III-11
No. Permasalahan Pembangunan
4. Kondisi perairan sungai secara keseluruhan telah mengalami pencemaran
akibat limbah domestik maupun sampah 5.
Pemenuhan air kebutuhan air bersih masih tergantung pada wilayah lain Kabupaten Tangerang
6. Pasokan air bersih dari PDAM hanya 200 m3det, dan 50 dari pasokan
tersebut dialokasikan ke Bumi Serpong Damai 7.
Masih terjadi kerawanan banjir di beberapa lokasi di Kota Tangerang Selatan
8. Pendangkalan dan penyempitan situ-situ yang ada di Kota Tangerang
Selatan 9.
Reklamasi pengurugan setu oleh masyarakatpengembang untuk pemukiman
10. Sempadan sungai belum tertata, bahkan sebagian dimanfaatan masyarakat
untuk bangunanrumahtempat usaha 11.
RTH masih belum mencukupi, terutama kawasan di luar wilayah pengembang
Bidang Ekonomi:
1. Infrastruktur jalan belum memadai dibandingkan dengan potensi ekonomi
yang tinggi, khususunya laju peningkatan jumlah dan mobiltas kendaraan, untuk mendukung distribusi barang dan jasa
2. Perekonomian belum meningkatkan daya beli yang tinggi
3. Pelayanan publik yang belum optimal pelayanan perizinan, izin usaha,
dan lain-lain
Bidang Sosial:
1. Tingginya arus urbanisasi dari berbagai sukudaerah dapat menjadi potensi
konflik sosial 2.
Tingginya arus urbanisasi menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan mobilitasnya, sehingga menyebabkan tingginya arus lalu lintas
3. Kesenjangan sosial antara, khususnya pribumi dan pendatang
4. Tingginya angka kemiskinan
5. Masih terdapat jumlah rumah tangga miskin
6. Masih besarnya masalah PMKS kecacatan, keterlantaran, anak jalanan,
wanita tuna susila, tuna wisma, pengemis, dan lain-lain 7.
Tingkat pendidikan yang masih terlalu jauh dari harapan 8.
Pelayanan kesehatan belum menjangkau seluruh masyarakat
III-12
Berdasarkan daftar panjang permasalahan pembangunan, selanjutnya dirumuskan daftar pendek permasalahan pembangunan yang ditetapkan
sebagai isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan di Kota Tangerang Selatan seperti yang tertera pada tabel 3.4.
Tabel 3.4. Isu Strategis di Kota Tangerang Selatan
No. Permasalahan Pembangunan
Bidang Lingkungan:
1. Pengelolaan sampah
2. Sungai sebagai tempat pembuangan sampah
3. Pencemaran sungai akibat limbah domestik dan sampah
4. Kebutuhan air bersih masih tergantung wilayah lain Kabupaten
Tangerang 5.
Pasokan air bersih masih minim 6.
Banjir 7.
Pendangkalan dan penyempitan situ-situ 8.
Reklamasi pengurukan situ oleh masyarakatpengembang untuk permukiman
9. Sempadan sungai belum tertata
10. Kurangnya Ruang Terbuka Hijau RTH
Bidang Sosial-Ekonomi:
1. Kemacetan lalu lintas dan masalah transportasi umum
2. Pelayanan publik yang belum optimal
3. Tingginya tingkat kemiskinan
4. Tingginya kesenjangan dan kerawanan social
Atas isu-isu strategis berdasarkan hasil identifikasi KLHS tersebut, terdapat isu strategis yang berkaitan langsung dengan pelayanan dpmp3akb yaitu tingginya tingkat
kemiskinan. Faktor pendorong kemiskinan tinggi antara lain adalah: 1 lapangan kerja yang
terbatas dan tidak merata; 2 pertumbuhan penduduk yang tinggi; 3 rendahnya kualitas angkatan kerja rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja; 4 akses yang
sulit terhadap kepemilikan modal; dan 5 rendahnya tingkat penguasaan teknologi.
III-13
3.5. Penentuan Isu – Isu Strategis
Sebagai sebuah dokumen perencanaan, dapat di elaborasi dari aspek potensi dan masalah yang digali dari kondisi existing Kota Tangerang Selatan itu sendiri terutama
berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk menyusun program dan kegiatan selama periode 2016-2021. Selanjutnya identifikasi potensi dan masalah tersebut
dapat dilihat dari internal dan eksternal sebagai bahan rumusan dalam perencanaan selama 5 lima tahun kedepan. Adapun isu-isu strategis tersebut adalah sebagai berikut :
1. Harmonisasi dan sinkronisasi di bidang peraturan perundang-undangan telah
membawa implikasi terhadap kedudukan, tugas dan fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan Kota Tangerang Selatan
sebagai instansi teknis yang menangani penanaman modal dan perizinan usaha di Tingkat Kota Tangerang Selatan sehingga dapat memainkan peran yang lebih baik
dalam menggerakkan sektor ekonomi melalui penanaman modalinvestasi dan pengembangan dunia usaha dalam lima tahun mendatang. Tata Cara Permohonan dan
Jenis Perizinan Serta Nonperizinan Di Bidang Penanaman Modal cukup memberikan waktu bagi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Tangerang Selatan Kota Tangerang Selatan untuk melakukan konsolidasi internal dan sosialisasi eksternal.
2. Tugas merumuskan kebijakan, koordinasi dan harmonisasi dengan instansi teknis dan
Pemerintah Kota diharapkan dapat berjalan lebih baik. Dengan semangat peningkatan iklim penanaman modal dan iklim usaha yang menjadi salah satu prioritas dalam
RPJMN 2014-2019, setiap lembaga dan daerah mestinya dapat bekerja secara sinergis untuk kepentingan nasional.
3. Kemajuan di bidang tata kelola pemerintahan, kompetensi SDM, dan kecukupan
infrastruktur untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi aparatur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan.
Dinamika SKPD Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan Kota Tangerang Selatan yang telah mengalami berbagai perubahan
kebijakan sejak awal orde baru telah menempa kematangan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan sebagai sebuah entitas
mandiri di bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan usaha. Berbagai indikator kemajuan diantaranya dengan meningkatnya kecepatan dan kesederhanaan
pelayanan PMA dan PMDN melalui penyediaan sistem operasi standar dan dengan
III-14
dukungan infrastruktur teknologi informasi yang terus dimutakhirkan. Sementara itu, capaian kinerja yang menggembirakan selama periode 2011-2016 makin memberikan
keyakinan akan kapasitas lembaga dan kompetensi aparaturnya. Didukung dengan lingkungan kantor yang sangat memadai, telah tumbuh etos dan budaya kerja
aparatur yang sangat penting bagi upaya pencapaian tujuan-tujuan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan sebagai lembaga
teknis yang menangani penanaman modal. 4.
Keluarnya Perpres Nomor 97 Tahun 2014 tentang PTSP di bidang penanaman modal dipandang sebagai momentum peningkatan kualitas pelayanan, koordinasi, dan
harmonisasi kebijakan dengan instansi teknis dan Pemda. Artinya, terdapat iklim kerja yang lebih kondusif dan regulatif bagi instansi lain dan daerah, sehingga membuka
jalan lebih lebar bagi tercapainya tugas-tugas koordinasi yang dijalankan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang
Selatan.Diharapkan, dengan adanya peraturan ini, hambatan-hambatan yang bersifat kepentingan sektoral dan kedaerahan dapat secara bertahap diatasi. Dalam konteks ini,
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan di antaranya berkewajiban untuk membangun norma, standar dan prosedur pelayanan
di bawah system PTSP di bidang penanaman modal, termasuk memfasilitasi pelaksanaan PTSP penanaman modal di daerah. Dengan demikian, terdapat indikator
kinerja yang terukur yang berguna bagi instansi lain dan Pemerintah Kota dalam melakukan hubungan koordinasi dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Propinsi Banten dan BKPM Pusat. 5.
Kondisi Potensi dan peluang investasi di Kota Tangerang Selatan sangat strategis yang diyakini akan menjadi salah satu pemicu pertumbuhan PMA dan PMDN ke
depan. Keyakinan akan pertumbuhan ekonomi nasional dapat mancapai target dalam tahun-tahun mendatang merupakan cerminan potensi makro ekonomi daerah yang
tetap baik di tengah ketidakpastian pemulihan perekonomian pasca krisis keuangan. 6.
Perekonomian Indonesia terbukti tangguh menghadapi gejolak internasional dan memiliki daya saing dibanding negara-negara lain sekawasan. Di sisi lain, dalam dua
tahun terakhir peringkat daya saing Indonesia yang diterbitkan berbagai lembaga Nasional bergerak naik. Agenda pertumbuhan telah menjadi komitmen Tangerang
Selatan yang diusung pemerintah sesuai dengan visi-misi Walikota dan Wakil