4.5. Analisis Multivariat Analisis Multivariat adalah untuk mengetahui pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependen secara bersamaan dengan menggunakan uji regresi logistik dengan tingkat kemaknaan sebesar p 0,005, yaitu untuk mencari
faktor yang lebih dominan terhadap status kesehatan lansia di wilayah kerja Puskesmas Darusalam Medan Tahun 2011. Variabel yang potensial dimasukkan
dalam model atau variabel yang dipilih atau yang dianggap signifikan yaitu yang mempunyai nilai p 0,025. Dalam penelitian ini ke empat variabel berpengaruh
terhadap status kesehatan lansia yaitu pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat dan riwayat merokok.
Berdasarkan hasil akhir analisis multivariat dengan uji statistik regresi logistik maka yang paling dominan memengaruhi status kesehatan lansia adalah
kebiasaan istirahat dengan nilai β = 3,475 dan p = 0,000. Hal ini menunjukkan
variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap status kesehatan lansia. Variabel kebiasaan istirahat bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut
mempunyai hubungan yang searah positif terhadap status kesehatan lansia di wilayah kerja Puskesmas Darusalam Medan. Jadi dapat ditafsirkan secara teoritis
bahwa status kesehatan lansia di wilayah kerja Puskesmas Darusalam medan akan meningkat jauh lebih baik apabila kebiasaan istirahat lansia cukup.
Variabel pola makan nilai β = 2.541 dan p = 0,000, bernilai positif
menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah positif terhadap status kesehatan lansia di wilayah kerja Puskesmas Darusalam Medan. Jadi
Universitas Sumatera Utara
dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa status kesehatan lansia di wilayah kerja Puskesmas Darusalam Medan akan meningkat jauh lebih baik apabila pola makan
lansia baik. Variabel aktivitas fisik nilai
β = 1.922 dan p = 0,000, bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah positif
terhadap status kesehatan lansia di wilayah kerja Puskesmas Darusalam Medan. Jadi dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa status kesehatan lansia di wilayah kerja
Puskesmas Darusalam Medan akan meningkat jauh lebih baik apabila aktivitas fisik lansia cukup.
Variabel riwayat merokok nilai β = 1.926 dan p = 0,000, bernilai positif
menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah positif terhadap status kesehatan lansia di wilayah kerja Puskesmas Darusalam Medan. Jadi
dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa status kesehatan lansia di wilayah kerja Puskesmas Darusalam Medan akan meningkat jauh lebih baik apabila lansia tidak
memiliki riwayat merokok. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Analisis Multivariat Gaya Hidup Pola Makan, Aktivitas Fisik, Kebiasaan Istirahat dan Riwayat merokok terhadap Status
Kesehatan Lanjut Usia Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan Tahun 2011
No. Variabel
BKoefisien Regresi
S.E Wald
P value
1. Pola Makan
2.541 0.774
10.793 0,001
2. Aktivitas Fisik
1.922 0.819
5.511 0,019
3. Kebiasaan Istirahat
3.475 0.822
17.870 0,000
4. Riwayat Merokok
1.926 0.674
8.154 0,004
Constant - 5.156
1.181 19.044
0,000
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik tersebut dapat ditentukan model persamaan regresi logistik yang dapat menafsirkan variabel independen yaitu gaya
hidup pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat dan riwayat merokok yang memengaruhi variabel dependen status kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Darusalam Medan adalah sebagai berikut: 1
f Z = 1 + e
–z
Nilai f Z dapat diganti dengan P X atau P Y, sehingga rumusnya menjadi 1
f Y = ,
Bila Z =
α + βKAT
, maka modelnya menjadi: 1 + e
–z
1 f Y =
1 + e
–
α
+
β
1 kat
Aplikasi model regresi tersebut pada hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Sabri, 2009; Yasril 2009
1 f Y =
1 + e fY = Probabilitas status kesehatan lansia di wilayah kerja Pueskesmas Darusalam
–-5,156+2,541pm + 1,922af + 3,475ki + 1,926rm
α = Konstanta
ß
1
- ß
4
= Koefisien regresi PM
AF = Pola Makan
KI = Kebiasaan Istirahat
= Aktivitas Fisik
RM = Riwayat Merokok e
= Error tingkat kesalahan
Universitas Sumatera Utara
Dari model tersebut dapat dihitung probabilitas individu untuk terjadinya status kesehatan buruk pada lansia.
Misalkan bila seluruh variabel gaya hidup pola makan baik, aktivitas fisik cukup, kebiasaan istirahat cukup dan lansia tidak merokok kode nya 0, maka probabilitas
individu untuk memiliki status kesehatan buruk sebesar 0,57 Tabel 4.12 no. 16, sedangkan apabila seluruh variabel gaya hidup pola makan tidak baik, aktivitas fisik
tidak cukup, kebiasaan istirahat tidak cukup dan lansia memiliki riwayat merokok kodenya 1, maka probabilitas individu untuk memiliki status kesehatan buruk sebesar
99,11 Tabel 4.12 no. 1. Dapat dilihat pada perhitungan berikut ini: 1
f Y = 1 + e
–-5,156+2,5410 + 1,9220 + 3,4750 + 1,9260
= 0,0057 atau sekitar 0,57 1
f Y = 1 + e
= 0,991 atau sekitar 99,11
–-5,156+2,5411 + 1,9221 + 3,4751 + 1,9261
Jadi lansia yang gaya hidupnya tidak baik probabilitas individunya untuk memiliki status kesehatan buruk lebih besar 99,11 dibandingkan dengan lansia
yang gaya hidupnya baik 0,57. Misalkan apabila pola makan tidak baik, aktivitas fisik cukup, kebiasaan
istirahat cukup dan lansia tidak merokok, maka probabilitas individu untuk memiliki status kesehatan buruk sebesar 6,82 Tabel 4.12 no. 8.
Universitas Sumatera Utara
1 f Y =
1 + e
–-5,156+2,5411 + 1,9220 + 3,4750 + 1,9260
= 0,068 atau sekitar 6,82
Apabila aktivitas fisik tidak cukup kodenya 1, pola makan baik, kebiasaan istirahat cukup dan lansia tidak memiliki riwayat merokok kodenya 0, maka
probabilitas individu untuk memiliki status kesehatan buruk sebesar 3,79 Tabel 4.12 no. 12.
1 f Y =
1 + e
–-5,156+2,5410 + 1,9221 + 3,4750 + 1,9260
= 0,037 atau sekitar 3,79
Apabila kebiasaan istirahat tidak cukup kodenya 1, pola makan baik, aktivitas fisik cukup dan lansia tidak memiliki riwayat merokok kodenya 0, maka probabilitas
individu untuk memiliki status kesehatan buruk sebesar 15,7 Tabel 4.12 no. 14. 1
f Y = 1 + e
= 0,156 atau sekitar 15,7
–-5,156+2,5410 + 1,9220 + 3,4751 + 1,9260
Apabila lansia memiliki riwayat merokok kodenya 1, pola makan baik, aktivitas fisik cukup dan kebiasaan istirahat cukup kodenya 0, maka probabilitas
individu untuk memiliki status kesehatan buruk sebesar 3,81 Tabel 4.12 no. 15.
Universitas Sumatera Utara
1 f Y =
1 + e = 0,038 atau sekitar 3,81
–-5,156+2,5410 + 1,9220 + 3,4750 + 1,9261
Lebih lengkap disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.12. Tabel Probabilitas
no Pm
af ki
rm W=--5.156+2.541pm
+1.922af+3.475ki +1.926rm
e
W
11+e p.
W
1 1
1 1
1 -4.70800
0.009022805 0.991057878 99.11 2
1 1
1 -2.78200
0.061914554 0.941695352 94.17 3
1 1
1 -1.23300
0.291417014 0.774343213 77.43 4
1 1
0.69300 1.999705661 0.333366041 33.34
5 1
1 1
-2.78600 0.061667391 0.941914585 94.19
6 1
1 -0.86000
0.423162082 0.702660654 70.27 7
1 1
0.68900 1.991722814 0.334255565 33.43
8 1
2.61500 13.66721638 0.068179263 6.82
9 1
1 1
-2.16700 0.114520664 0.897246711 89.72
10 1
1 -0.24100
0.785841626 0.559960069 56.00 11
1 1
1.30800 3.698768772 0.212821709 21.28
12 1
3.23400 25.38097811 0.0379061
3.79 13
1 1
-0.24500 0.782704538 0.56094545
56.09 14
1 1.68100
5.370924211 0.156963098 15.70 15
1 3.23
25.27965697 0.038052247 3.81 16
5.156 173.4691892 0.005731671 0.57
Keterangan: pm = Pola Makan
af = Aktivitas Fisik ki = Kebiasaan Istirahat
rm = Riwayat Merokok e = Bilangan Naturalis
p = Probabilitas
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Gaya Hidup terhadap Status Kesehatan Lansia 5.1.1. Pengaruh Pola Makan terhadap Status Kesehatan Lanjut Usia Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan tahun 2011
Hasil penelitian tentang variabel pola makan ditemukan 63 orang pada kategori tidak baik dengan persentase tertinggi status kesehatan buruk sebanyak
77,8 responden. Uji statistik menunjukkan variabel pola makan berpengaruh terhadap status kesehatan lansia. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan
semakin baik pola makan lansia maka akan meningkat status kesehatan. Pola makan perlu diperhatikan karena pola makan yang tidak baik akan menimbulkan beberapa
penyakit. Dalam hal ini pola makan pada lansia sebagian besar termasuk tidak baik. Menurut hasil wawancara dengan lansia yang pola makannya baik mereka
katakan bahwa di puskesmas mereka sering mendapatkan informasi mengenai pola makan yang baik misalnya makanan tidak boleh terlalu asin atau terlalu manis, makan
harus teratur pola nya dan seimbang, mereka juga sekali – kali mendapatkan makanan tambahan seperti bubur kacang hijau, susu dan telur. Hal ini dibenarkan oleh petugas
kesehatan yang ada di Puskesmas Darusalam yang mengatakan bahwa promosi kesehatan di Puskesmas Darusalam sudah berjalan dengan baik minimal 2 kali dalam
sebulan. Pada program santun lansia diadakan penyuluhan kesehatan yang terkait dengan kesehatan lansia termasuklah pola makan yang baik untuk lansia. Di samping
itu pemberian makanan tambahan berupa bubur kacang hijau, susu dan telur kepada
Universitas Sumatera Utara