HUBUNGAN MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSASAHAAN PENGURUS

BAB VI HUBUNGAN MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSASAHAAN PENGURUS

KOPERASI KARYAWAN KECAMATAN CIBINONG DENGAN KEBERHASILAN KOPERASI Penelitian ini menemukan bahwa tidak ada hubungan antara sikap kewirausahaan pengurus dengan keberhasilan koperasi. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil uji . Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi rs atau ρ untuk mengetahui korelasi dua variabel modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi dan keberhasilan koperasi, ditemukan bahwa kedua variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang nyata. Dari hasil perhitungan diperoleh uji rs yang lebih rendah dibandingkan rs tabel, baik pada taraf kesalahan 5 persen diperoleh 0,738 dan taraf kesalahan 1 persen diperoleh 0,881 untuk n sama dengan 8. Diperoleh rs hitung yang besarnya antara lain 0,238; 0,411; 0,161; -0,259; 0,024; 0,863; dan 0,197. Perhitungan tersebut membuktikan bahwa H 1 hipotesis satu ditolak yang berarti menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata antara dua variabel tersebut. Dari data sisa hasil usaha SHU dan jumlah anggota masing-masing koperasi karyawan, pada penelitian ini ditemukan sejumlah koperasi karyawan yang termasuk ke dalam kelompok koperasi yang berhasil dan koperasi tidak berhasil Lampiran 1. Berdasarkan data dari 14 sampel koperasi karyawan yang masih aktif di Kecamatan Cibinong, diketahui sebanyak 7 koperasi karyawan yang tergolong ke dalam kategori koperasi berhasil dan 7 koperasi karyawan lainnya termasuk dalam ketegori koperasi yang tidak berhasil. Dengan demikian, diketahui bahwa 21 responden tergabung dalam masing-masing koperasi yang berhasil dan kurang berhasil. Tujuh kelompok koperasi karyawan yang berhasil adalah koperasi Rimba Mulya, Swaka Tantra, Bhakti Adiguna, Rahayu Santosa, Oryza Sativa, Primkop Polres, dan Setia Rukun. Sedangkan, tujuh koperasi yang termasuk dalam kelompok koperasi karyawan yang tidak berhasil adalah koperasi Ligna Sejahtera, Bakosurtanal, Adipura, DPKBD, Bersama Kodim 0621, Silva Lestari, dan Dasar Rukun. Kedua variabel tidak memiliki korelasi, hal ini dapat dijelaskan oleh hal- hal sebagai berikut. Semula sikap kewirusahaan pengurus diduga memiliki kaitan dengan keberhasilan koperasi yang ditandai dengan 1 peningkatan jumlah anggota koperasi; serta 2 peningkatan sisa hasil usaha SHU. Ukuran keberhasilan koperasi dilihat dari banyaknya jumlah anggota karena asumsinya anggota akan semakin banyak karena terlibat dalam ragam usaha di koperasi, mendapat pelayanan yang baik dan memperoleh SHU yang meningkat. Di samping itu ukuran peningkatan SHU dijadikan ukuran keberhasilan koperasi karena anggapan semakin besar laba maka semakin banyak SHU yang dibagikan kepada anggota. Keberhasilan koperasi inilah yang diduga akan mendorong semakin tingginya partisipasi atau jumlah anggota koperasi. Namun, ternyata tinggi rendahnya jumlah anggota koperasi sebagai ukuran keberhasilan koperasi dalam penelitian ini, tidak ditentukan oleh hasil karya pengurus koperasi. Tinggi rendahnya jumlah anggota koperasi lebih disebabkan oleh faktor eksternal berupa kebijakan rekrutmen maupun pensiun dari kantor masing-masing anggota. Sebagai contoh, koperasi karyawan Ligna Sejahtera, koperasi ini merupakan koperasi dari sebuah perusahaan industri kayu, yakni perusahaan PT Hadinata Brothers. Koperasi ini mengalami penurunan terhadap jumlah anggota pada awal tahun 2007. Seperti yang dituturkan oleh salah seorang informan penelitian di salah satu koperasi karyawan menyebutkan bahwa: “Jumlah anggota di koperasi ini turun karena pada waktu itu perusahaan kami mengalami krisis pada tahun 2007 lalu yang mengharuskan perusahaan untuk mengurangi sejumlah karyawan, yang juga adalah bagian dari anggota koperasi karyawan ini.” SHS, 50 tahun Menurut SHS, beliau menambahkan adanya pengurangan terhadap jumlah anggota koperasi karyawan berdampak pula pada permodalan dan simpanan koperasi yang berkaitan pula terhadap perkembangan SHU yang diterima anggota. Dengan terjadinya penurunan terhadap jumlah anggota, simpanan pun akan ikut berkurang karena sebagian dari pengurus mengambil kembali simpanannya di koperasi. Dengan demikian, SHU yang diterima oleh mereka yang masih menjadi anggota koperasi juga mengalami penurunan. Adapun koperasi Bakosurtanal, DPKBD dan Silva Lestari mengalami penurunan dalam hal jumlah anggota di dua titik periode. Ketiga koperasi tersebut merupakan bagian dari kelompok koperasi yang kurang berhasil. Pada koperasi Bakosurtanal dan Silva Lestari, keduanya mengalami penurunan terhadap jumlah anggota koperasi karena terdapat beberapa anggota yang harus dimutasikan ke luar daerah, pensiun, bahkan meninggal. Sedangkan pada koperasi DPKBD, sebanyak 101 anggota koperasinya harus dimutasikan ke luar daerah dan sebagian lagi pensiun. “.... di koperasi DPKBD menjelang tahun 2007 terjadi mutasi pegawai, maksudnya ada sebagian pegawai yang harus pindah ke luar daerah ada juga yang masuk tapi tidak terlalu banyak. Jadi pada waktu itu harus memutasikan pegawai ke beberapa kantor dinas maupun daerah, sehingga pada tahun itu jumlah anggota koperasi ikut berkurang, dan mempengaruhi SHU di koperasi DPKBD karena kan sumber shu berasal dari simpanan anggota”. ESM, 57 tahun Demikian pula halnya sikap kewirausahaan pengurus koperasi tidak berhubungan dengan keberhasilan koperasi yang diukur dari peningkatan SHU. Hal ini dapat dijelaskan karena asumsi semula pada penelitian ini SHU yang tinggi adalah merupakan hasil karya pengurus koperasi disebabkan sikap inovatif, kerja keras, bersedia menanggung resiko yang moderat, bertanggung jawab, percaya diri, motivasi berprestasi, mengetahui prioritas dan menghargai waktu. Ternyata besarnya SHU bukan diperoleh dari besarnya laba usaha koperasi, tetapi lebih diperoleh karena iuran dan keaktifan anggota di koperasi. Dengan demikian bila anggotanya berkurang misalnya, karena pemutusan hubungan kerja PHK, mutasi, pensiun bahkan meninggal, maka secara otomatis SHU ikut berkurang. Seperti yang terjadi di koperasi Dasar Rukun. Koperasi Dasar Rukun merupakan koperasi dari PT Dasar Rukun, sebuah perusahaan swasta yang bergerak di industri pemintalan benang. Di koperasi tersebut terjadi pengurangan jumlah anggota sebanyak 40 orang anggota koperasi. Pengurangan jumlah anggota koperasi tersebut disebabkan oleh terjadinya pemutusan hubungan kerja karyawan di perusahaan Dasar Rukun dan berdampak pada pengurangan jumlah anggota koperasi. Pengurangan jumlah anggota yang demikian juga ikut mempengaruhi SHU yang dimiliki oleh koperasi. Jika dilihat dari keaktifan anggota di koperasi, koperasi Adipura dan koperasi Silva Lestari mengalami penurunan SHU. Kedua koperasi karyawan tersebut tidak memiliki usaha, seperti warung serba ada waserba dan usaha sejenis untuk mengembangkan dan memutar modal koperasi. Kedua koperasi ini hanya menyediakan pelayanan cicilan barang bagi anggota koperasi yang memerlukan barang. Dengan demikian, modal dan keuntungan koperasi diperoleh baik dari simpanan anggota maupun dari jasa pengembalian anggota terhadap cicilan pembelian barang. Di kedua koperasi mengalami penurunan dalam jumlah anggota koperasi karena beberapa anggotanya dimutasikan dan terjadi pensiun pada anggota tersebut. Dengan demikian mempengaruhi perkembangan SHU yang naik turun. Adapun ditemukan pada koperasi Bersama milik TNI Angkatan Darat Kodim 0621. Koperasi tersebut termasuk ke dalam kelompok koperasi kurang berhasil. Koperasi Bersama mengalami penurunan pada sisa hasil usaha. Penurunan tersebut turut disebabkan oleh karena usaha toko koperasi mengalami kerugian. Kerugian itu akibat banyak anggota yang belum melunasi cicilan pembelian barang bahkan berhutang di toko koperasi. Berdasarkan hasil temuan di lapangan diketahui bahwa keberhasilan dan ketidakberhasilan koperasi yang diukur dari perkembangan jumlah anggota dan sisa hasil usaha lebih ditentukan oleh faktor eksternal. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa kebanyakan koperasi yang kurang berhasil, yang diukur dari adanya penurunan jumlah anggota dan penurunan jumlah SHU, sebenarnya sangat ditentukan oleh adanya faktor eksternal yakni adanya rotasi maupun mutasi pegawai, adanya penerimaan pegawai, pemutusan hubungan kerja PHK, adanya periode pensiun pensiunan dan karyawan yang meninggal. Adanya penurunan jumlah anggota berdampak terhadap perkembangan sisa hasil usaha. Dengan demikian, faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan jumlah anggota dan SHU menyebabkan koperasi mengalami perkembangan yang naik turun.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN