Riwayat keluarga Faktor predisposisi

Kelompok terapi Kelompok kontrol Total Variabel Riwayat keluarga N N N Ada 7 26,9 11 45,8 18 36,0 Tidak ada 19 73,1 13 54,2 32 64,0 Total 26 100,0 24 100,0 50 100,0

4.1.4. Riwayat keluarga

Menurut kepustakaan dikatakan bahwa genetik merupakan faktor utama dalam perkembangan melasma, yang disokong dengan timbulnya melasma dalam keluarga. Lebih dari 30 pasien mempunyai riwayat keluarga dengan melasma juga. Pada saudara kembar identik dilaporkan bersama menderita melasma, tapi pada keadaan yang sama pada saudara kandung lain malah tidak dijumpai adanya riwayat melasma. Moin dkk. menyatakan melasma pada keluarga dijumpai sebanyak 54,7 kasus, dan terdapat juga hubungan yang signifikan antara melasma dengan etnis. Gohel menyatakan riwayat keluarga dengan melasma sebanyak 10,2 dan Vasquez menyatakan sebanyak 70,4. 33 Hasil penelitian Koesoema 2008 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor genetik dengan terjadinya melasma. Terlihat dari 100 subyek yang menderita melasma mempunyai keluarga yang juga menderita hal yang sama yaitu sebanyak 36 orang 36. 30 Pada penelitian ini, dari 50 subyek penelitian, adanya anggota keluarga yang juga menderita melasma dijumpai pada 18 orang 36,0, sedangkan 32 orang 64,0 lainnya tidak mempunyai anggota keluarga yang juga menderita melasma. Tabel 4.5 Karakteristik subyek penelitian berdasarkan kemungkinan faktor Universitas Sumatera Utara predisposisi Kelompok terapi Kelompok kontrol Total Variabel Faktor Predisposisi N N N Sinar matahari 14 53,9 9 37,5 23 46,0 Hormonal 7 26,9 9 37,5 16 32,0 Kosmetika 4 15,4 6 25,0 10 20,0 Obat-obatan 1 3,8 00,0 1 2,0 Total 26 100,0 24 100,0 50 100,0

4.1.5. Faktor predisposisi

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari anamnesis pasien melasma, faktor predisposisi timbulnya melasma adalah sering terpapar sinar matahari. Dimana pada kelompok terapi terdapat 14 orang 53,9 dan kelompok kontrol terdapat 9 orang 37,5. Penyebab kedua adalah pengaruh hormonal kontrasepsi hormonal dan kehamilan, pada kelompok terapi terdapat 7 orang 26,9 dan kelompok kontrol terdapat 9 orang 37,5. Kemudian diikuti dengan pemakaian kosmetika, pada kelompok terapi terdapat 4 orang 15,4 dan kelompok kontrol terdapat 6 orang 25. Selanjutnya adanya riwayat pemakaian obat-obatan, pada kelompok terapi terdapat 1 orang 3,8. Dari kedua kelompok variabel ini tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik p0,05. Penelitian Koesoema 2008, terlihat hubungan yang bermakna antara paparan sinar matahari dengan terjadinya melasma, yaitu paparan sinar matahari yang lebih dari 10 tahun. Penelitian Setyaningsih, melasma didapati pada subyek dengan masa kerja rata-rata selama 13 tahun. 48 Menurut kepustakaan, sinar matahari merupakan faktor penyebab terjadinya melasma dengan puncak paparan yang harus dihindari mulai pukul 10.00 sampai dengan 14.00. 4,8 Berbeda dengan penelitian Moin dkk. dimana sinar matahari menduduki peringkat kedua setelah kehamilan, yaitu 9,8. 33 Universitas Sumatera Utara Penelitian Koesoema 2008, juga terdapat hubungan yang bermakna antara pemakaian kontrasepsi dengan melasma, yaitu yang menggunakan kontrasepsi menderita melasma sebanyak 64 dimana terbagi sebanyak 46 menggunakan kontrasepsi hormonal dan 18 menggunakan kontrasepsi non hormonal. 30 Menurut Lapeere dkk. dikatakan juga bahwa pengaruh hormonal menyebabkan terjadinya melasma salah satunya adalah penggunaan kontrasepsi ora1. 8 Menurut kepustakaan juga dikatakan bahwa kehamilan dapat menyebabkan terjadinya melasma, 50-70 wanit hamil didapati menderita melasma. Pada penelitian Iraji terdapat 27,6 wanita hamil menderita melasma, sedangkan menurut Muzaffar 46,4 wanita hamil menderita melasma. Secara klinis makin sering hamil maka risiko mendapat melasma akan semakin besar oleh karena pada kehamilan terjadi peningkatan hormon pituitary dan ovari yang berhubungan dengan melanosit. 32 Pada penelitian Moin dkk. didapatkan bahwa mereka yang menggunakan bahan kosmetika mempunyai prevalensi melasma yang rendah oleh karena kebanyakan kosmetika didaerah mereka Iran mempunyai sifat sebagai tabir surya inorganik. Namun penelitian yang dilakukan pada pria India didapatkan penggunaan kosmetik sebagai pemicu melasma yaitu mereka yang memakai topikal minyak mustard. 33 Hasil penelitian Koesoema 2008 didapatkan bahwa kosmetika alas bedak sangat berisiko dalam menyebabkan melasma. Hal ini berkaitan dengan bahan yang terkandung didalam alas bedak tersebut yaitu ekstrak tumbuhan namun tidak dijelaskan lebih rinci tumbuhan apa saja yang terkandung didalamnya. Berdasarkan kepustakaan ekstrak tumbuhan ini bila kontak dengan kulit ditambah dengan paparan sinar matahari akan menyebabkan phytophotodermatitis sehingga dapat menimbulkan hiperpigmentasi. 30 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Karakteristik subyek penelitian berdasarkan pola melasma Kelompok terapi Kelompok kontrol Total Variabel Pola melasma