokus pada (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, yang meliputi kemauan untuk bertanya apabila belum paham, memperhatikan penjelasan guru, rajin belajar secara mandiri, konsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran, tanggap terhadap pertanyaan guru, dan teliti ; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, yang meliputi kemauan untuk belajar, disiplin, tanggung jawab dengan tugas yang diberikan, dan kesadaran akan pentingnya pengetahuan ; (3) adanya harapan dan cita – cita di masa depan, yang meliputi kemauan untuk mengingat materi pelajaran yang telah dijelaskan, keinginan untuk berprestasi, dan melaporkan hasil belajar kepada orang tua. Sehingga pembahasan pada hasil penelitian yang telah dilaksanakan, hanya berfokus pada ketiga indikator tersebut. Dalam menentukan tingkat motivasi yang dimiliki oleh peserta didik, peneliti beracuan pada ketiga indikator yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan kisi – kisi pertanyaan pada angket yang telah digunakan untuk meneliti motivasi belajar peserta didik. Untuk menetapkan tingkat motivasi belajar dari masing –


(42)

27

masing peserta didik, peneliti menetapkannya berdasarkan hasil analisis angket yang telah diisi oleh peserta didik. Dari tiap butir pertanyaan tersebut memiliki skor masksimal 4 untuk tiap butir pertanyaan. Pada angket penelitian ini terdapat 25 butir pertanyaan, sehingga apabila dikalikan dengan skor maksimal tiap butir pertanyaan diperoleh skor maksimal dari seluruh pertanyaan yang ada pada angket yaitu 100.

Penentuan tingkat motivasi yang dimiliki oleh masing – masing peserta didik, beracuan pada pemerolehan skor angket peserta didik. Dimana skor minimalnya yaitu 25 dan skor maksimalnya 100, yang ditetapkan berdasarkan jumlah skor maksimal dari skor angket. Hasil peringkat motivasi yang dimiliki peserta didik ini dikorelasikan dengan hasil belajar peserta didik.

2.1.3 Hasil Belajar

Proses belajar yang diikuti oleh peserta didik akan mendapatkan hasil, yang disebut hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku dan kemampuan peserta didik yang diperoleh setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut sesuai dengan apa yang dipelajari oleh peserta didik dan apa yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar berhubungan pada proses pembelajaran. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat dari Suprijono.

Suprijono (2012: 7) mengemukakan, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek – aspek perubahan perilaku


(43)

28

tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Menurut Gagne yang dikutip oleh Suprijono (2012 : 5-6) memaparkan bahwa hasil belajar terdiri dari informasi verbal yang berupa pengetahuan, keterampilan, intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Untuk mengetahui seberapa penyampaian hasil belajar yang diperoleh individu (peserta didik) harus dilakukan suatu penilaian. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.

Purwanto ( 2014 : 46 ) menambahkan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Menurut Bloom yang dikutip oleh Sudjana (2010: 22-23) membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: (1) ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Benjamin Bloom (dalam Poerwanti, 2008:1-23) mengelompokkan kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama, yaitu ranah kognitif dan ranah non-kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ranah afektif dan ranah psikomotorik. Setiap ranah diklasifikasikan secara berjenjang mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan kreasi. Pengetahuan (knowledge), pada jenjang ini siswa dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Pada jenjang pemahaman siswa dituntut untuk memiliki kemampuan memahami atau mengerti tentang apa yang diajarkan, mengerti apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus


(44)

29

menghubungkannya dengan hal-hal lain. Pada jenjang penerapan siswa dituntut untuk dapat menggunakan ide-ide umum, tata cara atau metode – metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Pada jenjang analisis siswa dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi baru dan konkret. Jenjang analisis, pada jenjang ini siswa dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur - unsur atau komponen pembentuknya. Jenjang evaluasi dan jenjang kreasi, dimana siswa dituntut untuk dapat menciptakan suatu karya yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan; (2) ranah afektif, berkaitan dengan sikap. Aspek afektif, berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi dan bersikap positif sesuai dengan norma yang berlaku, contoh : peserta didik dapat menjalin interaksi yang baik dengan sesama teman dan masyarakat disekitarnya; dan (3) ranah psikomotorik, berkaitan dengan hasil belajar keterampilan, dan kemampuan bertindak yang meliputi kemampuan peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS, contoh : setelah mempelajari materi tentang alat komunikasi, peserta didik dapat membuat kentongan secara mandiri sesuai dengan kegunaannya. Dari ketiga ranah yang menjadi objek belajar tersebut yaitu ranah kognitif merupakan ranah yang paling sering dinilai guru berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Untuk menilai dari ketiga ranah tersebut tidak dapat dilakukan secara instan/ secara singkat akan tetapi harus secara berkala melalui proses pembelajaran. Ranah kognitif dapat dinilai melalui tugas/PR, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. Ranah afektif dapat dinilai melalui pengamatan kepada peserta didik berdasarkan sikap peserta didik dalam


(45)

30

proses pembelajaran. Sedangkan untuk ranah psikomotoris dinilai melalui suatu karya yang dihasilkan oleh peserta didik dan kemampuan bertindak siswa dalam pembelajaran. Hasil belajar dikatakan baik apabila tujuan belajar tercapai. Tujuan pembelajaran IPS dikatakan tercapai apabila peserta didik dapat mencapai aspek kognitif yang meliputi kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah; aspek afektif yang meliputi kemampuan berkomunikasi dan bersikap positif peserta didik; dan aspek psikomotorik yang meliputi kemampaun mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS serta kemampuan berkarya peserta didik sesuai dengan materi pembelajaran IPS. Pada penelitian ini, peneliti membatasi penelitian pada ranah kognitif peserta didik pada mata pelajaran IPS, sehingga tujuan IPS dapat dikatakan tercapai oleh peserta didik apabila peserta didik dapat mencapai aspek kognitif yang meliputi kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah.

2.1.4 Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran merupakan dua kata yang berbeda, namun keduanya sangat erat kaitannya. Bahkan kedua kegiatan tersebut saling menunjang dan mempengaruhi. Belajar merupakan bagian dari peoses pembelajaran. Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik untuk memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Hal tersebut diperkuat dengan adanya Undang – undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1ayat 20


(46)

31

menyebutkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Sisdiknas : 5) .

Suprijono (2012: 13) berpendapat pembelajaran adalah dialog interaktif, dimana belajar merupakan kegiatan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya dalam kegiatan belajar. Pembelajaran merupakan proses konstruktif yang berpusat pada peserta didik. Proses pembelajaran melibatkan sepenuhnya peserta didik untuk aktif dalam mengikuti proses belajar sedangkan pendidik hanya bertugas sebagai fasilitator.

Pendapat lain, dari Hamalik (2014: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Unsur manusiawi meliputi peserta didik, guru, dan tenaga lainnya yang ikut terlibat dalam sistem pengajaran. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape, fasilitas dan perlengkapan yang terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer; serta prosedur yang meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, serta ujian, juga ikut terlibat dalam sistem pengajaran. Menurut pendapat para ahli yang telah diuraikan di atas, pembelajaran merupakan suatu proses belajar mengajar yang terjadi antara pendidik dan peserta didik. Dimana peserta didik dituntut untuk aktif dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Untuk mengembangkan potensi tersebut maka diperlukan suatu


(47)

32

dorongan atau motivasi yang tinggi pada diri peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2.2 Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ini merupakan salah satu mata pelajaran yang mepunyai materi bahasan yang luas. Untuk jelasnya tentang IPS ini berikut akan dijelaskan tentang hakikat IPS, dan tujuan IPS. 2.2.1 Pengertian IPS

Silvester Petrus Taneo (2010 : 19) menyebutkan IPS merupakan pengetahuan yang akan membina para generasi muda belajar ke arah positif yakni mengadakan perubahan – perubahan sesuai kondisi yang diinginkan oleh dunia modern atau sesuai daya kreasi pembangunan serta prinsip – prinsip dasar sistem nilai yang dianut masyarakat serta membina kehidupan masa depan masyarakat secara lebih cemerlang dan lebih baik untuk kelak diwariskan kepada turunannya secara lebih baik.

Sapriya (2015 : 45) mengemukakan bahwa IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Bagian yang dikemukakan meliputi kajian pengetahuan sosial antara lain, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Selain itu Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Permendiknas, 2006 : 417). Mata


(48)

33

pelajaran IPS yang ditetapkan sebagai program pendidikan ini mempunyai ruang lingkup dalam pembahasan materinya.

2.2.2 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut Silvester Petrus Taneo (2010:19) menyebutkan ruang lingkup IPS tidak lain menyangkut kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Selanjutnya IPS sebagai program pendidikan, ruang lingkupnya sama yakni berhubungan dengan manusia sebagai anggota masyarakat dan dilengkapi dengan nilai-nilai yang menjadi karakteristik program pendidikannya. Untuk itu IPS sebagai program pendidikan tidak hanya terkait dengan nilai tapi wajib mengembangkan nilai tersebut.

Ruang lingkup IPS menurut Gunawan (2013: 51) meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1. Manusia, tempat, dan lingkungan 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3. Sistem sosial dan budaya

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

5. IPS SD sebagai pendidikan Global yaitu mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan peradaban di dunia; menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa; menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia; mengurangi kemiskinan, kebodohan, dan perusakan lingkungan.


(49)

34

Ruang lingkup materi IPS kelas IV semester genap, sesuai KTSP (Permendiknas, 2006 : 179) sebagai berikut :

Tabel 2.1 Ruang lingkup materi IPS kelas IV semester genap Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. mengenal sumber daya alam,

kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.

2.1. mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya

2.2 mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 mengenal perkembangan teknologi

produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. 2.4 mengenal permasalahan sosial di

daerahnya

Berdasarkan tabel ruang lingkup materi IPS kelas IV semester genap, penelitian ini mengkaji pada Kompetensi Dasar 2.1 mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya; 2.2 mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan indikator – indikator sebagai berikut 2.1.1 menjelaskan bentuk – bentuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat; 2.1.2 memahami pengaruh keadaan alam terhadap kegiatan ekonomi; 2.1.3 menyebutkan kegiatan ekonomi yang ada di lingkungan setempat; 2.2.1 menjelaskan pengertian koperasi; 2.2.2 memahami makna lambang koperasi; 2.2.3 memahami tujuan koperasi; 2.2.4 menyebutkan manfaat koperasi; 2.2.5 memahami jenis kegiatan koperasi; 2.2.6 memahami


(50)

35

pendirian koperasi; 2.2.7 menjelaskan modal koperasi; dan 2.2.8 memahami pengertian koperasi sekolah.

2.2.3 Tujuan IPS

Tujuan IPS adalah untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan menumbuhkan nilai-nilai kepada peserta didik. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat dari Silvester Petrus Taneo (2010 : 26) menyebutkan tujuan mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu untuk memberikan pengetahuan yang merupakan kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal ide – ide serta penemuan – penemuan yang telah dialami.

Tujuan yang bersifat afektif, berupa pengembangan sikap – sikap, pengertian – pengertian dan nilai- nilai yang akan meningkatkan pola hidup demokratis dan menolong peserta didik mengembangkan filsafat hidupnya. Tujuan pengajaran IPS menurut Silvester Petrus Taneo (2010 : 26) yaitu mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik, mengajar peserta didik agar mempunyai kemampuan berfikir dan dapat melanjutkan kebudayaan bangsa, sehingga mata pelajaran IPS mempunyai materi yang sangat luas yang disesuaikan dengan tujuan IPS.

Silvester Petrus Taneo (2010 : 28) menyebutkan, tujuan kurikuler pengajaran IPS yang harus dicapai sekurang – kurangnya adalah sebagai berikut :

1. membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

2. Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunkasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.


(51)

36

3. Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan integral.

4. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan perkembangan teknologi produksi.

Berdasarkan tujuan mata pelajaran IPS yang telah diuraikan di atas maka materi pada pembelajaran IPS di SD disesuaikan dengan tujuan IPS dan kebutuhan peserta didik dalam menghadapi perkembangan informasi dan teknologi yang semakin modern.

2.2.4 Pembelajaran IPS di SD

Pembelajaran IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan, Sapriya (2015 : 20). Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik (Sapriya, 2015 : 20).

Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan menyebutkan mata pelajaran IPS SD/MI bertujuan, agar peserta didik mempunyai kemapuan : (1) memahami identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga, (2) mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga, serta kerja sama di antara keduanya , (3) memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan


(52)

37

provinsi, (4) mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan perkembangan teknologi produksi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi , (5) menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah nasional, keragaman suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia, (6) menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia , (7) memahami perkembangan wilayah Indonesia, keadaan sosial negara di Asia Tenggara serta benua-benua , (8) mengenal gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga, serta dapat melakukan tindakan dalam menghadapi bencana alam , (9) memahami peranan Indonesia di era global (Permendiknas RI : 356 ).

Silvester Petrus Taneo (2010 : 28) menyebutkan tujuan institusional Pendidikan Dasar dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Membekali anak didik dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar agar dapat mengembangkan dirinya. Dengan demikian sebagai anggota masyarakat diharapkan anak didik dapat meningkatkan kemampuan dirinya sendiri dan dapat ikut mensejahterakan masyarakat.

2. Membekali peserta didik dengan kemampuan ilmu dan pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Sapriya (2015 : 43) menyebutkan materi IPS SD dibagi atas dua bagian, yakni materi sejarah dan materi pengetahuan sosial. Materi pengetahuan sosial meliputi lingkungan sosial, geografi, ekonomi, dan politik/ pemerintah sedangkan cakupan materi sejarah meliputi sejarah lokal dan sejarah nasional. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan keterampilan dasar yang


(53)

38

akan digunakan dalam kehidupannya serta meningkatkan rasa nasionalisme dari peristiwa masa lalu hingga masa sekarang agar para siswa memiliki rasa kebanggaan dan tanah air.

Pendapat para ahli tentang tujuan mata pelajaran IPS SD dapat dimaknai sebagai upaya merancang peserta didik untuk mampu menghadapi tantangan berat dalam kehidupan masyarakat global di masa yang akan datang. Melalui pelajaran IPS, peserta didik akan memperoleh pengetahuan dari yang tingkat sederhana sampai tingkat yang luas, yaitu dimulai dari pengenalan terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, sampai pada pengenalan terhadap dunia, dan dikenalkan terhadap masalah- masalah sosial. Dengan mempelajari IPS ini, maka peserta didik mendapat bekal pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai – nilai yang berguna bagi kehidupannya di masyarakat. Tujuan mata pelajaran IPS berkaitan dengan karakteristik materi IPS.

2.2.5 Karakteritik Materi IPS

Karakteristik materi pelajaran IPS sangat luas dan terlalu banyak menuntut

peserta didik untuk mencatat dan menghafal materi. Menurut Piaget dalam Rifa’i

dan Anni (2012 : 32 – 35) menyebutkan, peserta didik usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit, dimana peserta didik sudah mampu mengoperasionalkan logikanya, namun masih dalam bentuk benda kongkrit dan belum bisa berfikir secara abstrak. Oleh karena itu dengan cakupan materi pelajaran yang luas dan menuntut siswa harus memahami semua materi dengan materi yang cenderung hafalan, membuat motivasi peserta didik yang labil dan cenderung rendah. Untuk itu guru dituntut untuk membuat kegiatan belajar yang


(54)

39

menarik minat dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sesuai karakteristik peserta didik tingkat satuan sekolah dasar, agar tujuan belajar dapat tercapai secara optimal.

2.2.6 Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Rifa’i dan Anni (2012 : 3 ) berpendapat, pada waktu pendidik merumuskan tujuan pembelajaran, mereka menggunakan gagasan dan informasi mengenai karakteristik peserta didik. Masalah yang dihadapi oleh pendidik adalah pemahaman terhadap peserta didik, seperti masalah variasi kemampuan, kakuatan dan kelemahan, dan tahap – tahap perkembangan peserta didik.

Sesuai dengan pendidikan anak usia sekolah dasar, guru perlu memahami dengan benar sifat dan karakteristik peserta didik agar dapat mendidik dan mengajar dengan baik, sehingga potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik terbina dan terasah dengan optimal. Menurut Piaget dalam Rifa’i dan Anni (2012 : 32–35), perkembangan kognitif mencakup empat tahap, yaitu : 1) Tahap Sensorimotorik (0-2 tahun). Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman

dunia dengan mengkordinasikan pengalaman indera ( sensori) mereka ( seperti melihat dan mendengar ) dengan gerakan motorik ( otot ) mereka (menggapai dan menyentuh). Pada awal tahap ini, bayi hanya memperlihatkan pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia dan menjelang akhir tahap ini bayi menunjukkan pola sensorimotorik yang lebih kompleks. Selama dalam tahap ini, pengetahuan bayi tentang dunia adalah terbatas pada persepsi yang diperoleh dari penginderaannya dan kegiatan motoriknya.


(55)

40

2) Tahap Praoperasional (2-7 Tahun). Pada tahap ini pemikiran anak bersifat simbolis, egoisentries, dan intuitif, sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. Pemikiran pada tahap ini terbagi menjadi dua sub-tahap, yaitu simbolik dan intutitif. Sub-tahap simbolis (2-4 tahun) yaitu dimana anak secara mental sudah mampu mempresentasikan objek yang tidak nampak dan penggunaan bahasa mulai berkembang ditunjukkan dengan sikap bermain, sehingga muncul egoism dan animism. Sub-tahap intuitif (4-7 tahun) yaitu pada tahap ini anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan. Disebut intuitif karena anak merasa yakin akan pengetahuan dan pemahaman mereka, namun belum menyadari bagaiaman mereka bisa mengetahui cara-cara yang mereka ingin ketahui. 3) Tahap Operasional Kongkrit (7-11 tahun). Pada tahap ini anak mampu

mengoprasikan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkrit. 4) Tahap Operasional Formal (7-11 tahun). Pada tahap ini anak sudah mampu

berfikir abstrak, idealis, dan logis. Pemikiran operasional formal tampak lebih jelas dalam pemecahan problem verbal. Pemikiran ini bisa menjadi fantasi, sehingga mereka seringkali menunjukkan keinginan untuk segera mewujudkan cita-citanya.

Bersumber teori Piaget, dapat dimaknai bahwa, peserta didik usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit, dimana peserta didik sudah mampu mengoperasionalkan logikanya, namun masih dalam bentuk benda kongkrit dan belum bias berfikir secara abstrak. Hal ini menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi pada mata pelajaran IPS. Ini akan berdampak


(56)

41

pada rendahnya motivasi belajar siswa yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar siswa yang cenderung rendah pula.

2.2.7 Hubungan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar

Motivasi belajar adalah dorongan yang ada pada seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar sangat penting peranannya bagi peserta didik dalam usaha mencapai hasil belajar yang tinggi. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, cenderung menunjukkan semangat dan kegairahannya dalam mengikuti proses pembelajaran. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang tinggi biasanya lebih bersungguh – sungguh dalam belajar dan lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas maupun luar kelas.

Peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang tinggi cenderung lebih tekun, bersemangat, lebih tahan/ tidak mudah bosan, dan memiliki ambisi yang lebih tinggi dalam pencapaian hasil belajar yang lebih baik, dibandingkan dengan peserta didik yang memiki motivasi belajar rendah. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah cenderung tidak bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran, dan tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kondisi peserta didik yang motivasi belajarnya rendah sudah tentu tidak mampu mencapai hasil belajar yang tinggi. Uraian di atas tersebut didukung oleh pendapat dari ahli psikologi.

Hubungannya dengan proses interaksi belajar – mengajar yang lebih menitik beratkan pada motivasi belajar yang merupakan faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Motivasi belajar merupakan faktor


(57)

42

intern yang tergolong pada faktor psikologis dimana faktor psikologis ini berhubungan dengan motivasi intrinsik atau motivasi yang timbul dari diri peserta didik. Faktor psikologis sangat berperan pada pencapaian hasil belajar peserta didik yang tinggi. Sardiman (2012 : 39) menyebutkan bahwa faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Tanpa adanya faktor psikologis, maka proses belajar akan terhambat bahkan dapat menimbulkan kesulitan dalam proses pembelajaran.

Pendapat lain yang mendukung yaitu pendapat dari Hartini Nara (2014 : 51) yang menyebutkan bahwa motivasi merupakan faktor yang banyak memberikan pengaruh terhadap proses belajar dan hasil belajar. pendapat dari tokoh – tokoh pendidikan seperti Mc. Clelland, Bandura, Bloom, Weiner, dan Fyans and Maerh yang dikutip oleh Hartini Nara (2014 : 51) menyebutkan bahwa kontribusi motivasi belajarlah yang paling baik terhadap prestasi belajar.

Uno (2013 : 29) menyebutkan seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda – nunda pekerjaanya. Semangat berpresasi yang tinggi tersebut akan mewujudkan hasil belajar yang tinggi, dan sebaliknya apabila semangat berprestasinya rendah maka hasil beajar yang diperolehnya pun akan rendah. Penelitian tentang hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar ini juga telah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang terangkum dalam kajian empiris.

2.3

KAJIAN EMPIRIS

Hasil penelitian terdahulu yang meneliti tentang hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar, antara lain : penelitian yang dilakukan oleh Sri


(58)

43

Susandi Ulandari, Dibia, dan Nyoman Sudana yang tertulis dalam jurnal mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha (vol. 2 no. 1 tahun 2014) dari Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha, yang berjudul “ Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa SD Kelas V

Semester Ganjil Di Desa Buruan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa antara

motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa diperoleh nilai r hitung lebih besar dari pada r tabel, yang berarti memiliki kontribusi yang signifikan. Sedangkan kontribusi motivasi belajar terhadap prestasi belajar sebesar 29,92%. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.

Selanjutnya ada penelitian yang dilakukan oleh Gde Suardana, Wiarta, dan Sujana dalam Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha (vol. 2 no.1 tahun 2014) Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan

Ganesha dengan judul “ Hubungan Antara Interpersonal Intelligence dan Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Gugus Letkol I

Gusti Ngurah Rai Denpasar”. Hasil penelitian menunjukkan dari sampel siswa

kelas V SDN Gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar diperoleh data dengan nilai R = 0,946, dan Fhit = 786,73 lebih dari Ftab = 3,05 ini berarti terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara interpersonal intelligence dan motivasi belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Makmur Nurdin dalam Jurnal Publikasi Pendidikan (vol. 2 no. 3 halaman 170-181 tahun 2012) Jurusan PGSD Fakultas


(59)

44

Ilmu Pendidikan UNM, dengan judul “ Hubungan Pemberian Motivasi Orang Tua Dan Hasil Belajar Siswa Di SD Inpres 6/86 Biru Kabupaten Bone”. Diperoleh

hasil sebagai berikut, yaitu tingkat pemberian motivasi orang tua murid di SD Inpres 6/86 Biru Kabupaten Bone dalam kategori cukup baik. Secara umum tingkat pemberian motivasi orang tua murid di SD Inpres 6/86 Biru Kabupaten Bone dalam kategori cukup baik. Ada hubungan positif antara pemberian motivasi orang tua dan hasil belajar murid di SD Inpres 6/86 Biru Kabupaten Bone.

Penelitian yang dilakukan oleh Nunuk Kristyawati dan Much. Amien dalam jurnal Elementary School 1 ( vol. 1 no. 2 halaman 153-163 tahun 2014)

Universitas PGRI Yogyakarta, dengan judul “Pengaruh Regrouping dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV, V,dan

VI Sekolah Dasar”. Diperoleh hasil sebagai berikut, berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan 1) ada pengaruh positif yang signifikan regrouping terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas IV,V dan VI SDN (2) ada pengaruh positif yang signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas IV, V dan VI SDN dan (3) ada pengaruh positif yang signifikan regrouping dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas IV,Vdan VI SDN. Regrouping memberikan kontribusi pisitif terhadap prestasi belajar IPS sebesar 10,953%; sedangkan motivasi belajar memberikan kontribusi sebesar 23,197%.

Penelitian yang dilakukan oleh Arif Hidayat dan Siti Irene Astuti Dwiningrum dalam Jurnal Prima Edukasi ( vol. 4 no. 1 halaman 32-45 tahun

2016) Prodi Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul “


(1)

(2)

161

LAMPIRAN 18 Surat Keterangan Penelitian a) Surat Keterangan Uji Coba Instrumen


(3)

162

b) Surat Keterangan Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA UPTD KECAMATAN BLADO

SEKOLAH DASAR NEGERI WONOBODRO 01

Alamat : Desa Wonobodro Kecamatan Blado – Batang 51255 SURAT KETERANGAN

Nomor : 89/V/2016

Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Sekolah SD Negeri Wonobodro 01 kecamatan Blado menerangkan bahwa :

Nama : Eva Fitriana NIM : 1401412294

Program Studi : S1 PGSD Universitas Negeri Semarang

Telah melaksanakan penelitian pada tanggal 25 Mei 2016 di SD Negeri Wonobodro 01 kecamatan Blado kabupaten Batang dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV SDN Di Kecamatan Blado Batang “.

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.


(4)

163

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA

UPTD KECAMATAN BLADO

SEKOLAH DASAR NEGERI WONOBODRO 02

Alamat : JL. Raya Blado – Pagilaran KM. 02 Kecamatan Blado – Batang 51255

SURAT KETERANGAN Nomor : 61/V/2016

Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Sekolah SD Negeri Wonobodro 02 kecamatan Blado menerangkan bahwa :

Nama : Eva Fitriana

NIM : 1401412294

Program Studi : S1 PGSD Universitas Negeri Semarang

Telah melaksanakan penelitian pada tanggal 25 Mei 2016 di SD Negeri Wonobodro 02 kecamatan Blado kabupaten Batang dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV SDN Di Kecamatan Blado Batang”.

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.


(5)

(6)

165

Lampiran 19 Dokumentasi

1. Memperkenalkan 2. Menjelaskan pilihan jawaban