Derajat keasaman Oksigen terlarut

Arus dan sirkulasi air berperan dalam proses sedimentasi. Sedimentasi dari partikel lumpur padat dibawa oleh aliran permukaan surface run off akibat erosi dapat menutupi permukaan terumbu karang sehingga berdampak negatif terhadap hewan karang tersebut. Oleh karena itu, pengendapan yang semakin rendah akan mendukung kondisi untuk pertumbuhan karang Supriharyono, 2000; Romimohtarto dan Juwana, 2001.

2.2.5. Derajat keasaman

Menurut Tomascik 1997 kondisi derajat keasaman yang cocok bagi pertumbuhan karang pada kisaran 8,2 – 8,5. Derajat keasaman menunjukkan aktivitas ion H + dalam air. Apabila suatu perairan laut mendapatkan gangguan maka ion bikarbonat dalam air laut akan membentuk suatu larutan penyangga yang mampu menetralisir ion-ion yang masuk sehingga derajat keasaman tetap stabil Gibson et al., 2005.

2.2.6. Oksigen terlarut

Oksigen merupakan salah satu gas terlarut di perairan. Kadar oksigen yang terlarut di perairan tergantung suhu,salinitas, turbulensi air, dan tekanan. Perairan diperuntukkan bagi kepentingan perikanan memiliki kadar oksigen tidak kurang dari 5 mgL. Kadar oksigen terlarut kurang dari 4 mgL menimbulkan efek kurang menguntungkan bagi organisme akuatik Effendi, 2003. 2.2.7. Nitrat, amonia, dan ortofosfat Kandungan nitrogen organik di perairan memiliki bentuk nitrit NO 2 , nitrat NO 3 , amonia NH 3 , dan amonium NH 4 . Kandungan nitrogen merupakan salah satu mata rantai berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan organisme di laut meskipun berjumlah sedikit Nybakken, 2000; Effendi, 2003. Kandungan nitrat berlebihan di suatu perairan diduga akan mempengaruhi reproduksi karang Koop et al., 2001. Pengaruh dari amonia tidak terionisasi akan meningkatkan tingkat racun seiring dengan penurunan kadar oksigen terlarut, pH, dan suhu Effendi, 2003. Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan tingkat tinggi dan alga. Ortofosfat merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat adalah bentuk fosfor yang paling sederhana di perairan Sutika, 1989; Byod 1988. Effendi 2003 dalam bukunya menyatakan bahwa keberadaan fosfor yang berlebihan disertai dengan keberadaan nitrogen akan memacu tumbuhnya alga sehingga terbentuk lapisan yang dapat mengurangi penetrasi cahaya matahari. Adapun menurut Koop 2001 menyatakan bahwa penambahan kadar nutrien antara nitrat dan fosfat meningkatkan sitasan karang. 2.3. Reproduksi Karang Thamrin 2006 mengatakan bahwa karang sebagai kelompok hewan tingkat rendah memiliki kemampuan reproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi pada karang dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu secara seksual, secara aseksual dan penggabungan antara secara seksual dan aseksual. Reproduksi secara seksual dalam jumlah terbatas spesies karang melakukan reproduksi secara brooding dan sebagian besar dengan cara pembuahan di luar tubuh induk yang disusul fertilisasi di dalam kolom air spawning. Reproduksi karang secara seksual dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu secara brooding, secara fragmentasi, polyp bail-out dan polyp expulsion. Reproduksi secara brooding melahirkan keturunan dalam bentuk larva, namun larva yang diproduksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu secara seksual dan secara aseksual. Reproduksi secara fragmentasi mengacu pada proses pembentukan individu baru dimana fragmen yang terbentuk mampu bertahan hidup, membentuk individu baru, melanjutkan kehidupan dan mampu melanjutkan fungsi yang dialami induknya dalam berkembang biak. Kunci utama dalam hal fragmentasi yaitu kemampuan fragmen sendiri untuk melekat kembali pada substrat dimana fragmen terdampar di dasar perairan. Adapun polyp bail-out dan polyp expulsion proses dimana polip memisahkan diri dari koloni induknya Thamrin, 2006. 2.4. Pertumbuhan Koloni Karang Keras Sebagian besar karang hidup dalam bentuk koloni dan individu dikenal dengan nama polip. Pertumbuhan pertambahan ukuran karang tipe berkoloni dilakukan dengan pertumbuhan dan pertambahan individu polip. Pertumbuhan polip karang hanya sampai beberapa sentimeter kemudian terhenti. Namun ukuran karang tertentu bisa memiliki ukuran melebihi 3 meter. Hal ini dilakukan organisme karang dengan cara memperbanyak jumlah polip Thamrin, 2006. Pertumbuhan karang merupakan pertambahan panjang linier, bobot, volume, atau luas kerangka kapur karang dalam kurun waktu tertentu. Proses tersebut terjadi karena adanya pengapuran atau kalsifikasi yang tersusun dari kalsium karbonat dalam bentuk aragonit kristal Suharsono, 1984.

2.5. Transplantasi dan Fragmentasi