1 sub 2 KUHP. Tanggungjawab uitlokker diatur dalam Pasal 55 ayat 2 KUHP. Pasal inni mengatur bahwa uitlokker hanya
bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan daripada uitgelokte yang memang dengan sengaja digerakkan oleh uitlokker. Pada
pihak lain, tanggung jawab dari uitlokker dapat diperluas, artinya ia juga bertanggungjawab terhadap akibat yang timbul dari perbuatan
uitgelokte.
18
3. Pengertian Satwa Yang Dilindungi
Pengertian satwa menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah “semua jenis sumber daya alam hewani, baik yang
hidup di darat maupun air”. Pasal 1 butir 7 menyebutkan bahwa pengertian “satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, daanatau di air
danatau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yag hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia”. Dalam Penjelasan Pasal 1
butir 7 memuat pembatasan mengenai defenisi satwa liar tersebut, sebagai berikut “ikan dan ternak tidak termasuk di dalam pengertian satwa liar,
tetapi termasuk dalam pengertian satwa”. Hal yang sangat erat hubungannya dengan “satwa” adalah “habitat”. Pengertian habitat menurut
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 1 butir 8 adalah “Lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang secara alami”.
19
18
http:makalah-hukum-pidana.blogspot.com201401pelaku-tindak-pidana-dader.html diakses pada tanggal 10 Februari 2015 pukul 22:44
19
Leiden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Hutan, Hasil Hutan, dan Satwa, Jakarta : Erlangga, 1995, hlm.47.
Dahulu perlindungan terhadap jenis-jenis binatang tertentu diatur pada Dierenbeschermings Ordonantie 1931 dan Dierenbescharmings
Verordening 1931 berdasarkan peraturan tersebut, Menteri Pertanian telah menentukan jenis-jenis satwa yang dilindungi berdasarkan keputusan-
keputusan berikut : a.
Nomor : 421KtpsUm81970 b.
Nomor : 327KtpsUm71972 c.
Nomor : 66KtpsUm21972 Ketiga keputusan tersebut telah menentukan perlindungan satwa
yang terdiri dari : a.
Mamalia : 95 jenis
b. Aves
: 372 jenis c.
Reptilia : 28 jenis
d. Pisces
: 20 jenis
20
Dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa membedakan jenis tumbuhan dan
satwa atas dasar golongan, sebagai berikut : a.
Tumbuhan dan satwa yang dilindungi b.
Tumbuhan dan satwa yang tidak dilindungi Kriteria tumbuhan dan satwa yang tergolong dilindungi haruslah
memenuhi kriteria : a.
Mempunyai populasi kecil;
20
Ibid., hlm.50
b. Adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di
alam; c.
Daerah penyebarannya terbatas endemik.
21
Dapat disimpulkan bahwa satwa yang dilindungi adalah jenis satwa yang hanya mempunyai populasi yang sedikit atau hampir punah dan habitatnya
hanya terdapat di daerah-daerah tertentu saja. Satwa liar memiliki peran yang sangat penting terhadap tanah dan
vegetasi dan memegang peran kunci dalam penyebaran, pertumbuhan tanaman, penyerbukan dan pematangan biji, penyuburan tanah, penguraian
organisme mati menjadi zat organik yang lebih berguna bagi kehidupan tumbuhan, penyerbukan dan pengubah tumbuh-tumbuhan dan tanah
.
Satwa liar juga berperan dalam perekoNomormian lokal dan nasional, nilai ekoNomormi satwa sebagai sumber daya alam sangat terkenal di wilayah
tropik, terutama di Benua Afrika, dan hingga saat ini merupakan aset yang layak dipertimbangkan. Pemanfaatan satwa liar secara langsung ada
beberapa macam, antara lain : a.
Perburuan tradisional untuk makanan yang biasa dilakukan oleh suku -suku pedalaman
b. Perburuan tradisional seperti kulit yang biasanya digunakan
sebagai bahan pembuat tas, bajuhiasan lain oleh penduduk asli
c. Mengumpulkan dan menjual beberapa jenis satwa liar
21
Pasal 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa
d. Menjual produk-produk dari satwa liar, seperti daging,
kulit, ranggah, cula dan gading e.
Berburu untuk tujuan memperoleh penghargaan trophy atau untuk olahraga wisatawan
f. Melindungi satwa liar di taman nasional sebagai atraksi
untuk wisatawan yang harus membayar bila akan melihat, meneliti, memotret atau mendekatinya.
22
Mengenai jenis satwa yang dilindungi diatur secara langsung dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999
tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa.
E. Metode Penelitian