b Overuse yaitu penggunaan obat yang tidak sesuai dengan aturan atau
berlebihan. 2
Dari akibatnya Kusno Adi mengemukakan sebagai berikut : “Penyalahgunaan narkotika adalah pola penggunaan narkotika yang patologik
sehingga mengakibatkan hambatan dalam fungsi sosial. Hambatan fungsi sosial dapat berupa kegagalan untuk memenuhi tugasnya bagi keluarga atau
teman-temannya akibat perilaku yang tidak wajar dan ekspresi perasaan agresif yang tidak wajar, dapat pula membawa akibat hukum karena kecelakaan lalu
lintas akibat mabuk atau tindak criminal demi mendapatkan uang untuk membeli narkotika.”
49
3. Kebijakan Penanggulangan Kejahatan
Kebijakan Penanggulangan kejahatan sering disebut juga politik kriminal criminal policy . Istilah politik, politiek dalam Bahasa Belandaatau politics dalam
Bahasa Inggris dipakai dalam berbagai arti. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam satu sistem politik atau negara
yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
50
49
KusnoAdi, Op.Cit hal.19
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa politik criminal merupakan ilmu untuk menanggulangi kejahatan dan merupakan usaha yang
rasional dari masyarakat sebagai reaksi mereka atas kejahatan.
50
M.Hamdan, Politik Hukum Pidana, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997 hal.2
Universitas Sumatera Utara
Sudarto pernah mengemukakan tiga arti mengenai kebijakan kriminal yaitu:
51
a. Dalam arti sempit ialah keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari
reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana. b.
Dalam arti luas, ialah keseluruhan fungsi dari aparatur penegak hukum, termasuk di dalamnya cara kerja dari pengadilan dan polisi
c. Dalam arti paling luas yang beliau ambil dari Jorgen Jepsen ialah keseluruhan
kebijakan, yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi, yang bertujuan untuk menegakkan norma-norma sentral dari masyarakat.
Marc Ancel merumuskan kebijakan penanggulangan kejahatan dari sudut pandang yang berbeda dan mengarah kepada peran sosial kemasyarakatan yaitu : “
the rational organization of the control of crime by society”
52
. Senada dengan beliau G.Peter Hoefnagles juga mengemukakan bahwa ” Criminal Policy is the rational
organization of the social reaction to crime “
53
Kebijakan penanggulangan kejahatan memang sangat dekat dunia sosial mengingat kejahatan merupakan masalah sosial dan masalah kemanusiaan. Pada
hakikatnya, kebijakan atau upaya penanggulangan kejahatan merupakan bagian integral dari upaya perlindang masyarakat social defence dan upaya mencapai
kesejahteraan masyarakat social welfare .
51
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru , Jakarta : Kencana, 2008 hal.1
52
Ibid
53
TeguhPrasetyo, Abdul Hakim Barkatullah, Politik Hukum Pidana Kajian Kebijakan Kriminalisasi dan Dekriminalisasi Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005 hal.13
Universitas Sumatera Utara
Perumusan tujuan kebijakan penanggulangan kejahatan tersebut pernah pula dinyatakan dalam salah satu laporan kursus latihan ke-34 yang diselenggarakan di
Tokyo tahun 1973 : “Most of group members agreed some discussion that protection of the society
could be accepted as the final goal of criminal policy. Although not the ultimate aim of society, which might perhaps be described by terms like happiness citizen. A
wholesame and cultural living, social welfare or equality. “
54
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa tujuan akhir atau tujuan utama dari kebijakan penanggulangan kejahatan adalah “ perlindungan masyarakat untuk
mencapai kesejahteraan rakyat”.
55
Oleh karena itu mustahil rasanya mencapai tujuan tersebut jika hanya mengandalkan penerapanpenegakan hukum pidana semata.
Kebijakan penanggulangan kejahatan harus melihat pada akar lahirnya persoalan kejahatan dari persoalan sosial, sehingga kebijakan sosial sangat penting untuk
dilaksanakan.
56
Hoefnagles juga megemukakan hal yang senada bahwa kebijakan penanggulangan kejahatan tindak pidana kejahatan dapat ditempuh dengan tiga
cara, yaitu
57
:
a. Criminal law application penerapan hukum pidana
54
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai… Op.Cit hal.2
55
Ibid
56
Mahmud Mulyadi, Criminal Policy Pendekatan integral Penal Policy dan Non Penal Policy dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan Medan : Pustaka Bangsa Press, 208 hal.51
57
Teguh Prasetyo, Abdul Hakim Barkatullah, Op.Cit. hal.36
Universitas Sumatera Utara
b. Prevention without punishment pencegahan tanpa penghukuman
c. Influencing views of society on crime and punishment mempengaruhi pandangan
masyarakat terhadap kejahatan dan penghukumanpemidanaan Berdasarkan uraian di atas secara sederhana dapat disimpulkan bahwa
kebijakan penanggulangan kejahatan politik kriminal dapat ditempuh melalui 2 dua carayang harus saling dipadukan dan harmonis yaitu:
a. Upaya penal atau sering disebut dengan politik hukum pidana merupakan upaya
penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana. Sudarto memberikan defenisi politik hukum pidana mengandung arti bagaimana
mengusahakan atau membuat dan merumuskan suatu perundang-undangan pidana yang baik.
58
b. Upaya Non-penal yaitu penanggulangan kejahatan tanpa menggunakan atau
menerapkan hukum pidana. Maka melaksanakan politik hukum pidana berarti mengadakan
pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang paling baik, dalam arti memenuhi syarat keadilan dan dayaguna.
G. Metode Penelitian