6.2 Strategi Adaptasi Responden Terhadap Banjir
Rob
Kondisi lingkungan dan tempat tinggal yang telah disebutkan sebelumnya tidak membuat responden berniat untuk berpindah ke lokasi lain. Seluruh
responden menyatakan akan tetap mempertahankan kepemilikan rumah maupun keberadaan mereka di rumah tersebut meski terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh
jarak antara lokasi tempat tinggal dengan berbagai fasilitas publik dan lokasi mencari nafkah yang relatif dekat, dengan kata lain seluruh responden mengaku
tempat tinggal saat ini berada pada lokasi yang strategis. Saat banjir terjadi responden lebih memilih untuk berada di rumah
dibandingkan mengungsi ke tempat lain. Hal ini karena durasi banjir rata-rata tidak terlalu lama atau masih dapat dihitung dalam satuan jam. Umumnya banjir
terjadi sekitar pukul 05.00 pagi dan surut perlahan-lahan hingga siang hari. Pilihan responden untuk tetap tinggal menimbulkan konsekuensi untuk
beradaptasi dengan kondisi lingkungan, yaitu dengan meningkatkan kapasitas atau daya tahan tempat tinggal dari dampak yang ditimbulkan banjir. Berdasarkan data
yang diperoleh terdapat 86 responden yang melakukan adaptasi tempat tinggal
terhadap banjir rob. Sedangkan, sebanyak 14 responden tidak melakukan
adaptasi terhadap banjir. Responden yang tidak melakukan adaptasi tempat tinggal yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah responden yang tidak mengeluarkan tambahan biaya untuk meningkatkan daya tahan atau kapasitas tempat tinggal
yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan saat ini. Hal tersebut disebabkan responden merupakan penyewa atau pemilik yang menempati rumah dengan
kapasitas yang telah sesuai dengan kondisi lingkungan, yakni banjir. Proporsi
tersebut ditampilkan pada Gambar 16 berikut.
Sumber: data primer diolah
Gambar 16. Perilaku Adaptasi Responden Kelurahan Penjaringan Tahun 2011
Terdapat tiga strategi adaptasi tempat tinggal yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu membuat tanggul permanen maupun non-permanen di pintu
masuk maupun teras rumah, meninggikan lantai dasar penimbunan tanah, dan menambah jumlah lantai rumah. Selain itu, terdapat adaptasi yang dilakukan
secara swadaya kolektif oleh responden tertentu, seperti peninggian jalan di depan rumah. Penerapan dan jumlah responden yang melakukan adaptasi tempat
tinggal dan peninggian jalan ditunjukkan pada Gambar 17 berikut.
Sumber: data primer diolah
Gambar 17. Penerapan Strategi Adaptasi Tempat Tinggal Responden Kelurahan Penjaringan Tahun 2011
Melakukan Adaptasi
86 Tidak Melakukan
Adaptasi 14
10 20
30 40
50
Pembuatan Tanggul
Peninggian Lt. Dasar
Penambahan Lantai
Peninggian Jalan
4 36
4 5
46
14 46
45
Ya Tidak
Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 8 responden membuat tanggul di pintu masuk maupun di teras rumah. Hal ini dilakukan untuk mencegah
masuknya air ke dalam rumah. Strategi adaptasi ini umumnya dilakukan pada rumah responden yang memiliki ketinggian tanah yang lebih rendah dibandingkan
jalan. Sebanyak 72 responden meninggikan lantai dasar rumahnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah air menggenang di dalam ruangan dan merusak harta
benda yang terdapat di dalam rumah. Penambahan jumlah lantai juga dilakukan oleh responden. Tercatat
terdapat 8 responden yang menambah jumlah lantai sebagai salah satu bentuk adaptasi. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan harta benda agar tidak
mengalami kerugian yang lebih besar. Selain itu, berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden, kenyamanan merupakan alasan utama dari penambahan
jumlah lantai, terutama jika genangan air di lantai dasar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk surut. Keberadaan lantai tambahan memberikan
keleluasaan bagi responden untuk dapat beristirahat meskipun genangan air masih menggenang di lantai dasar rumah.
Bentuk lain dari strategi adaptasi yang dilakukan responden di luar adaptasi daya dukung rumah adalah peninggian jalan. Peninggian jalan ini
dilakukan karena posisi jalan gang di depan rumah responden lebih rendah dibandingkan jalan utama yang ada di lokasi penelitian. Hal ini disebabkan
peninggian jalan oleh PT Pelabuhan Indonesia Pelindo yang pada dasarnya bertujuan untuk mempermudah akses masyarakat pengguna jalan. Namun,
peninggian jalan ini tidak dilakukan secara merata hingga ke dalam gang yang lebih sempit. Sebagai upaya untuk mengantisipasi menggenangnya air, sejumlah
responden yang tinggal di gang tersebut juga melakukan peninggian jalan secara swadaya. Jumlah responden yang melakukan adaptasi peninggian jalan adalah 10
. Berdasarkan data dan pengamatan, diperoleh kombinasi antar pola
adaptasi yang dilakukan oleh responden. Strategi adaptasi responden terbagi menjadi adaptasi tunggal, yaitu responden hanya melakukan satu bentuk adaptasi
saja, dan strategi adaptasi kombinasi, yaitu responden melakukan lebih dari satu bentuk adaptasi. Hal tersebut tercantum dalam Tabel 4 berikut.
Tabel 4.
Perilaku Responden
Kelurahan Penjaringan
dalam Mengkombinasikan Strategi Adaptasi pada Tahun 2011
Kombinasi Adaptasi Pelaku
Pembuatan Tanggul 2
4.65 Peninggian Lantai Dasar
31 72.09
Penambahan Lantai 2
4.65 Peninggian Jalan
2 4.65
Pembuatan Tanggul dan Peninggian Lantai Dasar 1
2.33 Pembuatan Tanggul dan Peninggian Jalan
1 2.33
Peninggian Lantai Dasar dan Penambahan Lantai 2
4.65 Peninggian Lantai Dasar dan Peninggian Jalan
2 4.65
Total 43
100.00
Sumber: data primer diolah
Persentase jumlah responden tersebut didasarkan pada proporsi tiap strategi dan kombinasi terhadap jumlah responden yang melakukan adaptasi, yaitu
43 orang. Mayoritas responden, yaitu sebanyak 86.04 tidak mengkombinasikan strategi adaptasi tempat tinggal atau hanya melakukan satu jenis strategi adaptasi.
Jumlah responden yang melakukan kombinasi adaptasi tempat tinggal sebanyak 13.96 . Jumlah responden terbesar terdapat pada strategi adaptasi peninggian
lantai dasar yaitu 72.09 . Hal ini disebabkan oleh persepsi masyarakat yang menjadikan strategi pola adaptasi ini sebagai kebutuhan. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, responden berpendapat apabila lantai dasar tidak
ditinggikan maka air yang masuk ke dalam rumah akan terus menggenang. Hal tersebutlah yang menjadi prioritas pencegahan bagi mayoritas responden.
Responden juga berpendapat strategi adaptasi ini adalah strategi yang paling efektif.
6.3 Biaya Pencegahan