Aplikasi Penerapan Toleransi Di Sekolah

85 siswa Kristen saja yang harus membersihkan gereja tetapi mereka semua bekerja sama melakukannya. Dengan beberapa contoh tersebut kita dapat melihat bentuk-bentuk toleransi yang ada di lingkungan sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Siswa memiliki kesadaran akan pentingnya toleransi sosial di dalam perbedaan yang ada di lingkungan sekolah mereka. Dengan berbagai pengarahan dari guru dan berbagai aturan yang dibuat diharapkan siswa menumbuhkan sikap toleransi dalam diri merek yang tidak hanya sementara namun melekat selamanya di dalam diri siswa. Sekolah mengharapkan mampu menciptakan manusia-manusia yang cerdas dan berakhlak baik yang menjunjung tinggi norma norma yang ada serta mampu menjadi manusia yang menghargai dan menghormati perbedaan orang lain.

4.3.3 Aplikasi Penerapan Toleransi Di Sekolah

Pendidikan adalah sebuah instrumen kesadaran, substansi pendidikan ialah transformasi pengetahuan dari ketidaktahuan menjadi paham atau bahkan profesional, sehingga dengan demikian pembelajaran dalam sebuah elemen pendidikan merupakan suatu aktifitas membangun kesadaran dan sebuah gerakan untuk menggali potensi atas nilai-nilai kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu upaya-upaya normatif untuk melepas banyak hal negatif dari dalam diri seseorang kepada seseorang lainnya. Secara lugas pendidikan adalah mencetak sosok bermartabat, memiliki harga diri, serta kemuliaan. Hal itulah yang dimaksudkan oleh Paulo Fraire yang dikutip oleh Firdaus M. Yunus, pendidikan adalah salah satu upaya untuk Universitas Sumatera Utara 86 mengembalikan fungsi manusia menjadi manusia agar terhindar dari berbagai bentuk penindasan, kebodohan sampai kepada ketertinggalan. Bagi Fraire pula, oleh karena manusia yang menjadi pusat pendidikan, maka manusia harus menjadikan pendidikan sebagai alat pembebasan untuk mengantarkan manusia menjadi makhluk yang bermartabat. Yunus: 2004. Di Indonesia, pendidikan dalam sekolah menjadi sebuah kebutuhan, sebuah penentu keberhasilan, dan secara umum pendidikan mampu mencitrakan sejauhmana karakteristik kepribadian individu. Bahkan pendidikan menjadi salah satu indikator berfikir seseorang. Pendidikan membutuhkan upaya timbal balik dan respon berbalas. Sebab pendidikan tidak hanya bersandar pada sebuah paradigma keilmuan, akan tetapi juga harus memiliki praksis pengamalan dan implementasi secara berkelanjutan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi elemen- elemen pendidikan yang sadar akan adanya sebuah perbedaan. Elemen pendidikan yang paling asasi adalah kehadiran seorang pengajar. Dalam realitanya, seorang pengajar dituntut untuk mampu menjadi sebuah pusat pengembangan potensi setiap anak didiknya. Pendidikan masa kini ialah pendidikan yang menuntut seorang pengajar memberi porsi besar sebagai fasilitator, bahkan sebagai inspirator dan motivator, bukan hanya sebagai diktator otoritarian dalam sistem pembelajaran yang menyebabkan peserta didik tertekan dan tidak bisa memiliki kekuatan untuk unjuk kecerdasan yang dimiliki. Maka dari itu pengajar yakni guru SMA YP. Sultan Iskandar Muda adalah salah satu aplikasi yang berperan penting dalam penerapan toleransi. Seorang Universitas Sumatera Utara 87 guru diharapkan mampu menjadi fasilitator bagi siswa untuk menerima dan memahami nilai nilai toleransi sosial di dalam masyarakat, sebagai lingkup kecil adalah di dalam lingkungan sekolah. Misalnya saja guru menciptakan aturan- aturan bagi siswa yang mengatur tentang hal berkenaan toleransi contoh nya adalah aturan bagi siswa untuk tidak saling mengejek agama atau suku teman lainnya atau guru akan memberi sanksi pada siswa yang melanggar. Seperti yang dijelaskan salah seorang guru SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan : “Memang benar semua guru dimintauntuk membmbing siswauntuk dapat saling menghargai dalam perbedaan, contoh nya aja memberikan gambaran bagi siswa tentang bhineka tunggal ika atau menekankan siswa untuk tidak saling mengejek tetntang agama atau pun soal perbedaan lainnya, atau guru akan memberi saksi-sanksi kepada mereka karena itu termasuk ketidakdisiplinan dan sekolah tidak akan mentolerir hal ini.” Wawancara dengan Ibu Linda Dorothea, Spd. Guru Bahasa Indonesia SMA Aplikasi lainnya adalah s ekolah membuat beberapa program untuk meringankan siswa-siswi yang tidak mampu dan melarang adanya siswa kaya yang membedakan atau mempetak petakkan diri mereka dari siswa-siswi yang kurang mampu, seperti adanya program Anak Asuh Berantai, berantai disini maksudnya program ini berjalan dengan adanya kerja sama dari beberapa perusahaan atau disebut orang tua asuh yang diajukan profil siswa-siswi anak asuh yang tentunya di beri syarat harus memiliki prestatsi yang cukup baik, lalu siswa-siswi yang diajukan profile nya akan memiliki perbedaan baik agama ataupun etnis dari calon orang tua asuh nya, misalnya anak asuh beretnis tiong hoa Universitas Sumatera Utara 88 akan di usulkan kepada calon orang tua asuh yang beretnis batak misalnya. Seperti yang di jelaskan ibu Amel selaku koordinator Program Anak Asuh : “Jadi memang setiap tahunnya kita menerima anak asuh dengan beberapa test kemmapuan dasar dan survei rumah untuk melihat seberapa pantas anak tersebut untuk masuk di program ini, sebab kami tidak hanya menerima sekedar anak yang tidak mampu dari segi ekonomi, namun harus memiliki semangat belajar yang baik. Dan setelah mereka diterima, mereka akan di ajukan kepada beberapa calon orang tua asuh, dan kami mengajukan anak-anak asuh kami secara berantai atau menyilang maksudnya adalan anak-asuh beragama islam diajukan ke calon orang tua asuh yang beragama buddha.dan begitu sebaliknya.” Hasil wawancara dengan Koordinatur Program Anak Asuh YP. Sultan Iskandar Muda Medan, 20 November 2015 Seperti yang dijelaskan koordinator program ini, hal ini juga di benarkan oleh salah satu siswa SMA YP. Sultan Iskandar Muda ini yang juga merupakan salah satu anak asuh di sekolah ini M. Iqbal Fauzi kelas XII MIA : “saya masuk ke sekolah ini sejak smp kak, dan menerima beasiswa penuh dari program anak asuh. Saya suka sekali bersekolah disiini teman-teman saya baik kali sama saya walaupun saya anak asuh, bebearapa teman saya adalah anak orang kaya tapi mereka tak pernah beda-bedain. Orang tua asuh saya beretnis tiong hoa dan beragama khatolik, saya sendiri muslim dengan keturunan tiong hoa, mendiang ayah saya berdarah china. Universitas Sumatera Utara 89 Bukan hanya program Anak Asuh berantai, YP. Perguruan Sultan Iskandar Muda juga memberikan bantuan-bantuan kepada siswa yang orangtua nya dianggap kurang mampu dalam segi ekonomi seperti pemberian pengurangan uang sekolah kepada siswa-siswi kurang mampu dengan syarat tidak boleh lalai dalam tanggung jawab sebagai siswa, atau pemberian bantuan berupa uang atau beras pada acara-acara hari besar keagamaan misalnya isra’ mi’raj dan waisak. Kegiatan ini ditujukan semata-mata untuk membantu siswa-siswi yang kurang mampu tanpa ada tujuan untuk merendahkan mereka sekaligus sebagai salah satu aplikasi penerapan toleransi yang mendidik siswa untuk saling tolong menolong tanpa membeda-bedakan siapa yang ditolong. Dan siswa-siswi lainnya diajarkan untuk bertoleransi dan memahami bahwa tolong menolong tidak boileh memandang status sosial, agama atau etnis seseorang. Sebab biaya pengurangan, uang sumbangan atau beras tersebut asal nya dari siswa, seperti motto YP. SIM itu sendiri, dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa. Hal ini dijelaskan oleh bapak kepala sekolah SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan sebagai berikut : “ di sekolah ini, semua siswa dengan status sosial apapun boleh bersekolah disini, kami juga membuat beasiswa bagi siswa berprestasi, pengurangan uang sekolah bagi siswa yang kurang mampu, serta bantuan- bantuan yang diberikan di perayaan hari besar di sekolah ini, semua itu kami subsidikan dari uang sekolah siswa serta uang sumbangan siswa, jadi ya semua berasal dari siswa dan kami distribusikan ke siswa” Hasil wawancara dengan Bapak Edy, Kepala Sekolah SMA Sultan Iskandar Muda Universitas Sumatera Utara 90 Konsep toleransi mengandung arti sebagai suatu sikap untuk tidak menghina, tidak mencela, tidak menghujat, tidak merasa benar sendiri, dan tidak ingin menang sendiri dalam hidup bersama dengan komponen lain yang berbeda dengan keberadaan kita. Saling hormat menghormati dalam kehidupan beragama. Sumber: Encarta Encyclopedia, 2002. Sehingga dari konsep ini lah sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan menerapkan sikap toleransi yang menegaskan bahwa semua murid yang bersekolah di sekolah ini memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa ada pengkotak-kotakan. Sekolah mendidik agar siswa-siswi yang bersekolah disini untuk dapat saling menghargai dan menghormati perbedaan- perbedaan yang ada dan tidak membeanrkan adanya perkelahian antar siswa karena kedisiplinan adalah salah satu yang wajib dimiliki siswa. Kebalikan dari sikap toleransi adalah sikap intoleransi. Sikap intoleransi hanya akan menimbulkan rasa saling curiga, saling benci, saling hina, saling menyalahkan, yang pada gilirannya akan menimbulkan kon flik sosial yang sia-sia. Riva Rizal : 2011 dan hal inilah yang tidak diinginkan pihak sekolah sehingga sejak awal sekolah ini memang dibangun dengan konsep toleransi agar tercipta sebuah lembaga pendidikan yang tidak hanya berkualitas dari segi prestasi tetapi juga dalam pendidikan moral nya. Sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan ini ingin membentuk manusia yang tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan tetapi juga berakhlak dan berbudi luhur. Pihak sekolah juga sangat menekankan pada siswa untuk saling menghargai dan menghormati sesama murid dengan tidak membedakan teman dari status socialnya dari etnisnya maupun agamanya. Sekolah juga ingin siswa memahami pentingnya bertoleransi dalam kehidupan, tidak hanya dalam kehidupan di sekolah namun juga di lingkungan Universitas Sumatera Utara 91 masyarakat luas. Saat nanti siswa akan menghadapi kehidupan social mereka sesudah menyelesaikan pendidikan. Hal hal tersebut di tanamkan pada siswa oleh guru-guru yang mengajar di sekolah ini. Bukan hanya dari teori nya saja namun dengan memberi contoh contoh kecil yang mudah dipahami siswa agar mereka tidak merasa kesulitan untuk berbaur di sekolah dengan banyak keragaman seperti sekolah YP. Sultan Iskandar Muda ini. 4.3.4 Interaksi siswa siswi SMA YP. Sultan Iskandar Muda di dalam lingkungan sekolah yang multikultural Interaksi dari berbagai segi kehidupan yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari akan membentuk satu pola hubungan yang saling mempengaruhi sehingga akan membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak social dan komunikasi ini pasti terjadi dimana saja, di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Yang akhirnya membangun sebuah hubungan baik itu hubungan kerjasama, hubungan pertemanan maupun hubungan kekeluargaan. Di sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan terdapat play group, taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA dan SMK, tetapi dalam penelitian saya melihat hubungan social yang terbangun antar siswa dengan siswa maupun dengan gur- guru serta staff lainnya pada tingkat SMA. Siswa SMA pastinya memiliki nalar yang lebih tinggi dari siswa SD atau SMP, lebih mudah menyampaikan sesuatau pada siswa SMA namun lebih sulit dalam pengendalian social nya sebab mereka dalam masa memberontak dan memiliki keegoisan masing-masing. Ada banyak Universitas Sumatera Utara 92 jenis siswa di SMA YP. Sultan Iskandar Muda, dari siswa berprestasi yang rajin hingga siswa yang sangat sulit diataur dan tidak disiplin. Interaksi yang mereka lakukan tentu lebih banyak dibanding siswa smp, mereka mulai aktif di dalam organisasi atau klub yang ada di sekolah misalnya klub anggar atau klub sains. Jadi komunikasi dan kontak social yang terjalin tidak hanya terjadi didalam kelas saja. Tentu tidak semua siswa mudah berbaur dan tidak semua siswa yang memiliki sikap bertoleransi. Ada beberapa siswa yang berkelompok juga. Ada pula siswa yang tak pandai bergaul dan selalu menyendiri. Seperti yang dijelaskan dari hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia yang juga seorang guru BP, bu Linda : “Ya namanya juga remaja, terkadang ada saja tingkah lakunya mulai dari ketidakdisiplinan atau ingin dianggap hebat. Terkadang ada siswa yang tidak punya teman dan selalu sendiri, tetapi ada juga beberapa siswa yang senang berkelompok dengan memilih teman kelompok yang sepadan misal kelompok anak-anak orang kaya atau kelompok anak-anak pintar, tetapi guru akan mencoba memberi pengertian dengan mencoba membuat mereka membaur dengan yang lain.” Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal utama dalam dunia pendidikan, sekolah juga dapat dikatakan sebagai kelompok sosial karena adanya interaksi sosial yang berlangsung didalamnya seperti interaksi antara guru dan murid dimana mereka dapat berinteraksi lebih dekat. Contohnya saat murid kurang paham tentang pelajaran yang diberikan oleh gurunya, maka guru dapat memberikan penjelasan yang lebih detail. Robert K Merton menyatakan Universitas Sumatera Utara 93 sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, disebut kelompok sosial, hal ini menegaskan bahwa sekolah merupakan kelompok sosial. Merton membagi tiga kriteria suatu kelompok : 4. Memiliki pola interaksi 5. Pihak yang berinteraksi mendefenisikan dirinya sebagai anggota kelompok 6. Pihak yang berinteraksi didefenisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok. Sehingga terbangunlah sebuah hubungan didalam lingkungan sekolah, antara siswa dan guru ataupun pegawai di sekolah serta antara siswa dengan siswa. Sebab tidak hanya siswa yang berbeda-beda bahkan guru-guru serta pegawai sekolah seperti satpam atau penjaga kantin berasal dari beragam suku atau etnis maupun agama. Namun diharapkan siswa dapat memiliki hubungan yang baik sehingga menghindari hal-hal yang tidka diinginkan. Hubungan ini akan semakin kuat jika diantara mereka ada kepentingan atau pun adanya kepercayaan. Namun tidak jarang terjadi hubungan yang tidak baik misalnya perkelahian atau pun hubungan siswa laki-laki dan perempuan yang tidak semestinya dibentuk di sekolah.sekolah melarang adanya hubungan pacaran disekolah karena pihak sekolah merasa siswa tidak seharusnya membangun hubungan seperti ini, siswa memiliki tanggung jawab sebagai seorang siswa, yakni belajar dan menaati peraturan. Oleh karena itu sekolah membentuk beberapa organisasi dan klub klub di sekolah yang bersifat mendidik siswa dalam berkerjasama dalam kelompok serta Universitas Sumatera Utara 94 mendidik siswa untuk berbaur. Seperti organisasi OSIS SMA yang akan di pilih ketua dan wakil serta anggota kepengurusan nya setahun sekali. Ketua osis bertanggung jawab untuk aktivitas osis di sekolah dibantu oleh wakil, sekretaris dan bendahara, anggota osis adalah seluruh siswa SMA Sultan Iskandar Muda. Jadi osis akan melakukan aktivitas berdasarkan musyawarah dengan seluruh siswa yang merupakan anggota osis. Dengan begini osis tidak hanya milik ketua atau wakil saja, semua siswa berhak untuk memberi pendapat, ini bertujuan agar menjadi jalan bagi siswa yang mungkin sifatnya pemalu untuk dapat berbaur dengan teman-teman lainnya, misalnya saja pelaksaan Pentas Seni atau karya wisata sekolah, semua siswa akan diberi kesempatan yang sama untuk berpendapat dan untuk ikut serta dalam acara tersebut. Seperti yang diungkapkan salah satu siswa XI MIPA yang juga salah seorang anggota osis, Abella: “anggota osis ada ketua wakil sekretaris bendahara dan beberapa seksi bagian yang dibentuk berdasarkan pendapat bersama kak, kami semua ada tugas masing masing, tapi ya kalo ada acara kami juga datang ke setiap kelas buat jelaskan sama kawan-kawan rencana acara itu. Tentang tempat waktu dan biaya pelaksanaan nya kak, mana tau ada kawan kawan yang keberatan, karena kan kas osis ga selalu ada untuk acara-acara kami, jadi ya kami baisanya bakal kutip biaya per orang dan tentu harus sepakat berapa banyak” Sumber: hasil wawancara tanggal 27 Oktober 2015 Dengan organisasi-organisasi tersebut siswa akan terbiasa berinteraksi dengan teman-teman dan juga guru-guru. Sehingga mereka mampu menjadi Universitas Sumatera Utara 95 pribadi yang tidak tertutup dan dengan seringnya interaksi yang terjadi mereka akan memiliki hubungan satu sama lain yang menuntut mereka untuk saling menghormati satu sama lain. Seperti m enurut Woodworth, cara individu mengembangkan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu individu bertentangan dengan lingkungannya, individu menggunakan lingkungannya, individu berpartisipasi dengan lingkungannya dan individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Jadi dengan adanya kegiatan-kegiatan dalam organisasi organisasi di sekolah membuka kesempatan bagi siswa siswi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekolah serta membiasakan mereka secara individu untuk bersosialisasi dengan anggota kelompok dalam organisasi yang ada. Tidak hanya osis di sekolah ini ada kegiatan Pramuka, PMI, Radio SIM, kegiatan extrakurikuler seperti di bidang music, klub klub ilmiah, serta olahraga. 4.3.5 Kendala Yang Muncul Dalam Penerapan Toleransi Sosial di lingkungan SMA YP. Sultan Iskandar Muda yang Multikultural Toleransi adalah suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk membiarkan kebebasan kepada orang lain serta memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut sebagai pengakuan hak-hak asasi manusia. Pelaksanaan sikap toleransi ini harus didasari sikap kelapangan dada terhadap orang lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang dipegang sendiri, yakni tanpa mengorbankan prinsip-prinsip tersebut. Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan atau prinsip orang lain tanpa mengorbankan prinsip sendiri. Universitas Sumatera Utara 96 Tentu hal itu harus berdasarkan kesadaran yang tumbuh bukan berdasarkan keharusan apalagi dipaksakan. Bertoleransi berarti menghargai kebebasan dari perbedaan orang lain tanpa mengorbankan kebebasan diri sendiri bukan hal mudah untuk di biasakan pada siswa-siswi SMA yang dalam usia belia yang memiliki ego yang tinggi. Itu lah sebabnya pasti ada saja kendala-kendala yang di hadapi kepala sekolah dan guru-guru SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan dalam menerapkan toleransi di lingkungan sekolah yang multikultural ini. Misalnya saja pada saat di lingkungan sekolah masih ada saja siswa yang tidak mau bergabung dengan teman yang tidak seagama, hanya berkumpul dengan teman-teman yang seagama dengan nya. Dengan alasan tidak nyaman jika berbicara kegiatan-kegiatan agama dengan teman yang bukan seagama dengannya. Seperti yang dijelaskan anggi salah satu siswa beragama Kristen : “iya kak kadang kami bukan gak menghormati tapi kami gak nyaman kan kalau mau bicara kegiatan agama kami, makanya kami punya kelompok yang isinya agama Kristen semua kami sebut kelompok kami anak tuhan, hehehe, kami sering membahas kegiatan di gereja, anggota kor gereja sim ini juga. Tapi kalau dikelas kami berteman kok sama yang lain.” Hasil wawancara dengan Anggiat, 25 November 2015 Atau masalah lain misalnya siswa yang minder dan menarik diri karena berasal dari keluarga sederhana dan masuk program anak asuh. Ada beberapa siswa anak asuh yang menjauhkan diri dan senang menyendiri, dan benar ada beberapa siswa yang dengan orang tua kaya yang suka berbuat remeh terhadap Universitas Sumatera Utara 97 siswa kurang mampu dari status sosial. Seperti yang diungkapkan salah satu siswi : “ ada kak geng cantik di kelas XI, tapi aku gak usah sebutin namanya deh, yang jelas ini group cewek-cewek anak orang kaya, mereka merasa berkuasa di sekolah, dan gak mau gabung sama siswi yang ga seleb]vel dengan mereka, sebenarnya dah sering di tegur guru, mereka juga sering gak disiplin berpakain missal rok nya tidak sama panjang dengan yang seharusnya atau lebih pendek dan ketat, alasan mereka kalau pakai seragam longgar jadi kelihatan jelek. Ada juga siswa cowok yang suka ngejek ngejek kawan yang baju nya lusuh misalnya atau nunggak uang sekolah, ejek-ejekan akhirnya berantem. Gitu sih setau aku kak. Hasil wawancara dengan Nichta tanggal 23 November 2015 Sikap toleran di terapkan dengan tujuan agar menghindari perpecahan diantara siswa serta agar siswa dapat menjadi manusia yang tidak hanya cerdas dalam ilmu namun juga menjadi manusia yang mampu terjun di masyarakat dengan menghargai dan menghormati perbedaan di lingkungan nya nantinya. Tapi tentu tidak lah semudah membalikkan tangan, sebab tidak semua siswa memiliki watak yang sama dan pemikiran yang sama. Berikut beberapa permasalahan yang pernah muncul yang berhubungan dengan penerapan toleransi di lingkungan siswa SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan yang saya peroleh dari hasil percakapan dengan para siswa dan guru: 1. Pertengkaran siswa karena permasalahan saling mengejek agama atau mengejek status orang tua salah satu teman. Universitas Sumatera Utara 98 2. Membentuk kelompok berdasarkan gaya hidup, agama atau etnis yang sama. 3. Beberapa siswa yang menyendiri karena merasa minder dan merasa tidak diterima teman-temannya karena merasa tidak kaya atau tidak gaul. 4. Kurangnya kesadaran siswa dalam menghormati aktifitas agama teman yang lain contohnya kurangnya kepekaan siswa non muslim pada saat bulan ramadhan dengan makan atau minum seenaknya di depan temannya yang berpuasa, siswa yang bermain main dan mengotori lantai gereja, atau siswa yang mebuat keributan pada saat ada kegiatan belajar agama di masjid. 5. Masih adanya siswa yang malu karena merupakan anggota anak asuh berantai, karena teman-temannya berasal dari keluarga menengah ke atas. Contoh diatas merupakan beberapa contoh masalah yang dihadapi dalam menerapkan toleransi pada siswa siswi SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan. Ada banyak kasus kasus yang serupa setiap bulannya dan sering masuk kedalam buku ketidakdisiplinan siswa. Guru-guru juga membenarkan hal tersebut seperti yang diungkapkan salah satu guru SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan berikut : “Sekolah ini memiliki ribuan siswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda baik dari status sosial, agama maupun etnis dan budaya. Sehingga tidak mustahil jika muncul permasalahan diantara siswa karena berkaitan dengan hal ini. Misalnya bertengkar karena saling mengejek agama atau contohnya salah satu siswa mengejek temannya beretnis india yang kulitnya hitam, akhirnya bertengkar. Atau misalnya saja siswa yang tidak punya teman Universitas Sumatera Utara 99 karena merasa di jauhi, hal seperti masih ada ditemukan diantara siswa. Namun tidak sampai pada pelanggaran disiplin yang terlalu berat.” Hasil wawancara dengan Bapak Ebenezer, guru Agama Kristen SMA YP. Sultan Iskandar Muda Hal ini menunjukkan toleransi bukan lah hal yang dapat kita sepelekan. Karena konflik di masyarakat sekarang sekarang ini besar berasal dari SARA. Sehingga mendidikkan sikap toleransi yang benar memang harus sejak dini, baik dirumah maupun di sekolah agar anak tidak tumbuh sebagai manusia yang sombong dan tidak mampu menjadi makhluk sosial yang baik. Karena toleransi adalah pengendali konflik yang berasal dari perbedaan SARA, tidak sedikit kasus konflik SARA di Indonesia seperti contoh konflik di POSO yang berkepanjangan. Disini lah toleransi dibutuhkan agar konflik dapat dihindari. Tidak hanya di lingkungan masyarakat luas namun dalam lingkungan sekolah toleransi perlu di terapkan agar tercipta suasana belajar mengajar yang nyaman dan tenang sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan lancar. 4.3.6 Peran guru dan tindakan yang dilakukan sebagai pengendali masalah yang muncul dalam proses penerapan toleransi multicultural pada siswa Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai. Sosiologi berpandangan bahwa perilaku itu tidak bebas, melainkan mengikuti pola yang kontinu dan diatur oleh nilai-nilai yang ada di masyarakat. Secara garis besar ada empat sumber nilai, yaitu norma-norma, agama, peraturan dan perundang- Universitas Sumatera Utara 100 undangan, dan pengetahuan. Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada anak-anak di sekolah. Wuradji mengatakan: a. Sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk memperbaiki kebiasaan- kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di masyarakat dan b. Sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta teknologi baru. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman. Sama halnya dengan guru guru SMA di YP. Sultan Iskandar Muda Medan yang memiliki peran untuk mengontrol masalah yang muncul di antara siswa yang muncul akibat kurang nya kesadaran siswa tentang toleransi. Guru berperan sebagai pendidik, tauladan sekaligus teman bagi siswa maksudnya adalah guru tidak hanya bertuga mengajar bidang studi untuk siswa dalam kelas tetapi sekaligus sebagai tauladan atau contoh bagi siswa dalam sikap dan tingkah laku lalu mampu menjadi teman bagi siswa sehingga siswa tidak takut pada guru namun hormat dan taat. Dalam mengontrol dan menangani masalah masalah yang muncul diantara siswa yang berkenaan dengan sikap toleransi tersebut guru akan memberikan sanksi pada siswa dan tidak ada pembedaan pada siapapun siswa yang melakukan kesalahan. Misalnya saja dua siswa bertengkar karena permasalahan merasa Universitas Sumatera Utara 101 terhina agama nya, guru akan menghukum keduanya, tidak hanya salah satu. Dan sanksi yang diberikan tidak berupa pukulan atau hukuman fisik semata. Biasanya guru akan memerintahkan siswa yang berkelahi membersihkan lingkungan sekolah dari sampah atau membersihkan kamar mandi sekolah. Atau sanksi lainnya adalah meminta maaf di depan kelas di hadapan teman-teman lain bahwa mereka sudah melakukan kesalahan. “ Sekolah melarang adanya hukuman fisik seperti memukul siswa, sebenarnya itu memang tepat karena siswa bukan binatang yang harus dipukuli dahulu agar mengerti, tetapi terkadang siswa yang keterlaluan nakalnya sangat menguji kesabaran guru. Biasanya saya pribadi akan menyuruh siswa membersihkan toilet sekolah. Harus dilakukan bersama-sama, agar mereka memahami bekerja sama akan meringankan pekerjaan mereka dan tidak harus memandang siapa teman yang bekerja sama dengan nya semua siswa adalah teman dan hubungan pertemanan tidak berbatas pada agama, suku atau warna kulit.” hasil wawancara dengan Bapak Dharma Berlim, guru agama Buddha, tanggal 19 Oktober 2015 Toleransi merupakan dasar bagi kita untuk bisa menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis. Itu sudah menjadi keinginan semua manusia untuk hidup damai dan sejahtera tanpa adanya konflik. Konflik ini menyebabkan banyak sekali kerugian bahkan merenggut nyawa hanya karena konflik ini. Untuk itulah mari kita sama-sama untuk memahami betapa pentingnya multikultural, karena Indonesia masyarakatnya multikultural dan mempunyai keunikan Universitas Sumatera Utara 102 tersendiri. Tak dapat dipungkiri bahwa kita juga harus menerima Indonesia merupakan masyarakat yang multikultural. Jadi bukan jadi alasan keadaan lingkungan yang multikultural sebagai penyebab adanya konflik. Begitupun dengan sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan, dengan adanya toleransi multikultural demi menciptakan sekolah yang berdasarkan Bhineka Tunggal Ika yang menghargai dan menghormati perbedaan sehingga melahirkan generasi-generasi muda yang siap terjun di masyarakat sebagai manusia sosial yang tidak egois. Di Indonesia pendidikan intelek jelas dibutuhkan akan tetapi pendidikan moral pun sama penting dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, terutama untuk generasi muda yaitu pelajar dan mahasiswa. Para kaum muda merupakan generasi penerus yang akan menentukan jalannya bangsa ini untuk kedepannya. Namun disinilah yang menjadi kekhawatiran bangsa ini karena pendidikan intelek tidak sebanding dengan pendidikan moral padahal kedua objek ini seharusnya saling berbanding lurus. Menurut cara pandang semakin tinggi intelektual seharusnya semakin baik pula moralnya. Namun banyak pula kita temukan seseorang yang berprestasi akan tetapi tidak bermoral. Sistem pembelajaran di indonesia ini harus diberlakukan dengan seimbang agar para pendidik tidak hanya berprestasi tetapi juga mempunyai moral yang baik. Maka dari itu pengajar sangat penting bagi pendidiknya. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak usia sekolah lebih memilih untuk berinteraksi dengan rekan-rekan mereka. Dalam konteks sekolah, itu adalah hubungan ini dimana menghormati rekan, bantuan, berbagai, Universitas Sumatera Utara 103 dan umumnya sopan terhadap satu sama yang lain. Konsep interaksi dengan rekan sebaya adalah komponen penting dalam teori pembangunan sosial Rubin, 2009. Oleh karena itu, seorang pengajar harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan satu sama lain melalui tugas-tugas kelompok untuk berlatih mendengarkan penuh perhatian untuk membangun rasa hormat, saling tolong-menolong, berbagi dengan bersikap sopan terhadap yang lainnya. Dalam artikel yang berudul “ Classroom discourse to foster religious harmony”. Di sini bahwasannya faktor yang mendominasi adalah adanya sikap toleransi. Dengan sikap toleransi, maka suatu hal itu akan bisa dilakukan dengan baik. Disini kita bertoleransi dalam segala aspek, baik itu toleransi dalam beragama, budaya, sosial dan dalam segala aspek lainnya. Kehidupan berbangsa dan bernegara pada hakikatnya merupakan kehidupan masyarakat bangsa. Di dalamnya terdapat kehidupan berbagai macam pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda. Demikian pula di dalamnya terdapat berbagai kehidupan antar suku bangsa yang berbeda. Namun demikian perbedaan- perbedaan kehidupan tersebut tidak menjadikan bangsa ini tercerai-berai, akan tetapi justru menjadi kemajemukan kehidupan sebagai suatu bangsa dan Negara Indonesia. Oleh karena itu kehidupan tersebut perlu tetap dipelihara agar tidak terjadi disintegrasi bangsa. Banyak contoh toleransi, yaitu suatu contoh toleransi seorang guru terhadap muridnya yang berbeda agama kristen, yaitu dengan cara seorang guru memberikan hak terhadap dia ketika belajar “Sejarah Kebudayaan Islam” misalnya. Apakah dia mau ikut, atau tidak itu tergantung siswa tersebut. Universitas Sumatera Utara 104 Seberapa pentingkah toleransi itu? Toleransi itu penting bahkan sangat penting dalam kehidupan ini. Contohnya dalam kehidupan sekolah, dalam kehidupan di sekolah maka perlu adanya toleransi. Baik antar kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, kepala sekolah dengan murid, guru dengan guru maupun murid dengan murid. Dengan adanya toleransi disekolah maka akan terbentuknya pembelajaran yang kondusif. Selain itu juga, dengan toleransi maka akan memupuk rasa tali prsaudaran yan sangat erat hubungannya. Untuk itulah peran guru dalam mendidikkan sikap toleransi sangat besar peran nya. Tidak hanya sebagai pendidik yang mendidikkan sikap tersebut namun juga sebagai pengendali masalah yang muncul sewaktu-waktu diantara siswa. Menurut kepala sekolah SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan guru-guru diharapkan tidak hanya bertindak agar ditakuti siswa sebab jika guru hanya ditakuti maka siswa akan tidak disiplin jika guru tidak ada, namun hal yang diharapkan terhadap guru adalah agar siswa dapat menerima apa saja yang disampaikan guru dan mampu memberi contoh nyata bagi siswa agar siswa membawa sikap disiplin dan toleran kemanapun dia berada. “ Guru bukan lah sosok untuk ditakuti, sangat disayangkan apabila guru menjadi momok menakutkan bagi siswa. Saya selalu menyampaikan pada guru- guru jadi lah seperti teman, guru memberi hukuman yang pantas saat siswa melakukan kesalahan sehingga siswa tidak merasa tidak adil yang justru mengakibatkan dia mengulangi kesalahannya namun juga tidak membiarkan siapapun siswa yang melakukan kesalahan. Toleransi harus dipupuk semenjak dini bahkan sampai manusia sudah dikatakan dewasa toleransi masih sangat Universitas Sumatera Utara 105 dibutuhkan. Dan sekolah adalah salah satu lembaga yang mendidikkan tidak hanya hal-hal intelektual namun juga pendidikan moral.” Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan Dalam proses mengajar guru-guru juga kerap menceritakan beberapa cerita sebagai tauladan bagi siswa. Cerita-cerita yang menginspirasi terbentuknya sekolah YP. Sultan Iskandar Muda, bahwa pendiri sekolah menginginkan suatu lembaga pendidikan yang bukan hanya menghasilkan manusia yang cerdas akal namun juga manusia yang berakhlak dan berbudi luhur. Nasihat ini yang selalu ditanamkan pendiri sekolah yakni Bapak dr. Sofyan Tan yang saat ini menjabat sebagai salah satu anggota DPR RI, di setiap kesempatan beliau berpidato di depan siswa-siswi YP. Sultan Iskandar Muda Medan. Universitas Sumatera Utara 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman baik suku, ras maupun agama. Sebagaimana semboyan Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti meski berbeda-beda namun tetap satu jua, yakni Indonesia. Dari semboyan tersebutlah rakyat Indonesia di harapkan dapat tetap berdampingan secara damai dalam keberagaman tersebut. Dimana Indonesia merupakan Negara dengan beragam suku, etnis dan juga agama. Negara kita memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa, dan 6 agama nya yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghuchu. Menyadari bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari beberapa pemeluk agama dan banyak suku, yang sangat beraneka ragam. Maka, pencarian bentuk pendidikan alternatif mutlak diperlukan. Yaitu suatu bentuk pendidikan yang berusaha menjaga kebudayaan suatu masyarakat dan memindahkanya kepada generasi berikutnya, menumbuhkan akan tata nilai, memupuk persahabatan antara siswa yang beraneka ragam suku, ras, dan agama, mengembangkan sikap saling memahami, serta mengerjakan keterbukaan dan dialog. Solusi seperti inilah yang banyak ditawarkan oleh “banyak ahli” dalam rangka mengantisipasi konflik SARA dan menuju perdamaian abadi, yang kemudian terkenal dengan sebutan “toleransi”. Universitas Sumatera Utara