Kesimpulan Pengembangan indeks resiliensi ekosistem dalam pengelolaan terumbu karang

42 3.2.2 Analisis data Indeks resiliensi akan dibandingkan secara spasial dalam tiga skala yang berbeda. Perbandingan antar kawasan di Indonesia timur dan barat untuk melihat perbedaan nilai indeks resiliensi dengan skala ribuan kilometer. Pembagian wilayah Indonesia menjadi dua kawasan menggunakan batas Selat Makasar dan Selat Lombok, karena kedua selat tersebut merupakan lokasi Garis Wallace dan juga salah satu lintasan utama Arlindo Arus Lintas Indonesia, Indonesian Throughflow Murray Arief 1988; Gordon et al. 1999. Masing-masing kawasan mewakili dua fisiografi laut, yaitu Biak-Raja Ampat Samudra Pasifik dan Sulawesi-Flores Indonesia Timur, serta Paparan Sunda dan Samudra Hindia Indonesia Barat. Perbandingan antar fisiografi laut sub-kawasan akan menunjukkan perbedaan indeks resiliensi terumbu karang dalam skala ratusan kilometer. Skala perbandingan yang terkecil adalah antar kabupaten, dimana nilai indeks resiliensi terumbu karang yang diperbandingkan mempunyai skala puluhan kilometer. Pembandingan indeks resiliensi antar fisiografi laut dilakukan karena terdapat pola pengelompokan lokasi yang khusus, terutama di kawasan Indonesia Barat. Fisiografi laut mempengaruhi perkembangan terumbu karang. Di antara fisiografi laut yang menjadi wilayah COREMAP, Paparan Sunda Sunda Shelf merupakan formasi yang paling muda, dengan usia sekitar 8000 tahun, ketika Laut Natuna mulai terendam air laut. Untuk keperluan tersebut, distribusi lokasi pengambilan data dibagi menjadi empat sub-kawasan berdasarkan fisiografi lautnya: a Samudra Pasifik Biak-Raja Ampat b Sulawesi-Flores Pangkep, Selayar, Buton, Wakatobi, Sikka c Paparan Sunda Natuna, Bintan, Batam, Lingga d Samudra Hindia Tapanuli Tengah, Nias, Nias Selatan, Mentawai. Data yang digunakan di dalam penelitian ini tidak dirancang untuk perbandingan kualitas terumbu karang secara spasial. Data tersebut dirancang untuk membandingkan kualitas terumbu karang antar waktu di masing-masing lokasi, sebagai dampak dari kegiatan proyek. Karena itu, jumlah kabupaten dan lokasi tidak sama dalam setiap kawasan. Jumlah kabupaten di kawasan barat dan 43 timur adalah 8 delapan dan 7 tujuh kabupaten secara berurutan. Jumlah lokasi stasiun pemantauan di tiap kabupaten juga tidak sama, bervariasi antara 7-27 lokasi atau 21-80 transek. Kondisi jumlah sampel yang tidak proporsional tersebut membuat penggunaan statistik parametrik ANOVA dua faktor atau lebih tidak dapat dilakukan. ANOVA satu jalan tidak mensyaratkan jumlah replikasi yang sama, sehingga digunakan untuk perbandingan antar kawasan, antar sub-kawasan, dan antar kabupaten. Perbandingan pada ketiga skala tersebut dilaksanakan secara terpisah dengan ANOVA satu jalan. Jika ada perbedaan yang signifikan, analisis data kemudian dilanjutkan dengan Tukey Test untuk melihat lebih jauh kabupaten mana saja yang memiliki perbedaan. Disamping analisis terhadap data univariate berupa nilai indeks resiliensi, dilakukan juga analisis terhadap data multivatiate, yaitu data yang terdiri atas banyak peubah atau data multifaktor. Analisis multifaktor ANOSIM Analysis of Similarity digunakan membandingkan peubah indikator indeks 6 peubah antar kawasan, antar fisiografi laut, dan antar kabupaten. ANOSIM merupakan analisis statistik non-parametrik yang menggunakan permutasi data multifaktor, yang fungsinya sama dengan ANOVA. Penggunaan ANOSIM juga tidak dapat dilakukan secara faktorial, karena perbedaan jumlah kabupaten antar kawasan dan antar fisiografi laut. Karena itu, penggunaan ANOSIM dilakukan terhadap masing-masing faktor kawasan, fisiografi laut, dan kabupaten secara sendiri- sendiri. Penghitungan statistik ANOSIM menggunakan perangkat lunak Primer 6 versi 6.1.13 Primer-E Ltd. 2009. Sebelum analisis, data ditransformasi dengan logaritmik y = log x + 1 dan dinormalisasi agar semua data mempunyai skala satuan yang sama. Penghitungan ANOVA menggunakan MS Excell 2007. Hasil analisis statistik disajikan pada Lampiran 4 halaman 137. 3.3 Hasil-hasil Penelitian 3.3.1 Indeks resiliensi terumbu karang di Indonesia Indeks resiliensi terumbu karang di kawasan Indonesia Timur lebih rendah daripada di Indonesia Barat. Terumbu karang di kawasan Indonesia Timur memiliki rata-rata ±SE indeks resiliensi 0.494±0.011, sedangkan di kawasan