Kemencengan atau Kecondongan Inventarisasi Hutan

rasio DeLiocourt 1989 dalam Husch 2003. Rasio ini sering digunakan sebagai pedoman dalam manajemen Reynolds 1969; Mosher 1976; Alexander dan Edminister 1977 dalam Husch 2003. Rasio pohon ditunjukkan oleh q-rasio dalam satu kelas diameter pohon pada kelas diameter yang lebih besar. Nilai ini didasarkan pada asumsi bahwa terjadi penurunan jumlah pohon untuk kelas diameter berikutnya serta ukuran pohon yang bertambah besar. Pada saat itu diasumsikan bahwa q-rasio tetap konsisten tiap waktu sehingga digunakan sebagai panduan pengelolaan, dan distribusi diameter dijadikan acuan sebagai distribusi umur yang mewakili hubungan antara umur pohon dengan kematiaan pada tegakan tidak seumur Husch 2003.

2.7. Kemencengan atau Kecondongan

Kemencengan atau kecondongan skewness adalah tingkat ketidaksimeterisan atau kejauhan simetri dari sebuah distribusi. Sebuah distribusi yang tidak simetris akan memiliki rata-rata, median, dan modus yang tidak sama besarnya ≠ Me ≠ Mo, sehingga distribusi akan terkonsentrasi pada salah satu sisi dan kurvanya akan menceng. Jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kanan daripada yang ke kiri maka distribusi disebut menceng ke kanan atau memiliki kemencengan positif. Sebaliknya, jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kiri daripada yang ke kanan maka distribusi disebut menceng ke kiri atau memiliki kemencengan negatif Hasan 2008. Gambar 1 memperlihatkan kurva dari distribusi yang menceng ke kanan menceng negatif dan menceng ke kiri menceng positif. a b Me Mo Mo Me Keterangan : = rata-rata Me = median Mo = modus Gambar 1 Kemencengan distribusi: a Menceng ke kanan, b Menceng ke kiri

2.8. Inventarisasi Hutan

Inventarisasi hutan adalah suatu usaha untuk melukiskan atau menggambarkan kuantitas dan kualitas pohon-pohon atau tegakan hutan serta berbagai karakteristik areal-areal lahan hutan dimana pohon-pohon tersebut tumbuh dan berkembang Husch 1971 Lebih jauh Husch 1971 menjelaskan bahwa skala dan kompleksitas inventarisasi hutan terutama dipengaruhi oleh ukuran luas areal hutan yang perlu diketahui dan tujuan yang mengikat hasil informasi yang dipersiapkan. Fakta- fakta ini akan mempengaruhi ketelitian taksiran-taksiran dan desain inventarisasi yang spesifik. Sutarahardja 1999 menyatakan bahwa inventarisasi hutan merupakan penaksiran dimensi tegakan dapat dilakukan dengan cara pengambilan contoh atau sample. Satuan contoh adalah merupakan satuan-satuan atau individu- individu dari populasi yang dikelompokkan dalam bentuk-bentuk satuan contoh dimana individu dalam satuan contoh tersebut akan diukur atau diamati. Satuan contoh memiliki bentuk dan ukuran. Bentuk satuan contoh tersebut sebagai berikut : 1. Lingkaran circular plot; circular sampling unit 2. Empat persegi panjang atau bujur sangkar rectangular 3. Jalur coba strip samplingline sampling 4. Tanpa petak plotless sampling yaitu point sampling 5. Tree samplingdistance method 6. Petak ukur dalam jalur line plot sampling 7. Satellite sampling, bentuk unit contoh gabungan Ukuran satuan contoh dinyatakan dalam luasan tertentu. Dalam satuan hektar, misalnya: 0,02 ha; 0,04 ha; 0,05 ha; 0,1 ha; dan sebagainya Sutarahardja 1999, untuk bentuk circular dan rectangular plot. Sedangkan ukuran satuan contoh berbentuk tree sampling meliputi banyak jumlah pohon yang tercakup dalam satuan contoh, misalnya: 5 pohon; 6 pohon; 7 pohon; 8 pohon; sampai 12 pohon. Lebih dari itu metode ini kurang efisien.

2.9. Metode Sampling