dan lemah, kemudian dapat dirumuskan solusinya. Faktor dimaksudkan keadaan atau peristiwa yang mempengaruhi terjadinya sesuatu atau sesuatu yang secara
berkontribusi terhadap suatu penyelesaian, hasil dan proses
23
. Menurut Agah 2006 dan Palgunadi 2006 telah menyimpulkan beberapa
faktor yang signifikan berpengaruh terhadap pemberlakuan standar mutu perkerasan jalan, antara lain
23
: •
Diseminasi atau sosialisasi dan distribusi merpakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari keberhasilan pencapaian mutu jalan karena sangat
berpengaruh dalam peningkatan pemahaman substansi standar mutu dan keseragaman kualitas konstruksi jalan.
• Peningkatan mutu SDM melalui program pelatihan atau pendidikan khusus
secara regular akan mampu meningkatkan kemampuan dan kemauan untuk lebih meningkatkan mutu jalan.
II.4. AGREGAT LAPISAN PONDASI ATAS BASE COURSE
Pada lapisan pondasi atas base course umumya menggunakan klasifikasi agregat kelas A. Untuk agregat kasar terdiri atas batu pecah atau kerikil yang
keras dan awet. Untuk lapis pondasi agregat kelas A diperlukan agregat kasar yang mempunyai paling sedikit satu bidang pecah. Sedangkan untuk agregat halus
dapat berupa abu batu dan pasir. Agregat campuran merupakan gabungan dari agregat kasar dan halus. Untuk mendapatkan agregat gabungan bisa dilakukan
dengan cara analitis maupun grafis. Campuran kombinasi agregat minimum terdiri
Universitas Sumatera Utara
atas 2 dua fraksi yaitu fraksi kasar dan fraksi halus. Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan dilokasi instalasi pemecah
batu atau pencampur. Pencampuran bahan ini menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-
komponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan campuran dilapangan
23
. Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organik, gumpalan lempung atau bahan-bahan yang tidak
dikehendaki lainnya. Terdapat berbagai hal yang dilakukan apabila menemukan lapis pondasi
agregat yang tidak memenuhi ketentuan yang ada, yaitu dengan cara :
1. Lokasi hamparan dengan tebal atau kerataan permukaan yang tidak memenuhi toleransi yang disyaratkan atau permukannya menjadi tidak rata baik selama
pelaksanaan atau setelah pelaksanaan, harus segera memperbaiki dengan cara membongkar lapis permukaan tersebut dan mengurangi atau menambahkan
bahan sebagaimana diperlukan, kemudian dilakukan pembentukan dan pemadatan kembali.
2. Lapis pondasi agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal rentang kadar air seperti yang dipersyaratkan atau seperti yang diperintahkan dalam
pekerjaan harus digaru dan dilakukan penyemprotan air dalam kuantitas yang cukup serta digaruk kembali hingga kadar air campuran menjadi merata.
3. Lapis pondasi agregat yang terlalu basah harus digaru dengan cara berulang- ulang pada cuaca kering dengan menggunakan alat yang telah disetujui,
Universitas Sumatera Utara
disertai waktu jeda dalam pelaksanannya. Alternatif lain bila dalam pengeringan yang memadai tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut diatas,
maka bahan yang sudah ada dapat diganti dengan bahan lain yang lebih memadai atau memenuhi ketentuan.
4. Perbaikan atas lapisan pondasi agregat yang tidak memenuhi kepadatan yang disyaratkan dalam spesifikasi ini, maka dilakukan sesuai dengan prosedur
pekerjaan seperti pemadatan tambahan, penggaruan disertai penyesuaian kadar air dan pemadatannya kembali.
II. 4.1. QUALITY CONTROL MATERIAL AGREGAT
Berdasarkan Pedoman Konstruksi dan Bangunan, dalam pengendalian mutu jumlah data pendukung untuk persetujuan awal harus sesuai dengan
pekerjaan yang diperintahkan, namun harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan untuk gradasi dan sifat-sifat agregat. Untuk masing-masing sumber
bahan yang diusulkan diperlukan minimum 3 contoh yang mewakili rentang bahan mutu tersebut. Setelah persetujuan mutu bahan lapis pondasi agregat yang
diusulkan, seluruh jenis pengujian bahan harus diulangi lagi bila terdapat perubahan sumber, mutu bahan atau metode produksinya. Program pengujian
rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut
harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksi paling sedikt 5 lima pengujian indeks plastisitas, 5 lima pengujian gradasi dan 1
satu penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989,
Universitas Sumatera Utara
metode D. Kemudian kepadatan dan kadar air yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa. Pengujian harus dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis terpasang
dengan selang jarak tidak boleh lebih 200m
23
. Pengujian awal dilakukan masing-masing minimal 3 tiga sample
terhadap sumber material quarry untuk mengetahui nilai CBR laboratorium, nilai kepadatan kering maksimum dan kadar air optimum
23
. Pengujian yang dilakukan adalah jumlah minimum penguji kualitas yang diperlukan. Pengujian
yang lebih luas dapat diminta untuk menentukan kekerasan dan kebagusan kualitas dan bagian yang halus
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5. Diagram Pengendalian Mutu Material Agregat
23
.
Universitas Sumatera Utara
II.5. SPESIFIKASI TEKNIS PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU LAPIS PONDASI AGREGAT