Program dan Rencana Program Pemerintah di Wilayah Kelurahan

taraf kepe rcayaan 85 α = 0.15. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal, dimana jenis bangunan diduga berpengaruh signifikan terhadap biaya adaptasi.

6.5 Program dan Rencana Program Pemerintah di Wilayah Kelurahan

Penjaringan Terdapat program pemerintah yang telah dilaksanakan untuk mengantisipasi dampak yang lebih luas dari banjir rob di wilayah Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Program tersebut antara lain tanggul pompa Pluit, tanggul pelabuhan Muara Baru, tanggul darmaga Muara Baru, tanggul Pasar Ikan, dan tanggul Luar Batang. Program tersebut diberikan melalui berbagai lembaga pemerintah, yaitu Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta DPU dan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia DKP. Selain itu, sebagai upaya antisipasi dalam keadaan darurat pemerintah melalui DPU menyediakan bantuan berupa beronjong batu kali dan tanggul pasir. Program pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang telah dilaksanakan di lokasi tempat tinggal responden, yaitu wilayah Luar Batang antara lain tanggul, pompa, dan kolam penampungan air. Proses peremajaan tanggul terakhir dilakukan pada tahun 2008, yaitu pasca banjir siklus lima tahunan pada akhir tahun 2007. Proses peremajaan tanggul tersebut dilengkapi bantuan berupa pembangunan kolam penampungan air seluas ± 500 m 2 dan pompa. Kolam berfungsi menampung air saat rob datang, sedangkan pompa berfungsi menyalurkan air dari kolam kembali ke laut. Menurut informasi yang diperoleh dari sebagian besar responden, pompa yang diberikan memberikan manfaat dalam mengurangi ketinggian dan durasi air menggenang di kawasan tersebut. Namun, manfaat ini tidak dirasakan cukup lama karena berselang beberapa bulan sejak bantuan diberikan, pompa tidak dapat difungsikan lagi atau rusak. Hal ini menyebabkan timbulnya persepsi masyarakat bahwa program yang diadakan oleh pemerintah belum cukup memadai. Berdasarkan perhitungan secara semantik, diperoleh nilai 2.30. Artinya, mayoritas responden menyatakan program yang diberikan oleh pemerintah kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini dikarenakan belum adanya optimalisasi program dan tindak lanjut dalam upaya perbaikan pompa maupun bantuan pompa yang baru. Selain itu, ditinjau dari sudut pandang sejumlah responden terdapat penurunan kualitas tanggul dibandingkan kegiatan peremajaan tanggul yang dilakukan pada waktu-waktu sebelumnya. Menurut responden, konstruksi tanggul yang telah diperbaiki pada tahun 2008 tersebut lebih mudah rapuh dan mudah dilewati air rembes. Oleh sebab itu, mayoritas responden memiliki harapan kepada pemerintah agar memperbaiki sarana dan pra sarana untuk meminimalisir dampak banjir rob yang terjadi di lingkungan tersebut. Selain itu, harapan masyarakat terhadap pemerintah, yaitu melakukan pemerataan peninggian jalan, menambah intensitas pengerukan saluran air, dan memberikan kompensasi untuk adaptasi rumah. Namun, hal ini bertentangan dengan pendapat tokoh masyarakat dan sejumlah responden lainnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara dengan sejumlah informan tersebut, daya tahan tanggul menurun karena terdapat perilaku masyarakat yang kurang menyadari pentingnya menjaga keberlangsungan fungsi dari tanggul yang telah dibangun. Misalnya, terdapat masyarakat yang merusak tanggul untuk melakukan ekspansi bangunan rumah sampai di atas air, yaitu dengan memanfaatkan bahan bangunan semi permanen seperti bambu, kayu, dan sebagainya. Hal ini yang diduga sebagai penyebab kerusakan tanggul sehingga daya tahannya menurun. Selain itu, terdapat permasalahan lain seperti sampah dan bangunan-bangunan liar yang berdiri di atas permukaan air. Hal ini menyebabkan berkurangnya kapasitas daya tampung air sehingga lebih mudah meluap ke pemukiman penduduk. Menanggapi hal ini, pemerintah tidak berdiam diri dalam mengupayakan program terkait pengurangan dampak banjir rob. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Kelola Air Wilayah Kotamadya Jakarta Utara, pemerintah Kotamadya akan menyediakan pompa baru untuk dioperasikan kembali di wilayah Luar Batang. Program ini diperkirakan akan dilaksanakan pada pertengahan hingga akhir tahun 2011. Selain itu, berdasarkan informasi yang diperoleh dari DPU, terdapat beberapa program jangka pendek dan jangka panjang yang akan direalisasikan terkait penyediaan sarana untuk mengantisipasi dampak banjir rob tersebut. Program jangka pendek ≤ 5 tahun ke depan yang akan direalisasikan adalah pembuatan tanggul sepanjang garis pantai Jakarta Utara yang melibatkan pihak lembaga pemerintah maupun perusahaan yang beroperasi di wilayah pesisir Jakarta, seperti DPU, DKP, Dinas Perhubungan DKI Jakarta Dishub, Dinas Perikanan DKI Jakarta, PT Kawasan Berikat Nusantara KBN, dan PT Pelabuhan Indonesia Pelindo. Program ini direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2012. Sedangkan rencana program jangka panjang 5 tahun ke depan yang akan dilakukan di wilayah tersebut adalah reklamasi pantai dan Giant Sea Wall. Reklamasi pantai akan dilakukan sepanjang pantai utara Jakarta, yaitu 32 km dimulai dari perbatasan Kecamatan Cilincing dan Bekasi sampai perbatasan Kecamatan Penjaringan dengan Tangerang. Program ini dilaksanakan untuk mengurangi dampak abrasi pantai dan penurunan lahan yang semakin parah di wilayah Jakarta Utara. Selain itu, program lainnya adalah Giant Sea Wall GSW atau dam raksasa yang juga akan dibangun sepanjang pantai utara Jakarta. Pembangunan GSW ini direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2025 dan diperkirakan selesai pada tahun 2030. Program ini merupakan bantuan hibah dari pemerintah Belanda sebagai upaya antisipasi ancaman potensi kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim. Saat ini, program tersebut sudah memasuki tahap kajian teknis meskipun belum terlalu detil. Program-program ini diharapkan dapat mengantisipasi ancaman ekologis dan kerugian masyarakat yang lebih besar akibat banjir rob.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar masyarakat di Wilayah Kelurahan Penjaringan belum memahami istilah dan dampak perubahan iklim. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai perubahan iklim. 2. Mayoritas masyarakat melakukan adaptasi terhadap tempat tinggal mereka demi meningkatkan kapasitas atau daya tahan terhadap banjir rob. Adaptasi tersebut meliputi pembuatan tanggul, peninggian lantai dasar, penambahan lantai, dan peninggian jalan. 3. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan pendekatan biaya pencegahan preventive expenditure, pada tahun 2011 secara agregat diperoleh total biaya adaptasi masyarakat Kelurahan Penjaringan sebesar Rp 50 775 630 927.44 dan biaya rata-rata per rumah tangga adalah sebesar Rp 6 243 929.04. 4. Besar biaya yang dikeluarkan responden dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga, jarak rumah ke laut, dan status kepemilikan. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap biaya adaptasi adalah pendapatan rumah tangga dan status kepemilikan, sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh negatif terhadap biaya adaptasi adalah jarak rumah ke laut. 5. Pemerintah telah menyiapkan beberapa program yang disesuaikan oleh kebutuhan masyarakat seperti penyediaan pompa kembali sesuai dengan harapan masyarakat. Serta, menyiapkan rencana program yang lebih besar