Tanaman perkebunan dan hutan tanaman industri Plantation assets and industrial timber

are in Indonesian language. PT SAMPOERNA AGRO Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tanggal 31 Maret 2016 dan untuk Periode Tiga Bulan yang Berakhir pada Tanggal Tersebut Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT SAMPOERNA AGRO Tbk AND ITS SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS As of March 31, 2016 and for the Three Months Period Then Ended Expressed in thousands of Rupiah, unless otherwise stated 29

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG

SIGNIFIKAN lanjutan 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES continued l. Tanaman perkebunan dan hutan tanaman industri lanjutan l. Plantation assets and industrial timber and non-timber plantations continued Tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan lanjutan Immature plantations and mature plantations continued Jangka waktu untuk menjadi tanaman menghasilkan tergantung pada tingkat pertumbuhan tanaman dan penilaian manajemen. Secara umum, tanaman kelapa sawit memerlukan waktu sekitar empat 4 tahun sejak penanaman bibit di area perkebunan untuk menjadi tanaman menghasilkan dan tanaman karet dianggap sudah menghasilkan bila sudah berumur lima 5 sampai enam 6 tahun. Actual time to maturity is dependent upon vegetative growth and is assessed by management. In general, an oil palm plantation takes about four 4 years to reach maturity from the time of planting the seedlings to the field and rubber plantations takes about five 5 to six 6 years to reach maturity. Tanaman menghasilkan dicatat sebesar akumulasi biaya perolehan yang merupakan reklasifikasi dari tanaman belum menghasilkan dilakukan, dan diamortisasi dengan metode garis lurus selama estimasi masa produktif tanaman yang bersangkutan selama 20 tahun. Mature plantations are stated at cost, which represents reclassification from immature plantations, and are amortized using the straight-line method over their estimated productive lives of 20 years. Hutan tanaman industri Industrial timber and non-timber plantations Biaya dan beban yang terjadi untuk kegiatan pengembangan hutan tanaman industri “HTI”, yang meliputi biaya perencanaan, penanaman, pemeliharaan, pembinaan, dan pengamanan HTI untuk setiap areal penanaman lokasi sampai dengan adanya pohon siap panen, dikapitalisasi dan disajikan dalam laporan posisi keuangan konsilidasian sebagai “Hutan Tanaman Industri dalam Pengembangan”, kecuali beban umum dan administrasi. Cost and expenses incurred for the development of industrial plantations, which include planning, planting, maintenance, forest cultivation, and security costs for each planting area location until the plantations in the area are ready for harvesting, are capitalized and presented in the consolidated statement of financial positions as “Industrial Timber and Non-timber Plantations under Development Stage”, except for general and administrative expenses. Pada saat areal HTI tersebut menghasilkansiap panen, akumulasi biaya HTI dalam pengembangan untuk areal penanaman lokasi dimana tersedia pohon siap panen dipindahkan ke akun “Hutan Tanaman Industri Siap Panen” dan diamortisasi berdasarkan sisa masa manfaat hak pengusahaan HTI dengan menggunakan metode garis lurus. When the industrial plantations are ready for harvesting, the related accumulated costs and expenses for such area are reclassified to “Mature Industrial Timber and Non-Timber Plantations” and amortized based on the remaining terms of the concession rights of the industrial timber and non-timber plantations using the straight line method. are in Indonesian language. PT SAMPOERNA AGRO Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tanggal 31 Maret 2016 dan untuk Periode Tiga Bulan yang Berakhir pada Tanggal Tersebut Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT SAMPOERNA AGRO Tbk AND ITS SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS As of March 31, 2016 and for the Three Months Period Then Ended Expressed in thousands of Rupiah, unless otherwise stated 30

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG