Berdasarkan Gambar 7, diketahui bahwa rendemen daging patin mencapai 38,56. Hasil tersebut mendukung hasil penelitian Hustiany 2005 yang
menyatakan ikan patin hasil budidaya yang berukuran 500-1000 gram memiliki rendemen daging sebanyak 30-42,5. Rendemen kulit dan jeroan patin berturut-
turut adalah 3,37 dan 14,43. Rendemen hasil perikanan berbeda-beda tergantung dari ukuran, berat dan
jenisnya. Bagian kepala, tulang, dan sirip umumnya belum dimanfaatkan secara maksimal dan menjadi limbah padatan, padahal bagian ini menyumbang sebesar
43,28 dari bobot total ikan patin. Kepala, tulang, dan sirip sisa pengolahan dapat dimanfaatkan untuk menbuat flavor ikan yang gurih sebagai pelengkap makanan.
Tulang ikan juga berpotensi dijadikan tepung tulang yang kaya akan kalsium dan fosfor, sehingga dapat digunakan sebagai sumber alternatif pemenuhan kebutuhan
kalsium dan fosfor. Selain itu, limbah tersebut dapat dijadikan sebagai bahan untuk pakan hewan Thalib 2009. Kulit patin berpotensi sebagai bahan baku
pembuatan gelatin Dianti 2008.
4.3 Hasil Analisis Kimia
Hasil analisis kimia yang dilakukan pada penelitian ini memberikan informasi mengenai komposisi proksimat, serta asam amino daging patin segar
dan goreng.
4.3.1 Komposisi Proksimat
Analisis mengenai komposisi kimia suatu bahan pangan sangat penting dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kandungan gizi yang terdapat di
dalam bahan pangan tersebut. Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengetahui komposisi kimia kandungan suatu bahan pangan. Salah satu metode
yang digunakan untuk mengetahui komposisi kimia suatu bahan pangan secara kasar crude adalah analisis proksimat yang meliputi kadar air, abu, protein,
lemak dan karbohidrat. Analisis kadar air, abu, lemak, dan protein dilakukan di laboratorium, sedangkan perhitungan kadar karbohidrat dihitung secara
by difference. Hasil analisis proksimat daging patin dapat dilihat pada Tabel 5. Contoh
perhitungan komposisi kimia daging patin dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 5 Komposisi kimia daging patin segar dan goreng Komposisi
Daging patin segar Daging patin goreng
selisih Basis
basah bb Basis kering
bk Basis basah
bb Basis kering
bk Air
82,27 -
63,56 -
22,74 Abu
0,77 4,34
0,91 2,50
42,40 Lemak
0,36 2,03
7,34 20,14
89,92 Protein
15,07 85,00
19,45 53,38
37,20 Karbohidrat
1,53 8,63
8,74 23,98
64,01 Kandungan bahan dalam produk merupakan parameter penting bagi
konsumen dalam mempertimbangkan pemilihan makanan yang dikonsumsinya. 1 Kadar air
Analisis kadar air dilakukan untuk mengetahui jumlah air bebas yang terdapat dalam daging ikan patin. Kadar air dalam ikan patin menunjukkan
persentase tertinggi dibandingkan dengan kadar abu, protein, lemak, dan karbohidrat. Kadar air daging patin segar dan goreng dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Kadar air bk daging patin segar dan patin goreng Kadar air yang terdapat pada daging patin mengalami perubahan proporsi
dari 82,27 pada daging patin goreng menjadi 63,56 bb pada daging patin goreng. Tingginya kadar air pada daging disebabkan oleh kemampuan bahan
untuk mengikat air yang disebut water holding capacity WHC .
Molekul air akan terikat melalui ikatan hidrogen berenergi besar. Kadar air yang tinggi dalam ikan
segar menunjukkan air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni. Daging patin segar memiliki kadar air yang tinggi yakni 82,27. Hasil
tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Maghfiroh 2000, yaitu kadar air patin sebesar 82,22. Hal ini menunjukkan ikan patin adalah bahan pangan
82,27 63,56
20 40
60 80
100
Air
K ad
ar
daging patin segar daging patin
goreng
yang bersifat mudah rusak high perishable food. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan daya terima, kesegaran dan daya simpan bahan tersebut
Winarno 2008. Setelah daging ikan digoreng terjadi penurunan kadar air yang dipengaruhi
oleh faktor pemasakan, sehingga menyebabkan cairan dari dalam daging patin merembes keluar terjadi drip Nurjanah et al. 2009. Pada saat daging ikan
digoreng, terjadi pindah panas dari sumber panas penggoreng ke daging melalui media pindah panas, yaitu minyak goreng. Akibat proses pemanasan tersebut,
daging patin akan melepaskan uap air yang dikandungnya. Daging patin memiliki struktur yang porous. Selama penggorengan, air dan uap air akan dikeluarkan
melalui kapiler yang lebih besar terlebih dahulu dan digantikan oleh minyak panas. Adanya perbedaan tekanan uap air pada bagian dalam bahan pangan yang
basah dengan minyak merupakan gaya yang mendorong terjadinya kehilangan air Muchtadi dan Ayustaningwarno 2010.
2 Kadar abu
Kadar abu suatu bahan pangan menunjukkan besarnya jumlah mineral yang terkandung dalam bahan tersebut. Kadar abu bb daging patin segar adalah
0,77. Menurut hasil penelitian Maghfiroh 2000, kadar abu patin sebesar 0,74. Perbedaan komposisi kimia dapat terjadi antar spesies, antar individu
dalam suatu spesies dan antara bagian tubuh satu dengan yang lain Suzuki 1981 dalam Nurjanah et al. 2009. Variasi ini dapat disebabkan beberapa
faktor, diantaranya musim, ukuran, tahap kedewasaan, suhu lingkungan dan ketersediaan bahan makanan Sudhakar et al. 2009. Kadar abu daging patin segar
dan patin goreng dengan basis kering dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Kadar abu bk daging patin segar dan patin goreng
4,34 2,5
2 4
6 8
10
Abu
K ad
ar
daging patin segar daging patin
goreng
Penentuan pada berat basis kering dimaksudkan untuk mengetahui besar perubahan sesungguhnya yang terjadi pada kadar abu daging patin setelah proses
penggorengan dengan mengabaikan kadar airnya. Berdasarkan Gambar 9, kandungan abu patin goreng lebih rendah dibandingkan kandungan abu daging
patin segar. Kadar abu daging patin segar mencapai 4,34 bk, namun setelah digoreng terjadi perubahan menjadi 2,50 bk. Perbedaan tersebut disebabkan
oleh adanya proses penggorengan. Penggorengan dapat mempengaruhi nilai gizi suatu bahan pangan.
Proses penggorengan dapat menyebabkan kandungan gizi suatu bahan menurun akibat panas. Perubahan proporsi mineral dalam daging patin goreng
disebabkan oleh adanya sejumlah mineral yang larut dan terbawa ke dalam minyak saat proses penggorengan. Menurut Debnath et al. 2003, deep fat frying
biasanya melibatkan tiga tipe pindah massa, yaitu a migrasi air dari bagian inti bahan pangan ke permukaan yang terbuang selama pemasakan; b absorpsi
minyak ke dalam bahan pangan; dan c leaching komponen bahan pangan yang bersifat mudah larut ke dalam minyak. Mineral abu adalah komponen yang
mudah larut dalam air atau minyak. 3 Kadar lemak
Lemak adalah salah satu komponen utama yang terdapat dalam bahan pangan selain karbohidrat dan protein, oleh karena itu peranan lemak dalam
menentukan karakteristik bahan pangan cukup besar. Lemak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram
lemak dapat menghasilkan 9 kkalgram energi sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkalgram.
Analisis kadar lemak yang dilakukan untuk mengetahui kandungan lemak yang terdapat pada daging patin segar dan setelah penggorengan. Ikan patin
merupakan ikan berlemak rendah. Menurut Junianto 2003, ikan dengan kandungan lemak 5 termasuk ikan berlemak rendah. Berdasarkan perhitungan
basis basah, kadar lemak daging patin pada penelitian ini adalah 0,36, sedangkan menurut Maghfiroh 2000 kadar lemak patin yaitu 1,09. Perbedaan
nilai lemak ini dapat disebabkan karena umur panen dan laju metabolisme organisme.
Lemak semakin meningkat dengan bertambahnya usia, karena sifat fisiologis hewan yang akan menuju fase perkembangbiakan. Hewan akan
membutuhkan lebih banyak energi yang disimpan dalam bentuk lemak untuk berkembang biak. Variasi komposisi kimia dapat terjadi antar spesies dan antar
individu dalam satu spesies Suzuki 1981. Selain itu, daging patin yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging putih, sedangkan bagian daging
yang banyak mengandung lemak terdapat pada daging merah. Kadar lemak basis kering daging patin segar dan setelah penggorengan disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10 Kadar lemak bk daging patin segar dan patin goreng Penentuan pada berat basis kering dimaksudkan untuk mengetahui besar
perubahan sesungguhnya yang terjadi pada kadar lemak daging patin setelah proses penggorengan dengan mengabaikan kadar airnya. Gambar 10 menunjukkan
kadar lemak daging patin segar sebesar 2,03 bk dan proporsinya meningkat menjadi 20,14 bk pada daging patin goreng. Perubahan proporsi kadar lemak
tersebut disebabkan oleh penggunaan minyak pada proses penggorengan. Minyak goreng merupakan lemak cair sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih,
dan meningkatkan nilai kalori bahan pangan Winarno 2008. Proses penggorengan akan menambah kandungan lemak dan memperbesar penguapan air
Suwandi 1990. 4 Kadar protein
Analisis kadar protein dilakukan untuk mengetahui kandungan protein pada daging patin segar dan patin goreng. Kandungan protein daging patin segar
dan goreng secara basis basah berturut-turut adalah 15,07 dan 19,45. Menurut
2,03 20,14
5 10
15 20
25
Lemak
K ad
ar daging patin segar
daging patin goreng
Maghfiroh 2000, kadar protein patin segar adalah 14,53. Ikan dengan kandungan protein 15-20 termasuk ikan berprotein tinggi Junianto 2003. Hal
ini menunjukkan bahwa ikan patin merupakan ikan berprotein tinggi. Peningkatan kadar protein basis basah terjadi secara proporsional setelah
penggorengan diakibatkan oleh pengurangan kadar air Syarief dan Halid 1993. Secara basis basah, kandungan protein daging patin segar dan goreng dipengaruhi
oleh kadar airnya. Daging patin yang telah melalui proses penggorengan memiliki kandungan air yang lebih kecil dibandingkan saat daging masih segar, sehingga
menyebabkan persentasi protein dalam daging meningkat secara proporsional. Nilai
protein yang
terkandung di
dalam ikan
umumnya 15-25
Nurjanah dan Abdullah 2010. Kandungan protein yang sesuai diperlihatkan dengan perhitungan basis kering dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Kadar protein bk daging patin segar dan patin goreng Berdasarkan Gambar 11, diketahui bahwa kadar protein basis kering
antara daging patin segar dan goreng berturut-turut adalah 85 dan 53,38. Perubahan proporsi kandungan protein terjadi akibat pemanasan dalam proses
penggorengan. Hasil tersebut sesuai dengan hasil dari penelitian Suwandi 1990 yang menyatakan bahwa pemanasan menyebabkan protein terkoagulasi dan
terdenaturasi, sehingga protein menjadi tidak larut. Protein yang terhidrolisa dan terdenaturasi akan mengalami peningkatan
kandungan senyawa terekstrak bernitrogen, amonia, dan hidrogen sulfida pada daging Suwandi 1990. Perubahan ini diperlukan untuk meningkatkan daya
cernanya atau untuk memanfaatkan perubahan warna atau citarasa yang timbul
85 53,38
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Protein
K ad
ar
daging patin segar daging patin
goreng
pada makanan tersebut. Semakin tinggi suhu, semakin besar jumlah protein yang terdenaturasi, sehingga membentuk struktur yang lebih sederhana. Kandungan
protein bersifat tidak stabil dan mempunyai sifat dapat berubah dengan berubahnya kondisi lingkungan Georgiev et al. 2008.
Kandungan protein daging patin yang dihasilkan setelah melalui proses penggorengan sebenarnya kurang valid karena masih dipengaruhi oleh persentase
minyak yang terkandung di dalam ikan. Kadar lemak semakin tinggi akibat banyaknya minyak yang masuk ke dalam daging ikan, sehingga kandungan
protein menurun secara proporsional seiring dengan tingginya kandungan lemak. 5 Kadar karbohidrat
Karbohidrat memiliki peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Setelah digoreng
daging patin mengalami perubahan warna. Hal ini dikarenakan pada proses penggorengan terjadi reaksi Maillard antara karbohidrat glikogen khususnya
gula pereduksi dengan gugus amina primer. Hasil tersebut menghasilkan warna coklat pada bahan Winarno 2008. Analisis karbohidrat dalam daging patin
dilakukan secara by difference. Kadar karbohidrat daging patin segar dan goreng dapat dilihat pada
Gambar 12.
Gambar 12 Kadar karbohidrat bk daging patin segar dan patin goreng Kandungan karbohidrat daging patin segar adalah 8,63 bk, dan
mengalami perubahan menjadi 23,98 bk setelah mengalami proses penggorengan. Adapun kandungan karbohidrat daging patin segar basis basah
yaitu 1,53. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Okuzumi dan Fuzii 2000
8,63 23,98
5 10
15 20
25 30
Karbohidrat
K ad
ar daging patin segar
daging patin goreng
yang menyatakan bahwa kandungan glikogen yang terkandung pada produk perikanan sebesar 1 untuk ikan. Pada hasil perhitungan by difference diduga
masih terdapat kandungan lain selain karbohidrat, karena tidak dilakukan pengujian khusus tentang karbohidrat.
Variasi komposisi kimia dapat terjadi antar spesies, misalnya pada ikan air tawar ikan patin dan ikan laut ikan layang. Ikan layang pada kondisi segar
memiliki kandungan air 67,37. Setelah melalui proses penggorengan kadar airnya menjadi 10,24. Kandungan protein ikan layang segar sebesar 25,90 dan
mengalami perubahan menjadi 15,28 setelah digoreng. Metode pengolahan yang berbeda juga dapat mempengaruhi komposisi kimia ikan. Ikan layang yang
dikukus mengalami perubahan proporsi kadar air menjadi 59,24 dan kandungan protein menjadi 21,14 Zaelanie dan Kartikaningsih 2008.
4.3.2 Komposisi Asam Amino