Rancangan Penelitian Pengembangan indeks resiliensi ekosistem dalam pengelolaan terumbu karang
16 Tutupan karang sebagai indikator kondisi terumbu karang sudah lama
mendapat keluhan, misalnya Pearson 1981 dan Done 1988, tetapi belum ada penggantinya yang lebih baik. Kekurangan dari tutupan karang sebagai satu-
satunya indikator ekologis adalah tidak mencerminkan struktur komunitas dan kompleksitas habitat. Conservation International CI telah mengembangkan
sebuah indeks untuk mengukur kualitas atau “kesehatan” terumbu karang yang disebut Reef Condition Index RCI. RCI dihitung berdasarkan 10 peubah
kerusakan terumbu karang dan tutupan karang. Kesebelas peubah tersebut diklasifikasikan ke dalam 4 empat kategori dan masing-masing diberi bobot,
sebagai bonus atau penalti Mckenna et al. 2002, p. 68. Penghitungan ini menghasilkan sebuah angka yang dianggap mencerminkan kondisi umum
terumbu karang. Pengelompokan data tutupan karang dan penilaian peubah lain dilakukan dengan menggunakan skor skala 1-4. Pembulatan nilai peubah dengan
skor membuat RCI menjadi indeks yang kurang sensitif terhadap perubahan komunitas.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menyusun suatu rumus matematis yang dapat digunakan untuk menilai tingkat resiliensi terumbu karang. Tingkat
resiliensi terumbu karang dalam arti kecepatan komunitas karang pulih kembali dari gangguan, tidak dapat dinilai hanya dari tutupan karang. Indeks resiliensi
yang akan dikembangkan didasarkan pada metode transek garis, sebuah metode yang sudah sangat popular digunakan di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.
2.2 Metode Penelitian 2.2.1 Penentuan peubah indikator
Berdasarkan kajian pustaka diperoleh 11 peubah yang dapat menjadi calon
peubah indikator resiliensi terumbu karang. Kesebelas peubah tersebut mewakili 6 enam komponen atau faktor yang berperan besar di dalam pemulihan terumbu
karang Tabel 2, jika terjadi gangguan yang berdampak akut dan berkaitan langsung dengan kelulushidupan karang.
Indeks resiliensi yang dikembangkan dirancang untuk mengukur secara kuantitatif kemampuan terumbu karang pulih kembali ketika mengalami
gangguan kematian karang masal. Di dalam terumbu karang, komunitas karang
17 merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang, sehingga
pemulihan komunitas karang merupakan indikator utama dari pemulihan terumbu karang.
Tabel 2 Daftar 11 peubah indikator resiliensi terumbu karang yang diperoleh dari kajian pustaka.
Komponen Peubah indikator
Unitpenjelasan
A. Warisan biologis Biodiversity
1
Kekayaan genus CGR: coral genera richness
2
Kekayaan kelompok fungsional CFG: coral functional group
jumlah genus jumlah bentuk tumbuh
life form B. Warisan struktural
Habitat complexity and substrate
3
Karang masif dan submasif CMC dan CSC: coral massive
and sub-massive covers
4
Susbtrat yang tidak dapat dihuni USS: unsuitable settlement
substrate tutupan CMC+CSC
tutupan pasir S dan lumpur SI
C. Biota yang datang Mobile link,
Recruitment
5
Jumlah kelas ukuran koloni CSC: coral size classes
6
Jumlah karang ukuran kecil CSN: coral small-size number
jumlah kelas, dengan interval 10 cm
jumlah koloni kecil D. Produktivitas
Regimes
7
Karang CCO: coral cover
8
Algae ALC: algal cover
9
Fauna lain OTF: other fauna cover
tutupan karang tutupan algae
tutupan OTF E. Herbivori
Herbivory
10
Algae berdaging AMC: macroalgal cover
tutupan makroalgae MA
F. Kualitas perairan Water quality
11
Karang Acropora CAC: coral Acropora cover
tutupan karang Acropora
Proses pemulihan kembali terumbu karang tersebut tergantung pada: a Warisan biologis, berupa karang yang selamat dari gangguan. Besar kecilnya
warisan biologis tersebut ditentukan oleh keanekaragaaman hayati komunitas karang saat ini. Karang dari spesies tertentu, genus tertentu, atau dengan
bentuk tumbuh tertentu lebih tahan terhadap gangguan daripada yang lainnya Brown Suharsono 1990; Gleason 1993; Marshall Baird 2000; Ninio
Meekan 2002. Karang yang selamat dari gangguan dapat mempercepat rekolonisasi ruang yang terbuka, baik dari larva yang dihasilkan Miller
Mundy 2003; Starger et al. 2010, dari rekruitmen secara vegetatif Williams et al.
2008; Golbuu et al. 2007, maupun dari pertumbuhan karang tersebut.
18 Peubah indikator dari keanekaragaman hayati karang yang digunakan adalah
keanekaragaman genus CGR, coral genera richness, dan keanekaragaman bentuk tumbuh atau kelompok fungsional karang CFG, coral functional
groups . Keanekaragaman spesies tidak digunakan karena tingginya tingkat
kesulitan identifikasi karang ke tingkat spesies di dalam air, dan kurangnya ahli taksonomi karang di Indonesia Erdinger Risk 2000.
b Warisan struktural adalah bentuk fisik terumbu karang yang akan bertahan ketika terjadi gangguan. Warisan struktural ini berupa kompleksitas habitat
dan substrat yang dapat ditumbuhi karang. Habitat yang kompleks dapat menjaga keanekaragaman ikan Wilson et al. 2007 dan kelangsungan proses
herbivori Ledlie et al. 2007, serta meningkatkan rekruitmen karang Petersen et al.
2005, sehingga sangat penting dalam pemulihan komunitas karang. Kompleksitas habitat terumbu karang biasanya diukur dengan indeks spasial
Rogers et al. 1983, indeks permukaan Roberts Ormond 1987, atau penilaian visual Wilson et al. 2007. Di dalam penelitian ini, yang
menggunakan data transek garis, ukuran kompleksitas habitat diperkirakan berdasarkan tutupan karang masif CMC, coral massive cover dan submasif
CSC, coral submassive cover. Keduanya dapat dijadikan satu peubah sebagai CMS coral massive submassive. CMS, disamping memiliki
kepadatan kerangka yang tinggi juga banyak dilaporkan merupakan kelompok yang tahan resistant terhadap gangguan Gleason 1993; Ninio Meekan
2002. Pada terumbu karang yang mengalami kematian masal, semua bentuk tumbuh karang yang lain akan segera menjadi pecahan karang rubble karena
memiliki kepadatan kerangka kapur yang jauh lebih rendah. Kelimpahan CMS yang tinggi dapat menjamin ketersediaan habitat yang kompleks ketika terjadi
gangguan kematian karang secara masal. Sayangnya kelimpahan CMS tidak hanya menunjukkan kompleksitas habitat yang tinggi tetapi juga berkaitan
dengan kualitas air yang buruk, misalnya dekat sumber polusi dari daratan Erdinger Risk 2000. Hubungan antara kelimpahan CMS dengan resiliensi
menjadi tidak linier, melainkan seperti parabola kuadratis, sehingga tidak dapat secara langsung dijadikan sebagai peubah indikator dari resiliensi
terumbu karang.
19 Sebagian struktur terumbu karang merupakan substrat keras yang stabil
sehingga dapat ditumbuhi larva karang, tetapi sebagian lainnya tidak. Besarnya jumlah substrat yang dapat ditumbuhi oleh karang sulit diukur pada
transek, karena sebagian substrat stabil tersebut sedang ditumbuhi dan tertutup oleh karang atau oleh biota lainnya. Di dalam penelitian ini peubah indikator
yang digunakan adalah besarnya substrat yang tidak dapat digunakan larva karang untuk menempel dan tumbuh USS, unsuitable settlement subsrate,
sehingga tidak ditumbuhi karang atau benthos lainnya, yaitu tutupan pasir dan lumpur. Peubah indikator USS tersebut bersifat negatif terhadap potensi
pemulihan karang sehingga memiliki tanda kurang - di dalam rumus indeks. Substrat pecahan karang, karang mati, dan batu kapur rock dapat berfungsi
sebagai substrat penempelan larva karang ketika dalam kondisi stabil. Jika pecahan karang tersebut belum stabil saat ini, mereka akan menjadi stabil di
lain waktu setelah banyak mendapat sedimentasi kapur perekat dari algae berkapur.
c Komponen biota yang datang mobile link dapat berupa karang, ikan terumbu, maupun biota yang lainnya. Pemulihan komunitas karang sangat
tergantung pada datangnya larva karang, yang menjadi faktor utama keterkaitan antar terumbu. Kedatangan ikan terumbu dan biota lain dapat
menjadi bagian penting dari proses rekruitmen karang, tetapi tidak berpengaruh secara langsung pada pemulihan karang. Data rekruitmen karang
tidak tersedia di dalam transek garis, sehingga digunakan pendekatan lain untuk mewakili rekruitmen karang, yaitu ukuran koloni karang.
Di dalam penelitian ini rekruitmen karang diukur berdasarkan ukuran koloni karang di transek garis. Transek garis dapat digunakan untuk memperkirakan
ukuran koloni karang Marsh et al. 1984, dengan menggunakan rumus tertentu. Ukuran koloni ditentukan sebagai panjang potongan transek
intercept chord yang melintasi bagian koloni tersebut, karena penggunaan rumus yang rumit dianggap tidak praktis bagi pengelola manajer kawasan
terumbu karang. Cara pendugaan yang praktis ini juga tidak berpengaruh pada hasil penelitian, karena tujuan utama penelitian bukan untuk mengetahui
ukuran koloni karang.