Cara kerja Alat, bahan dan cara kerja

3.8.3 Cara kerja

Sebelum dilakukan pengobatan, kepada pasien diberikan pengertian dan petunjuk yaitu : I. Pasien harus mempunyai keinginan yang kuat untuk berobat dan kontrol, serta harus dapat bekerja sama dengan dokter. II. Kepada pasien diterangkan bahwa hasil pengobatan ini tidak terlihat dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan waktu yang lama yaitu 8 minggu. III. Pasien diminta untuk tidak menggunakan kosmetika dan bahan topikal lainnya pada saat pemeriksaan lampu Wood, Melasma Severity Scale, skor MASI dan pengambilan foto karena dapat mengganggu hasil pengamatan. IV. Menggunakan tabir surya minimal 1 kali sehari, baik di dalam maupun di luar rumah dan pengolesan dapat diulang apabila wajah berkeringat atau basah dan setelah 2 jam kemudian. V. Pasien tidak diperbolehkan menggunakan pelembab dan kosmetika selain bahan-bahan yang digunakan selama penelitian. Terhadap subyek penelitian dilakukan randomisasi blok oleh asisten untuk menentukan subyek mana yang mendapatkan pengobatan AX oral disertai gel AX atau disebut sebagai kelompok terapi dan subyek mana yang mendapatkan AX oral disertai krim TC atau disebut sebagai kelompok kontrol. Adapun cara melakukan adalah sebagai berikut : Terhadap masing-masing subyek penelitian diberikan amplop yang berisikan kode untuk pengobatan AX oral disertai gel AX ataupun pengobatan AX oral disertai krim TC. Universitas Sumatera Utara Setelah pasien memilih kemudian dicatat oleh asisten, pasien yang mendapat AX oral disertai gel AX atau AX oral disertai krim TC. A. Kelompok AX oral disertai gel AX : 1. Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti. Pencatatan data dasar meliputi identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dermatologis, pemeriksaan penunjang dengan menggunakan lampu Wood sesuai formulir catatan medis terlampir. 2. Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang menggunakan lampu Wood oleh peneliti dengan supervisi pembimbing dokter spesialis kulit dan kelamin. 3. Pemeriksaan lampu Wood. 1 Bertujuan untuk membantu menegakkan diagnosis melasma sekaligus menentukan tipe melasma. 2 Pemeriksaan dilakukan oleh peneliti dengan supervisi pembimbing dalam ruangan gelap tanpa jendela. 3 Lampu wood dihidupkan dan dibiarkan selama 1 menit hingga terasa hangat. Penderita diminta untuk duduk tegak lalu lampu Wood diletakkan lebih kurang 4-5 inci diatas lesi melasma, kemudian dilakukan pengamatan terhadap perubahan warnaefloresensi yang terjadi pada lesi melasma. I. Tipe epidermal dengan lampu Wood menunjukkan warna yang kontras pada lesi. II. Tipe dermal dengan lampu Wood tidak memberikan warna kontras pada lesi. Universitas Sumatera Utara III. Tipe dermal-epidermal dengan lampu Wood terlihat pada beberapa daerah lesi akan tampak warna yang kontras sedangkan pada daerah yang lain tidak. 4. Menentukan derajat keparahan melasma Melasma Severity Scale yang dilakukan oleh peneliti dengan supervisi pembimbing berdasarkan Scoring system for the subjective evaluation of pigmentation yaitu 0, lesi melasma hampir sama dengan kulit normal disekitarnya atau hanya sedikit sisa pigmentasi; 1, ringan, sedikit lebih gelap dibanding kulit normal disekitarnya; 2, sedang, cukup gelap dibanding kulit normal disekitarnya; 3, berat, sangat gelap dibanding kulit normal disekitarnya. 5. Melakukan penilaian derajat keparahan melasma skor MASI yang dilakukan oleh peneliti dengan supervisi pembimbing. 1 Skor MASI dihitung, pertama-tama dengan menentukan area hiperpigmentasi di wajah. 2 Empat area yang dievaluasi yaitu: dahi atau forehead F, pipi kanan atau right malar MR, pipi kiri atau left malar ML, dan dagu atau chin C, berturut- turut dengan angka 30, 30, 30 dan 10. Dimana variabel yang dinilai adalah persentase total area yang terlibat atau A, kehitaman atau D, dan homogenisitas lesi melasma atau H. I. Persentase dari keempat area yang terlibat diberi nilai : 0, tidak dijumpai lesi hiperpigmentasi; 1, 10; 2, 10-29; 3, 30-49; 4, 50- 69; 5, 70-89; dan 6, 90-100. II. Kehitaman lesi melasma dibanding kulit normal diberi nilai : 0, kulit Universitas Sumatera Utara normal tanpa lesi hiperpigmentasi; 1, hiperpigmentasi yang baru saja muncul; 2, hiperpigmentasi ringan; 3, hiperpigmentasi sedang; 4, hiperpigmentasi berat. III. Homogenitas dari lesi melasma diberi nilai : 0, kulit normal tanpa lesi hiperpigmentasi; 1, seperti bintik; 2, ruam yang kecil dengan diameter 1,5 cm; 3, diameter ruam 2 cm; 4, tidak dijumpai kulit normal pada area yang terlibat. IV. Untuk menghitung skor MASI, hasil nilai keparahan dari kehitaman dan homogenitas lesi melasma dikalikan dengan nilai numerik area yang terlibat dan dengan persentase dari keempat area wajah yang terlibat 10- 30. V. Total skor MASI : Dahi 0,3 D+HA + pipi kanan 0,3 D+HA + pipi kiri 0,3 D+HA + dagu 0,1 D+HA, dimana nilai tertinggi adalah 48 dan nilai terendah adalah 0. Gambar 1. The Melasma Area and Severity Index MASI Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan kepustakaan aslinya no.20 6. Untuk dokumentasi dilakukan pengambilan foto pada awal kunjungan, kontrol tiap dua minggu dan minggu kedelapan. Semua penderita difoto pada tempat yang sama dengan cahaya dan jarak yang telah ditetapkan. 7. Pasien diberi AX oral yang dikonsumsi sekali sehari setelah makan pagi disertai gel AX yang dioleskan dua kali sehari pagi dan malam secara tipis-tipis pada permukaan wajah yang terdapat lesi melasma. B. Kelompok AX oral disertai krim TC. 1. Dilakukan hal yang sama seperti pada kelompok AX oral disertai gel AX yaitu pencatatan data dasar, pemeriksaan lampu Wood, penentuan derajat keparahan melasma Melasma Severity Scale, penilaian derajat keparahan melasma skor MASI dan pengambilan foto untuk dokumentasi. 2. Kemudian pasien diberi AX oral yang dikonsumsi sekali sehari setelah makan pagi disertai krim ambifilik pada pagi hari dan krim TC pada malam hari, secara tipis-tipis pada permukaan wajah yang terdapat lesi melasma. C. Pasien kontrol setelah 2 minggu pemberian obat dan tiap dua minggu berikutnya sampai akhir pengobatan. Pada setiap kontrol dilakukan penilaian kembali terhadap Melasma Severity Scale , pencatatan efek samping, dan pengambilan foto untuk dokumentasi. Pada kontrol minggu ke 8 dilakukan penilaian kembali terhadap Melasma Severity Scale , pencatatan efek samping, pengukuran skor MASI dan pengambilan foto. D. Evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan 1. Perubahan klinis : I. Perubahan derajat keparahan melasma Melasma Severity Scale. Universitas Sumatera Utara II. Perubahan skor MASI. 2. Efek samping : I. Astaxanthin oral : perasaan tidak nyaman di lambung. II. Gel Astaxanthin : rasa gatal. III. KrimTC : kulit kering, deskuamasi, eritema, rasa gatal, rasa panas, rasa mencucuk, atrofi, hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dermatitis perioral, erupsi akneformis, telangiektasi.

3.9 Definisi operasional