4. Pengangguran Teknologi, adalah pengangguran yang terjadi karena tenaga
manusia digantikan oleh mesin industri.
B. Berdasarkan Cirinya
1. Pengangguran Musiman,
adalah keadaan seseorang menganggur karena adanya
fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek. Sebagai contoh, petani
yang menanti musim tanam, tukang jualan durian yang menanti musim
durian, dan sebagainya. 2.
Pengangguran Terbuka, pengangguran yang terjadi karena pertambahan
lapangan kerja lebih rendah daripada pertambahan pencari kerja.
3. Pengangguran Tersembunyi, pengangguran yang terjadi karena jumlah
pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi lebih besar dari yang sebenarnya diperlukan agar dapat melakukan kegiatannya dengan efisien.
4. Setengah Menganggur, yang termasuk golongan ini adalah pekerja yang
jam kerjanya dibawah jam kerja normal hanya 1-4 jam sehari. Disebut Underemployment.
2.1.2 Konsep Angkatan kerja Rahardja Manurung, 2004: 173 a. Bekerja Penuh Employed
Yaitu orang-orang yang bejerja penuh atau jam kerjanya lebih dari 35 jam minggu.
b. Setengah menganggur Underemployed
Yaitu mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaatkan secara penuh. Jam kerjanya kurang dari 35 jam minggu. Berdasarkan definisi ini, tingkat
pengangguran di Indonesia termasuk tinggi, yaitu 35 per tahun.
Universitas Sumatera Utara
c. Menganggur Unemployed
Yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini sering disebut Penganggur Terbuka Open
Unemployment. Berdasarkan definisi ini, tingkat pengangguran di Indonesia relatif rendah, yaitu 3-5 per tahun.
2.1.3 Tingkat Pengangguran Terbuka Laporan Sosial Indonesia 2007
Tingkat Pengangguran Terbuka TPT memberikan indikasi tentang
penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran. Tingkat
pengangguran terbuka diukur sebagai persentase jumlah penganggurpencari kerja
terhadap jumlah angkatan kerja, yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
TPT = Pencari Kerja Angkatan Kerja x 100
Kegunaan dari indikator pengangguran terbuka ini baik dalam satuan unit
orang maupun persen berguna sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan
lapangan kerja baru. Selain itu, perkembangannya dapat menunjukkan tingkat
keberhasilan program ketenagakerjaan dari tahun ke tahun. Yang lebih utama lagi
indikator ini digunakan sebagai bahan evaluasi keberhasilan pembangunan
perekonomian Indonesia selain angka kemiskinan. Oleh karena itu, indikator TPT
selalu diumumkan setiap tahun pada Pidato Presiden tanggal 16
Agustus sebagai bukti kinerja Pemerintah Indonesia.
Secara spesifik, tingkat penganggur terbuka dalam Sakernas, terdiri atas: a.
mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan, b.
mereka yang tidak bekerja dan mempersiapkan usaha,
Universitas Sumatera Utara
c. mereka yang tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa
tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan d.
mereka yang tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja, tetapi belum mulai bekerja.
2.1.4 Metode Penghitungan TPT Laporan Sosial Indonesia, 2007 1 Sakernas
Survei Angkatan Kerja Nasional Sakernas adalah survei rumah tangga yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi lengkap mengenai ketenagakerjaan dan khusus dirancang untuk mengetahui keadaan umumsituasi
ketenagakerjaan. Survei ini menggunakan konsep dan definisi yang mengacu pada konsep yang berlaku secara internasional yaitu ILO Concept Approach, sehingga
dapat dibandingkan dengan negara lain.
2 Sensus Penduduk dan SUPAS
Sumber utama data kependudukan adalah Sensus Penduduk SP yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali pada tahun-tahun berakhiran 0. Sejak
Indonesia merdeka, Sensus Penduduk telah dilaksanakan sebanyak lima kali sejak yaitu tahun 1961, 1971, 1980, 1990, dan 2000. Untuk menjembatani ketersediaan
data kependudukan di antara dua periode sensus, BPS melakukan Survei Penduduk Antar Sensus SUPAS. Survei ini telah dilakukan sebanyak empat kali,
yaitu tahun 1976, 1985, 1995, dan 2005. Informasi kependudukan yang dikumpulkan melalui SP dan SUPAS sangat lengkap, seperti data migrasi,
keluarga berencana KB, dan pendidikan. Selain data pokok demograsi, SP dan
Universitas Sumatera Utara
SUPAS juga mengumpulkan data tentang aktivitas ekonomi penduduk, antara lain mengenai angkatan kerja dan kesempatan kerja.
2.2 Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus sepanjang waktu. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan meluas atau mengakibatkan kenaikan kepada barang lainnya.
Dari tersebut diatas setidaknya ada tiga hal penting yang dapat ditekankan, yaitu Muana Nanga, 2005: 237:
Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti bisa
saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan tendensi
yang meningkat.
Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus-menerus sustained, yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi
bisa beberapa waktu lamanya.
Bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga umum, yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya
pada satu atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk hargabarang secara umum.
Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama. Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang
penting kenaikan harga umum barang s ecara terus menerus selama suatu periode
Universitas Sumatera Utara
tertentu. Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar, bukanlah merupakan inflasi. Atau dapat dikatakan,
kenaikan harga barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi.
Secara umum, hitungan perubahan harga tersebut tercakup dalam suatu indeks harga yang dikenal dengan Indeks Harga Konsumen
IHK atau Consumer Price Index CPI. Persentase kenaikan IHK dikenal dengan inflasi, sedangkan penurunannya disebut deflasi. Dalam lingkup yang lebih luas
makro angka inflasi menggambarkan kondisistabilitas moneter dan
perekonomian Rahardja Manurung, 2004: 155-156.
2.2.1 Jenis-Jenis Pengelompokan Inflasi
Menurut Data Statistik BPS Laporan Sosial 2007, BPS
1. Inflasi IHK atau inflasi umum headline inflation
Inflasi seluruh barangjasa yang dimonitor harganya secara periodik.
Inflasi umum adalah komposit dari inflasi inti, inflasi administered
prices, dan inflasi volatile goods. 2.
Inflasi inti Core Inflation Adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya
dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum faktor-faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan
permintaan dan penawaran agregat yang akan berdampak pada perubahan harga-harga secara umum dan lebih bersifat permanen dan
persistent . Berdasarkan SBH 2007 jumlah komoditasnya sebanyak 694
Universitas Sumatera Utara
antara lain beras, kontrak rumah, upah buruh, mie, susu, mobil, sepeda motor, dan sebagainya.
3. Inflasi Administered Administered Price Inflation
Adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya secara umum diatur pemerintah.
Berdasar SBH 2007 jumlah komoditasnya sebanyak 19 antara lain bensin, tarif listrik, rokok, dan sebagainya.
4. Inflasi bergejolak Volatile Goods Price Inflation
Adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak, umumnya dipengaruhi oleh shocks yang bersifat temporer
seperti musim panen, gangguan alam, gangguan penyakit, dan gangguan distribusi.
Berdasarkan tahun dasar 2007, inflasi volatile goods masih didominasi bahan makanan, sehingga sering disebut juga sebagai inflasi
volatile foods. Jumlah komoditasnya sebanyak 61 antara lain beras, minyak goreng, cabe, daging ayam ras, dan sebagainya.
Menurut Bobot Inflasinya Khalwaty, 2000: 34
1. Inflasi Ringan
Inflasi ringan disebut juga Creeping Inflation. Inflasi ringan dalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung secara perlahan dan berada
pada posisi satu digit atau dibawah 10 pertahun. 2.
Inflasi Sedang Inflasi sedang moderat adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan
berada diantara 10-30 pertahun atau melebihi dua digit dan sangat mengancam struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Universitas Sumatera Utara
3. Inflasi Berat
Merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada diantara 30 – 100 pertahun. Pada kondisi demikian, sektor-sektor produksi hampir lumpuh
total kecuali yang dikuasai negara. 4.
Inflasi Sangat Berat Inflasi Sangat Berat yang juga disebut Hyper Inflation adalah inflasi
dengan laju pertumbuhan melampui 100 pertahun. Untuk keperluan perang terpaksa harus dibiayai dengan cara mencetak uang secara
berlebihan.
Menurut Asalnya Waluyo, 2007: 176
1. Domestic Inflation
Inflasi yang berasal dari dalam negeri sendiri seperti kenaikan konsumsi masyarakat, ekspansi moneter dan lain sebagainya.
2. Imported Inflation
Inflasi yang berasal dari luar negeri, seperti kenaikan harga-harga barang di negara-negara langganan dagang kita, mekanismenya baik melalui
impor ataupun ekspor.
Menurut Sumber atau Penyebab Inflasinya Sukirno, 2008
1. Inflasi Permintaan Demand-Pull Inflation
Adalah jenis inflasi ini biasa dikenal sebagai Philips Curve inflation, yaitu merupakan inflasi yang dipicu oleh interaksi permintaan dan
penawaran domestik jangka panjang. contohnya jika terjadi peningkatan permintaan masyarakat atas barang peningkatan aggregate demand.
Universitas Sumatera Utara
Contoh lain bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-
barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah, dll.
2. Inflasi Penawaran Cost-Push Inflation
Atau juga bisa disebut supply-shock inflation merupakan inflasi penawaran yang disebabkan oleh kenaikan pada biaya produksi atau
biaya pengadaan barang dan jasa. misalnya karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan bahan
bakar minyak.
2.2.2 Cara-Cara mengukur Tingkat Inflasi Data Strategis BPS, 2010
1. Indeks Harga Konsumen
IHK Indeks Harga Konsumen atau CPI Consumer Price Index IHK mengukur inflasi berdasarkan sekumpulan harga pada kebutuhan hidup konsumen
yang paling banyak digunakan, dan masing-masing item memiliki bobot dalam basket. Indonesia menggunakan Sembilan bahan pokok dalam menghitung IHK.
Nilai Indeks Harga Konsumen IHK digunakan sebagai indikator patokan nilai inflasi.
INF = Inflasi atau deflasi pada waktu bulan atau tahun t IHK = Indeks Harga Konsumen
Universitas Sumatera Utara
2. Indeks Biaya Hidup IBH
Angka indeks tersebut tidak mengikuti perkembangan nilai mata uang sehingga
kebijaksanaan pemerintah dan pola konsumsi sudah berubah banyak barang yang
tercakup dalam IBH sudah tidak dijual lagi, dan hanya mencakup pengeluaran
buruh kelas bawah dan jumlah sampel relatif kecil, sehingga
Faktor penimbangnya menjadi tidak realistis. Penggunaan indikator inflasi di Indonesia
berganti dengan IHK karena kelemahan-kelemahan IBH tersebut. 3.
GDP Deflator PDB deflator GDP deflator adalah rasio antara GDP nominal PDB nominal dengan GDP
real PDB riil dari tahun tersebut, GDP Deflator yang mempunyai cakupan lebih
luas dibandingkan kedua indeks terdahulu, sebenarnya mencerminkan perkembangan tingkat harga umum general price index
. 4.
Indeks Harga Perdagangan Besar IHPB Indeks Harga Perdagangan Besar mengukur inflasi berdasarkan harga-
harga barang pada tingkat produsen, metode perhitungannya sama dengan IHK hanya berbeda jumlah jenis barang dalam keranjang. Barang yang termasuk
kategori barang ini merupakan barang mentah dan barang setengah jadi.
2.2.4 Hubungan Pengangguran Dan Inflasi
•
Kurva Phillips
Kurva Phillips pertama kali dikemukakan oleh A.W. Phillips, pada tahun 1958. Phillips menyimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara
pengangguran dan perubahan tingkat upah. Phillips menggunakan perubahan tingkat upah karena upah akan mempengaruhi harga barang dan jasa dan pada
Universitas Sumatera Utara
akhirnya juga mempengaruhi inflasi. Pada perkembangannya, kurva Phillips yang digunakan oleh para ekonom saat ini berbeda dalam penjelasan mengenai
hubungan yang terdapat dalam kurva tersebut. Phillips menyatakan bahwa perubahan tingkat upah dapat dijelaskan oleh tingkat pengangguran dan
perubahan tingkat pengangguran.
Tingkat Pengangguran
Gambar 2.1 Kurva Phillips
Sumber: Samuelson and Nordhaus, 2004: 395 Bentuk kurva Phillips memiliki kemiringan menurun, yang menunjukkan
hubungan negatif antara perubahan tingkat upah dan tingkat pengangguran, yaitu saat tingkat upah naik, pengangguran rendah, ataupun sebaliknya. Kurva Phillips
membuktikan bahwa antara stabilitas harga dan kesempatan kerja yang tinggi tidak mungkin terjadi secara bersamaan, yang berarti bahwa jika ingin mencapai
kesempatan kerja yang tinggitingkat pengangguran rendah, sebagai
konsekuensinya harus bersedia menanggung beban inflasi yang tinggi. Dengan
T ing
ka t I
nf la
si
Universitas Sumatera Utara
kata lain, kurva ini menunjukkan adanya trade-off hubungan negatif antara inflasi dan tingkat pengangguran, yaitu tingkat pengangguran akan selalu dapat
diturunkan dengan mendorong kenaikan laju inflasi, dan bahwa laju inflasi akan selalu dapat diturunkan dengan membiarkan terjadinya kenaikan tingkat
pengangguran.
2.3 Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa.
Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada perubahan yang bersifat kuantitatif quantitatif change dan dan biasanya diukur dengan
menggunakan data produk domestik bruto PDB atau pendapatan output perkapita. Produk domestik bruto PDB adalh total nilai pasar total market
value dari barang-barang akhir dan jasa-jasa final goods and services yang dihasilkan di dalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu biasanya
satu tahun. Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentase kenaikan pendapatan nasional riil pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan
pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya Muana Nanga, 2005: 273-274. Indikasi keberhasilan pembangunan suatu negara atau wilayah yang banyak
digunakan adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi diukur dari tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB untuk lingkup nasional dan
Produk Domestik Regional Bruto PDRB untuk lingkup wilayah. Selain dipengaruhi faktor internal, pertumbuhan ekonomi suatu negara juga dipengaruhi
faktor eksternal, terutama setelah era ekonomi yang semakin mengglobal. Secara
Universitas Sumatera Utara
internal, tiga komponen utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi tersebut adalah pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
2.3.1 Jenis-Jenis PDB Laporan Sosial Indonesia, 2007
1. PDB atas dasar harga berlaku at current market prices atau nominal,
Merupakan PDB yang dinilai atas dasar harga berlaku pada tahun-tahun bersangkutan dengan memperhitungkan inflasi yang terjadi pada tahun
tersebut. 2.
PDB atas dasar harga konstan at constant prices atau harga riil, Merupakan PDB atas dasar harga berlaku, namun tingkat perubahan harganya telah
dikeluarkan. Peningkatan besarnya nilai PDB ini dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor.
Bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan
perdagangan luar negeri. 2.3.2 Cara Penghitungan Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi akan diukur melalui indikator perkembangan PDB dari tahun ke tahun. Perhitungan laju pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan
dengan metode yaitu Laporan Sosial Indonesia, 2007:
Keterangan: PE
= pertumbuhan ekonomi PDB = Produk Domestik Bruto
t = tahun tertentu
t
-1
= tahun sebelumnya
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Tingkat Pengangguran
•
Hukum Okun
Arthur Okun 1929 – 1979 adalah salah seorang pembuat kebijakan paling kreatif pada era sehabis perang. Dia memperhatikan faktor-faktor pembangunan
yang membantu Amerika Serikat menelusuri dan mengatur usahanya. Ia membuat konsep output potensial dan menunjukkan hubungan antara output dan
penganggur. Penganggur biasanya bergerak bersamaan dengan output pada siklus bisnis. Pergerakan bersama dari output dan pengangguran yang luar biasa ini
berbarengan dengan hubungan numerikal yang sekarang dikenal dengan nama Hukum Okun.
“ Hukum Okun menyatakan bahwa untuk setiap penurunan 2 persen GDP yang berhubungan dengan GDP potensial, angka pengangguran meningkat
sekitar 1 persen”. Hukum Okun menyediakan hubungan yang sangat penting antara pasar output dan pasar tenaga kerja, yang menggambarkan
asosiasi antara pergerakan jangka pendek pada GDP riil dan perubahan angka pengangguran. ” Samuelson and Nordhaus, 2004: 365-366
2.4 Kerangka Konseptual
Dengan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengangguran, maka dapat dianalisis keterkaitan masing-masing variabel tersebut terhadap
pengangguran. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Keterkaitan antara pengangguran dengan inflasi bisa dilihat dari makin kecilnya angka pengangguran pada masa inflasi tinggi masa krisis
Universitas Sumatera Utara
ekonomi. Semakin parah inflasinya, maka semakin besar tenaga kerja yang terserap.
Antara pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi ada hubungan yang
bisa dilihat dari makin kecilnya angka pengangguran ketika pertumbuhan ekonomi meningkat. Semakin tinggi pertumbuhan ekonominya, maka
semakin kecil angka pengangguran.
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
2.5 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang
lingkup hampir sama tetapi karena obyek dan periode waktu yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan
sebagai referensi untuk saling melengkapi.
1. Analisis Hubungan Timbal Balik Antara Tingkat Inflasi dan Tingkat Pengangguran di Indonesia.
Skripsi: Diajukan oleh Natalin R. Siregar, Mahasiswa Program Strata-1 Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara USU.
Variabel : Inflasi IHK, Tingkat Pengangguran Terbuka TPT
Tingkat Pengangguran
Terbuka Inflasi
Pertumbuhan Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Permasalahan : Bagaimana pengaruh Inflasi IHK terhadap TPT di
Indonesia. Model Analisis
: Analisis Kausalitas
Tahun Penelitian : 2006
Hasil Analisis: Tingkat pengangguran mempengaruhi inflasi, namun inflasi tidak
mempengaruhi pengangguran atau disebut kausalitas satu arah. Terbukti bahwa inflasi tidak mempengaruhi pengangguran, dimana F
hitung
F
tabel
, tidak signifikan pada 1 maupun 5 . Terdapat hubungan kointegrasi antara inflasi dan TPT di
Indonesia, artinya ada hubungan keseimbangan dalam jangka panjang.
2. Hubungan Antara Perubahan Tingkat Upah Dan Tingkat
Pengangguran Di Indonesia Periode 1986 – 2005.
Skripsi: Diajukan oleh Purnama Cahya Sari Silalahi, Mahasiswa Program D-IV
Jurusan Statistik Ekonomi, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik STIS.
Variabel : Tingkat Pengangguran dan Deviasi Tingkat Inflasi
Permasalahan : Bagaimana sebenarnya hubungan antara perubahan antara
tingkat upah dan tingkat pengangguran di Indonesia ? Model Penelitian
: Analisis Kausalitas Tahun Penelitian
: 2006 Hasil Analisis:
Pada kasus di Indonesia tahun 1986-2005, hasil pengujian model regresi menunjukkan bahwa secara linier, tingkat pengangguran dan perubahan tingkat
upah tidak memiliki hubungan. Hubungan antara kedua variable adalah hubungan
Universitas Sumatera Utara
linier logaritma yang positif, ditunjukkan dengan persamaan double-log. Kurva Phillips Indonesia periode 1986-2005 tidak dapat ditentukan bentuknya. Hasil plot
data antara tingkat pengangguran dan tingkat inflasi maupun tingkat pengangguran dan deviasi tingkat inflasi menunjukkan bahwa sebaran data tidak
membentuk suatu pola tertentu.
3. Pengaruh Beberapa Variabel Makroekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1990-2004.
Skripsi: Diajukan oleh Priyo Yudyatmoko, Mahasiswa Program D-IV Jurusan Statistik Ekonomi, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik STIS.
Variabel Dependen : PDB.
Variabel Independen : IHSG, Indeks Produksi, IHK, Nilai kredit, Investasi, Nilai Impor barang modal.
Permasalahan : Bagaimana pengaruh IHSG, Indeks Produksi, IHK, Nilai
kredit, Investasi, Nilai Impor barang modal terhadap PDB. di Indonesia.
Model Analisis : Analisis
Vector Autoregressive, Kointegrasi, dan Engle Granger Causality.
Tahun Penelitian : 2006
Hasil Analisis: Hasil dari analisis dan pengujian menunjukkan bahwa PDB dan
infrastruktur tidak berpengaruh terhadap penanaman modal dalam negeri di Indonesia. Hal tesebut di sebabkan oleh kondisi sosial politik dan keamanan
Indonesia yang belum stabil pasca krisis moneter. Hasil regresi menunjukkan nilai
Universitas Sumatera Utara
koefisien TK adalah 6,223639. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap kenaikan 1 tenaga kerja, variabel lain tidak berubah ceteris paribus mengakibatkan
Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN di Indonesia naik sebesar 6,223639 . Jadi adanya kenaikan jumlah tenaga kerja akan berpengaruh terhadap PMDN di
Indonesia. Dan krisis ekonomi Dm mempunyai pengaruh negatif terhadap terhadap PMDN. Jadi adanya krisis ekonomi akan berpengaruh terhadap PMDN
di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian