METODE PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN A.

25

III. METODOLOGI PENELITIAN A.

BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah grit jagung berukuran 24 mesh, tepung beras, tepung gandum, tepung kentang, bubuk coklat, garam, pemanis, pengembang, minyak goreng, pewarna kuning, pewarna hitam, dan air. Bahan kimia yang digunakan adalah NaOH 10 M, HCl 0.5 M, larutan iodium, akuades, dan berbagai reagen lainnya sesuai dengan kebutuhan analisis. Alat yang digunakan adalah ekstruder ulir ganda, drying oven, mixer, Stable Micro System TA.XT Texture Analyzer, grain moisture tester, termometer, gelas kimia, tabung reaksi, gelas ukur, grinder, shaker, sentrifuse, stopwatch, spektrofotometer, kuvet, tisu, neraca analitik, saringan, caliper, cawan alumunium, desikator, pipet volumetrik, pipet mohr, pipet tetes, sudip, gelas ukur, dan alat gelas lainnya.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Secara garis besar tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 13. 1. Identifikasi mesin dan penentuan kondisi pengoperasian eksruder Setiap jenis mesin ekstruder memiliki kondisi pengoperasian yang berbeda – beda. Oleh karena itu, percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi proses dari mesin ekstruder yang digunakan sehingga diperoleh hasil ekstrusi yang memiliki karakteristik optimal. Kondisi proses yang ditentukan adalah feed screw speed, extruder screw speed, suhu barrel T mixing , T cooking , T die , feed moisture content, dan knife speed. Percobaan menggunakan grit jagung dengan ukuran 24 mesh, sebanyak 10 kg hingga diperoleh hasil ekstrusi yang optimal. Sebagai acuan mula – mula, digunakan kondisi proses seperti pada table 3: 26 Kondisi Proses Nilai Dry corn meal feed rate 450 kgjam Extruder screw speed 300 – 600 rpm Extruder barrel temperature 120 – 160 o C Feed moisture 12 – 20 wb Sumber: Huber dalam Rooney 2002; Harper dalam Kokini et al 1992 . Tabel 3 Kondisi proses ekstrusi untuk bahan berbasis jagung Gambar 13 Garis Besar Pelaksanaan Penelitian Identifikasi mesin dan penentuan kondisi pengoperasian ekstruder Preparasi sampel dengan perlakuan perbedaan jenis tepung substitusi dan tingkat substitusi Proses ekstrusi Analisis :  Kadar air produk  Derajat pengembangan  Tekstur secra objektif  Water absorption index WAI  Water solubility index WSI  Derajat gelatinisasi  Bulk density  Tekstur secara subjektif Analisis Menggunakan Statistika ANOVA Uji Organoleptik:  Tingkat penerimaan  Tingkat kelengketan di gigi 27 2. Preparasi sampel Grit jagung ukuran 24 mesh dicampur dengan tepung substitusi. Tiga jenis tepung substitusi digunakan, yaitu tepung beras, tepung terigu, dan tepung kentang pada dua tingkat konsentrasi 5 ; 10 dari total berat grit jagung dan tepung. Peningkatan konsentrasi tepung berarti pengurangan konsentrasi grit jagung pada formulasi Jagung : Tepung = 95:5; 90:10. Pengambilan konsentrasi tepung dimulai dari 10 sesuai dengan formulasi existing untuk tepung beras dari perusahaan. Selanjutnya ditambahkan bahan minor lainnya sesuai dengan formulasi existing dari perusahaan. Sejumlah air ditambahkan dengan volume tertentu ke dalam adonan sehingga mencapai kadar air yang diinginkan, yaitu kadar air terbaik yang diperoleh dari penentuan kondisi pengoperasian ekstruder. Setelah itu adonan dibiarkan selama 15 menit agar air meresap secara homogen di dalam adonan. Kadar air pada adonan diukur menggunakan moisture tester. Dengan demikian terdapat 7 kombinasi sampel berbeda yang diujikan 2 x 3 dan satu sampel yang tidak dilakukan substitusi tepung sebagai kontrol. 3. Proses ekstrusi Tujuh sampel yang telah dipersiapkan dimasukkan ke dalam mesin ekstruder ulir ganda dengan kondisi proses yang telah ditentukan pada penelitian pendahuluan. Kemudian produk ekstrusi dikeringkan hingga mencapai maksimal kadar air 4 sesuai dengan SNI 01-2886- 2000 untuk produk ekstrusi. Pengeringan dilakukan dengan oven pengering pada suhu 115 o C – 135 o C selama 5 – 15 menit. Produk hasil pengeringan dikemas di dalam plastik dengan barrier vacum metalized poliethylene terepthalate PET 12 mikron. Menurut Anonim 2009, plastik jenis ini memiliki permeabilitas rendah terhadap oksigen, gas, dan uap serta resisten terhadap retakan, air, dan kimia. 28 4. Analisis produk ekstrusi Analisis produk ekstrusi meliputi analisis terhadap kadar air setelah pengeringan, tekstur kekerasan, derajat gelatinisasi, water absorption index WAI, water solubility index WSI, derajat pengembangan dan bulk density. 5. Uji organoleptik Uji organoleptik yang digunakan ialah uji penerimaan menyangkut penilaian seseorang terhadap sifat produk, dilakukan dengan menggunakan uji rating hedonik terhadap tekstur, rasa keseluruhan, aftertaste, dan tingkat kelengketan. Panelis yang digunakan ialah panelis tidak terlatih sebanyak 24 orang. Pengolahan data yang digunakan masih tergolong sederhana, yaitu hanya mereratakan hasil penilaian dari panelis. Hasil rerata setiap atribut sensori kemudian dikalikan dengan persentase bagian masing – masing untuk mendapatkan nilai Level of Asceptance secara keseluruhan overall, yaitu 60 untuk tekstur, 20 untuk rasa keseluruhan, dan 20 untuk aftertaste. Hasil rerata tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai rerata standar dari perusahaan, yaitu sebesar 3.5. Kuesioner uji organoletik dapat dilihat pada Lampiran 16.

C. METODE ANALISIS PRODUK EKSTRUSI