Gambar 12 Peta sebaran curah hujan tahunan provinsi Sulawesi Selatan.
Gambar 13 Peta sebaran suhu rata-rata tahunan provinsi Sulawesi Selatan.
4.2 Pendugaan Kapasitas Air Tersedia
KAT
Pendugaan kapasitas air tersedia sangat bergantung pada tekstur tanah. Tekstur tanah di
wilayah Sulawesi Selatan sangat beragam, mulai dari lempung berliat, lempung berpasir,
hingga lempung berdebu, namun pada umumnya bertekstur liat Departemen
Pertanian 1967. Berdasarkan hasil overlay antara peta tutupan lahan dan peta jenis tanah
diperoleh hasil seperti pada tabel Lampiran 3-4. Diantara enam stasiun terpilih, stasiun yang
berada di wilayah bagian utara cenderung didominasi oleh hutan dan lahan terbuka
dengan persentase antara 40-70 dari luas daerahnya, dan sisanya merupakan kawasan
pemukiman penduduk, sawah, tegalan dan lain- lain. Pada daerah ini KAT lapisan atas berkisar
antara 30-60 mm,sedangkan KAT lapisan bawah berkisar antara 180-320 mm.
Stasiun yang berada di bagian tengah didominasi oleh hutan, tegalan dan lahan
10
terbuka. Pa berkisar an
lapisan baw Sementara i
bagian sela pertanian k
sisanya beru lahan terbuk
KAT lapisa sedangkan K
130-150 mm 4.3
Perh
Perhi pada setiap
berbeda parameter k
evapotransp koefisien
Lampiran parameter
perhitungan
Besar dan evap
berpengaruh lapisan tan
permukaan mengisi cad
kapasitas lap RO apabi
penurunan antara curah
maka akan jumlah keh
tanah. Seda hilang dari
tersebut tid Loss
PL berlangsung
bulan kedep mengalami k
lapisan atas tidak memil
Pada lapisan tan
lapang, mak kedua lapis
yang diperlu tanah kedua
G
ada daerah in ntara 50-70 m
wah berkisar itu stasiun ya
atan lebih di kering tegala
upa hutan, p ka dan sebaga
an atas berkis KAT lapisan
m.
itungan Nera
itungan nerac stasiun yang
akan meng koefisien nera
pirasi α, ko
runoff ,
23. Sela tersebut
n indeks Palme rnya selisih ni
potranspirasi h terhadap ca
nah. Curah h diasumsikan
dangan air tan pang, dan sela
la pada bula cadangan air
h hujan dan terjadi Loss
hilangan air angkan jumlah
tanah seanda ak terjadi hu
. Apabila g terus mene
pan, maka tana kehilangan air
s sudah terleb liki cadangan
saat selisih n nah belum
ka akan terjad san tanah. B
ukan untuk p a lapisan hingg
Gambar 14 Fluk
ni KAT lapi mm, sedangk
antara 170-2 ang berada di
idominasi ole an dan sawa
pemukiman pe ainya. Pada d
sar antara 30 bawah berkis
aca Air
ca air yang g mewakili po
ghasilkan aca air yaitu k
oefisien recha koefisien l
anjutnya pa digunakan
er.
ilai antara cur potensial
adangan air d hujan yang j
terlebih dahu nah hingga m
anjutnya terja an sebelumny
r tanah. Jika ETp bernilai
s L. L me
pada kedua h kehilangan
ainya selama ujan disebut P
nilai nega erus hingga b
ah lapisan baw r akibat air pa
bih dahulu h air lagi.
nilai positif da mencapai k
di Recharge Banyaknya jum
pengisian cada ga mencapai k
ktuasi koefisien
isan atas kan KAT
210 mm. i wilayah
eh lahan ah, serta
enduduk, daerah ini
-60 mm, sar antara
dihitung ola hujan
beberapa koefisien
arge ,
loss δ
arameter- dalam
rah hujan sangat
di setiap jatuh ke
ulu akan mencapai
adi runoff ya terjadi
a selisih i negatif,
erupakan lapisan
air yang a periode
Potential atif ini
beberapa wah akan
ada tanah abis dan
an kedua kapasitas
R untuk mlah air
angan air kapasitas
n evapotranpiras
lapang diseb nilai PR aka
mencapai k karena hujan
seluruhnya m surplus air.
PR membes apabila tana
Hasil perhitu yang mewa
Lampiran 2 koefisien ikl
Koefi nilai yan
evapotranspi Berdasarkan
sampai 1. N pada bulan b
kering.
N evapotranspi
potensialnya umum, wila
nilai α rataan
evapotranspi dan mel
potensialnya Berda
dan Hasanu monsun, nil
memasuki b bulan kering
dan nilai ter Desember h
Desa Malil memiliki flu
dengan pola hujan equato
pada saat keterlambata
mengalami p itu kembali
Sedangkan hujan lokal,
pola hujan pada saat m
nilai koefisi pada bulan J
nilai
α pada adanya peng
misalnya suh
si
α
dari enam
but Potential an bernilai no
kapasitas lapa n yang jatuh
menjadi RO d Nilai RO aka
sar, dan sebal h telah menca
ungan neraca akili tiga p
23 akan me lim yaitu
α, , isien evapotr
ng mengga irasi yang terj
n literatur, nila Nilai
α um basah dan me
Nilai 1 irasi akan
a pada saat m ayah Sulawe
n bulanan seb irasi aktual te
ebihi nila a Gambar 14
asarkan Gamb udin yang m
lai α terenda
bulan Septem g dengan nilai
rtinggi 1 pad hingga Mei. S
li dengan po uktuasi nilai
a hujan monsu orial nilai
α memasuki b
an hampir penurunan pa
naik memasu untuk stasiun
nilai α berkeb
lainnya. Nila memasuki bu
ien sekitar 0. Juli sekitar 0.8
ketiga tipe po garuh unsur-u
hu udara dan j
m stasiun di Sula
Recharge P
ol apabila tan ang. Hal ini
h di permukaa dan perkolasi
an mengecil p liknya RO ak
apai kapasitas air pada enam
pola hujan enghasilkan b
, dan δ .
ranspirasi α
ambarkan b
jadi di suatu ai
α berkisar mumnya men
endekati 0 pad ini men
mencapai musim hujan
esi Selatan m besar 0.64 yan
erjadi lebih d ai evapotra
. bar 14, stasiun
mewakili pol ah terjadi pa
mber yang me i koefisien se
da bulan basa Stasiun Plant
ola hujan eq α yang hamp
un. Namun, p terbesar baru
bulan Maret dua bulan
da bulan Juni uki bulan Sep
n dengan pol balikan denga
ai α terendah
ulan Oktober .1 dan nilai
8. Perbedaan ola hujan terja
unsur cuaca s jenis tutupan l
awesi Selatan.
PR, dan nah telah
terjadi an tanah
i sebagai pada saat
kan besar s lapang.
m stasiun berbeda
beberapa adalah
besarnya wilayah.
antara 0 dekati 1
da bulan nandakan
nilai . Secara
memiliki ng berarti
dari 60 anspirasi
n Malino la hujan
ada saat erupakan
ekitar 0.5 ah antara
Site dan quatorial
pir sama ada pola
u dicapai dengan
n, dan i, setelah
ptember. la curah
an kedua h terjadi
dengan tertinggi
fluktuasi di akibat
setempat, lahan.
11
Koef yang mengg
air tanah mencapai k
adalah 0 sa apabila terja
tanah setela Nilai sama
oleh huja potensialnya
mencapai k terjadi defis
dan curah tanah dias
menjadi R Gambar 15,
monsun da memasuki
memasuki b mengalami
nilai akan curah hujan
Sedangkan lokal meng
disebabkan lokal seper
sehingga cu musim kem
yang mem yang dalam
Koef besarnya cu
runoff limp
memiliki k
Gambar 15 F
fisien recharg gambarkan seb
pada saat t kapasitas lapa
ampai 1. Nila adi penambah
ah terjadi defis a dengan 1, ji
an semakin a
potential kapasitas lap
sit air tanah, m hujan yang
sumsikan m
RO. Berdasa , untuk stasiu
an equatoria bulan Apri
bulan April ha penurunan c
n semakin de n yang jatuh
pada stasiun galami kenaik
karena adan rti vegetasi
urah hujan te marau. Selain i
mpengaruhi, hal ini tidak d
fisien runoff
urah hujan ya pasan permuk
kisaran nilai
Gambar 16 Fluktuasi koefis
ge merupa
berapa besar p terjadi hujan
ang. Kisaran i akan men
han air hujan k sit cadangan a
ika pengisian n mendekat
l recharge pang. Apabi
maka akan b jatuh ke pe
melimpas se arkan ilustra
un dengan po l, nilai
il. Hal ini ampir di semu
curah hujan, efisit akibat se
ke permukaa n dengan po
kan nilai . nya pengaruh
dan tekstur etap tinggi m
tu ada pula fa misalnya ke
dihitung penga ff
menu ang mengalir
kaan dan koe antara 0 sa
Fluktuasi koef sien recharge
akan nilai pengisian
n hingga n nilai
ndekati 1 ke dalam
air tanah. air tanah
ti nilai untuk
la tidak ernilai 0,
ermukaan eluruhnya
asi pada ola hujan
menurun karena
ua stasiun sehingga
edikitnya an tanah.
la hujan Hal ini
h faktor r tanah,
meskipun aktor lain
elerengan aruhnya.
unjukkan menjadi
fisien ini
ampai 1.
fisien runoff dari enam sta
Fluktuasi nil nilai
α. Pa maksimum 1
yang jatuh sedangkan p
sama denga yang jatuh k
air tanah.
Hasil untuk keena
1, dan hasil diperoleh. B
16, memasuk bulan April
akibat curah tanah sema
terinfiltrasi s menyebabka
mengalir me
Nilai pola hujann
hujan mon mengalami
dan mendek selanjutnya
September-O musim huja
pola hujan t hujan equat
wilayah den yang berkeb
Hal ini dika setempat lo
tersebut.
dari enam stas asiun di Sulawe
lai hampir s ada bulan b
1, yang berart ke permukaa
pada bulan k an 0 karena
ke permukaan perhitungan
am stasiun ber l ini sesuai d
Berdasarkan il ki awal musim
l nilai m h hujan yang
akin sedikit, sebagai cadan
an tidak ad enjadi RO.
sebagian be nya. Untuk
nsun dan penurunan p
ati 0 memasuk kembali
Oktober yan an. Letak per
tersebut ada torial lebih f
gan pola huja balikan denga
arenakan adan okal terhada
siun di Sulawes esi Selatan.
sama seperti basah nilai
ti seluruh cur an akan menj
kering nilain seluruh cura
terinfiltrasi se menunjukkan
rkisar antara 0 dengan literat
lustrasi pada m kemarau ya
mengalami pe jatuh ke per
hampir sel ngan air tanah
da air huja esar mengikut
stasiun deng equatorial,
ada bulan A ki bulan Juli-A
naik pada
ng merupaka rbedaan antar
alah nilai pa fluktuatif. Sta
an lokal memi an pola hujan
anya pengaruh ap iklim di
si Selatan.
fluktuasi akan
ah hujan jadi RO,
ya akan ah hujan
ebagai R n nilai
0 sampai tur yang
Gambar aitu pada
enurunan rmukaan
luruhnya h. Hal ini
an yang ti bentuk
gan pola nilai
April-Mei Agustus,
bulan an awal
ra kedua ada pola
asiun di iliki nilai
lainnya. h daerah
wilayah
12
Koef kehilangan
berkebalikan sebelumnya
hingga men musim hujan
Nilai musim kem
jatuh ke per tanah dalam
hujan akan lengas dala
proses eva kemarau ya
mencapai 1 itu. Sebalik
adanya eva Keadaan
perhitungan hujan mons
Saat memas terus menin
bulan Agust bulan beriku
fluktuasi n daripada pol
Berda adanya keti
dengan pol banyak fak
faktor terseb landuse
, ser tidak berpen
kemiringan 4.4 Nilai
Keem dianalisis pa
untuk meng dari kompo
secara klim waktu dan
air yang did kekeringan
ETa, recha curah hujan
Nilai pada saat m
akan tinggi
Gambar 17
fisien Loss lengas men
n dengan ti a. Pada musim
ndekati 1, d n nilai
δ turun L terjadi p
marau, dimana rmukaan berku
m memperoleh menurun. H
am tanah hila apotranspirasi.
ang sangat e , karena tidak
knya, L teru apotranspirasi
tersebut se n nilai
δ pada sun dan equ
suki bulan Me ngkat mende
tus dan menu utnya. Untuk
ilai δ berlan
la hujan mons asarkan Gam
idakteraturan la lokal yang
ktor yang me but antara lai
rta faktor lai ngaruh pada p
lereng.
i Dugaan Par
mpat nilai k ada sub-bab s
hitung nilai du onen-kompon
matologis ses tempat. Adap
duga untuk me adalah eva
arge R, runo
P. pada u
musim hujan saat nilai
α
Fluktuasi koef
δ atau k unjukkan ha
iga paramete m kemarau nil
dan sebalikn n mendekati 0
pada saat m a jumlah huj
urang dan kem h R yang ber
Hal ini meny ang sebagai
. Pada saat ekstrem nilai
k ada L selam s berlangsun
yang terus suai dengan
a stasiun den uatorial Gam
ei bulan kerin ekati 1 hingg
urun mendeka pola hujan e
ngsung lebih sun.
mbar 17 juga nilai
δ untuk g disebabkan
empengaruhi. in curah huja
in yang di as penelitian ini,
rameter Iklim
koefisien ikli sebelumnya d
ugaan suatu p nen neraca a
suai dengan pun kompone
emperoleh nil apotranspirasi
off RO, Loss
umumnya aka dimana
α=1. meningkat, y
fisien loss
δ
d
koefisien asil yang
er iklim lai
δ naik nya pada
. memasuki
jan yang mampuan
rasal dari yebabkan
L akibat t terjadi
δ akan ma masa
ng akibat menerus.
n hasil gan pola
mbar 17. ng nilai
δ ga akhir
ati 0 pada equatorial
h singkat a terlihat
k stasiun n adanya
Faktor- an, tanah,
sumsikan misalnya
m
im yang igunakan
parameter air yang
kondisi en neraca
ai indeks i aktual
s L, dan
an tinggi Nilai R
yaitu saat
dari enam stasiu
terjadi peng biasanya ter
RO tinggi t kapasitas la
tercapai pad hujan yang r
Nilai periode kele
yang merup dan P. Nilai
kehilangan l rendahnya
rendah. Nila terjadi sur
cenderung b berarti pada
sehingga ko inilah yang
indeks dan pada suatu w
4.5
Indek
Kerag terjadi dal
disebabkan geografi se
tempat, arah serta komb
alam yang k diterima ole
Critchfield menentukan
kekeringan p yang tinggi
cenderung Kekeringan
menyimpang
Salah tersebut ad
Oscillation .
mendeskrips selatan f
peningkatan penurunan s
Namun seri banyak paka
El-Nino wa suhu muka
ekuator laut
un di Sulawesi S
gisian lengas rjadi saat mu
terjadi jika t apang dan n
da saat tidak t rendah.
P akan men ebihan atau k
akan selisih a i P negatif te
lengas akibat R karena in
ai d positif, rplus hujan,
basah. Sebalik a saat itu t
ondisinya men g selanjutnya
periode kek wilayah.
ks Kekeringa
gaman pola lam skala
karena adan eperti topogr
h angin Bru inasai berbag
kompleks men eh suatu tem
1979. Hujan kemungkin
pada suatu da dan distribu
akan menim juga terjadi
g dari keadaan h satu peny
dalah ENSO . ENSO mer
sikan secara fenomena
suhu muk suhu muka lau
ingkali istilah ar untuk meru
arm event saja
laut di kawas t pasifik. Osil
Selatan.
ke dalam tan usim penghuja
tanah telah m nilai L yang
terjadi L akib nentukan ting
kekurangan h antara nilai P
erjadi pada sa evapotranspi
ntensitas huja berarti pada
sehingga knya, nilai d
terjadi defisit njadi kering.
a akan men keringan yang
an
curah huja ruang dan
anya pengaru rafi dan ke
uce dan Clar gai macam
nyebabkan huj mpat sangat b
n yang demiki nan ada
aerah. Intensit usi yang tidak
mbulkan kek jika kejadia
n normalnya. yebab penyim
El-Nino S rupakan istila
keseluruhan atmosfer
ka laut da ut fenomena
h ini digunak ujuk kepada
a, yaitu menin san tengah da
lasi selatan s nah yang
an. Nilai mencapai
g tinggi bat curah
gkat dan hujan d
P terukur aat tanah
irasi dan an yang
saat itu kondisi
d negatif t hujan,
Nilai d nentukan
g terjadi
an yang waktu
uh letak etinggian
rk 1966 keadaan
jan yang ervariasi
ian akan tidaknya
tas hujan k merata
keringan. an hujan
mpangan Southern
ah yang n osilasi
beserta an juga
lautan. kan oleh
kejadian ngkatnya
an timur southern
13
oscillation adalah osilasi tekanan atmosfer
kawasan laut pasifik dan atmosfer laut Indonesia-Australia. Untuk memonitor osilasi
selatan ini dibuatkan indeks osilasi selatan SOI yaitu nilai perbedaan antara tekanan
atmosfer di atas permukaan laut di Darwin Australia dan Tahiti Pasifik Selatan, dimana
semakin negatif nilai SOI berarti semakin kuat kejadian panas warm event atau El-Nino dan
sebaliknya semakin positif nilai SOI semakin kuat kejadian dingin cold event atau La-Nina.
Selama periode antara tahun 1985-2002 telah terjadi beberapa kali kejadian El-Nino
dan La-Nina Tabel 2.
Tabel 2 Tahun kejadian El-Nino dan La-Nina di Indonesia periode 1985-2002.
Tahun Keterangan
Tahun Keterangan
1985 Normal 1994 El-Nino 1986 Normal 1995 La-Nina
1987 El-Nino 1996 Normal 1988 La-Nina 1997
El-Nino 1989 Normal 1998 La-Nina
1990 Normal 1999 La-Nina 1991 El-Nino 2000 La-Nina
1992 Normal 2001 Normal 1993 Normal 2002
El-Nino
Sumber : Data tahun 1985-1997 dari Jasis dan Karama 1998
Data tahun 1998-2002 dari http:www.deptan.go.id.
Gambar 18 Peta Sebaran Kekeringan Bulan DJF Tahun El-Nino. Umumnya DJF merupakan bulan-bulan
puncak terjadinya curah hujan dengan intensitas tinggi di sebagian besar wilayah
Indonesia, khususnya Sulawesi Selatan. Berdasarkan Gambar 18, sebaran kekeringan
pada bulan DJF pada tahun ENSO menunjukkan sebagian besar wilayah Sulawesi
Selatan mengalami awal selang kering menurut kriteria Palmer. Namun ada sebagian
daerah di bagian utara dan selatan yang mengalami tingkat kekeringan hingga sangat
kering, yaitu kabupaten Mamuju dan kabupaten Maros yang sama-sama memiliki
pola hujan monsun. Menurut Tjasyono 1997 pengaruh ENSO akan kuat pada daerah
dengan pola hujan monsun, lemah pada daerah dengan pola hujan equatorial dan tidak jelas
pada daerah dengan pola hujan lokal. Meskipun bulan DJF, kekeringan di Sulawesi
Selatan tidak tampak nyata akibat pengaruh ENSO karena meskipun curah hujannya turun
di bawah normal, namun tingkat penurunannya tidak signifikan. Secara umum
rata-rata penurunan curah hujan dari normal akibat pengaruh ENSO sekitar 80 mm
Tjasyono 1997.
Berdasarkan Gambar 19, ketika memasuki bulan MAM yang merupakan
peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, wilayah Sulawesi Selatan sebagian
besar mengalami pergeseran tingkat kekeringan. Pergeseran yang terjadi sangat
beragam mulai dari ekstrem basah di bagian tengah yaitu di kabupaten Bone, hingga
ekstem kering di bagian utara, yaitu kabupaten Mamuju. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh
curah hujan bulan sebelumnya terhadap ketersedian air tanah di daerah tersebut.
14
Kabupaten Mamuju yang diwakili oleh tiga stasiun pengaruhnya sangat nyata terkena
dampak ENSO akibat curah hujan di ketiga stasiun tersebut rata-rata 180 mmbulan pada
tahun normal, sehingga ketika terjadi ENSO curah hujannya berkurang secara signifikan.
Nilai ekstrem basah di kabupaten Bone terjadi karena distribusi curah hujan di daerah
tersebut tinggi akibat wilayah ini berada pada elevasi yang tinggi. Pernyataan tersebut sesuai
dengan hasil penelitian De Boer 1948 dalam Sudibyakto 1985 bahwa kecenderungan
distribusi curah hujan akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya ketinggian suatu
tempat dari permukaan laut.
Gambar 19 Peta Sebaran Kekeringan Bulan MAM Tahun El-Nino.
Gambar 20 Peta Sebaran Kekeringan Bulan JJA Tahun El-Nino.
15
Bulan JJA wilayah Indonesia memasuki puncak musim kemarau. Pada
bulan ini terjadi penurunan intensitas curah hujan yang diikuti oleh kejadian ENSO pada
tahun-tahun tertentu, sehingga sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan mengalami
kekeringan dengan kriteria mulai dari awal selang kering hingga sangat kering Gambar
20. Namun ada sebagian kecil wilayah di bagian selatan yang justru mengalami tingkat
kekeringan dengan kategori sedikit basah yaitu di kabupaten Sinjai. Hal ini dikarenakan
wilayah tersebut memiliki pola hujan lokal, dimana pada pola ini pengaruh ENSO tidak
terlihat jelas akibat adanya pengaruh lokal daerah setempat Tjasyono 1997. Kekeringan
secara merata terjadi di seluruh wilayah pola monsun, sebarannya antara awal selang
kering hingga sangat kering dimana pada bulan JJA terjadi penurunan intensitas curah
hujan di bawah normal akibat pengaruh ENSO. Pada pola equatorial sebaran
kekeringan pada bulan JJA adalah normal.
Bulan SON merupakan peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Berdasarkan
Gambar 21, sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan mengalami kekeringan khususnya
bagian barat. Kekeringan yang terjadi diakibatkan oleh penurunan curah hujan pada
bulan-bulan sebelumnya yang mempengaruhi ketersediaan air tanah pada bulan berikutnya.
Wilayah di bagian barat Sulawesi Selatan sebagian besar mengalami kekeringan
memasuki bulan SON dengan kriteria kekeringan antara awal selang kering hingga
ekstrem kering. Selain dipengaruhi oleh pola hujan, kekeringan juga sangat dipengaruhi
oleh jenis penutupan lahan. Jenis penutupan lahan yang mendominasi wilayah bagian barat
adalah lahan terbuka, sehingga pada saat terjadi penurunan hujan daerah ini akan lebih
mudah mengalami loss akibat tidak ada vegetasi yang menahannya. Lain halnya di
bagian timur, penutupan lahan lebih didominasi oleh hutan yang dapat menjaga
kelengasan tanah lebih lama, meskipun terjadi penurunan curah hujan akibat kejadian ENSO
pada bulan-bulan sebelumnya, namun pengaruhnya tidak terlihat signifikan.
Gambar 21 Peta Sebaran Kekeringan Bulan SON Tahun El-Nino.
16
Bulan DJF Bulan MAM
Bulan JJA BULAN SON
TAHU N NO
R M
AL
TAHUN EL -NINO
LEGENDA
Gambar 22 Fluktuasi sebaran rata-rata indeks kekeringan provinsi Sulawesi Selatan.
Gambar 22 merupakan perbandingan peta sebaran kekeringan rata-rata bulanan
provinsi Sulawesi Selatan pada tahun normal dan tahun ENSO. Secara umum Sulawesi
Selatan sangat rentan mengalami kekeringan, dimana pada kondisi normal pun sering kali
terjadi kekeringan, misalnya pada bulan MAM. Sedangkan pada bulan yang sama di tahun
ENSO, justru terjadi kekeringan dengan skala yang lebih kecil. Perbedaan yang jelas terlihat
pada bulan JJA, dimana pada kondisi normal wilayah Sulawesi Selatan sebagian besar
kondisinya normal hingga basah. Pada tahun ENSO di bulan yang sama hampir seluruh
wilayah Sulawesi Selatan mengalami kekeringan. Hal ini wajar terjadi karena JJA
merupakan puncak musim kemarau dengan penurunan curah hujan yang cukup tinggi dan
ditambah dengan adanya kejadian ENSO, sehingga membuat wilayah ini semakin kering
dari kondisi normalnya. Kejadian ini diperkuat oleh Tjasyono 1997 yang menyatakan bahwa
pengaruh ENSO akan nyata pada musim kemarau daripada musim hujan.
Pada bulan SON wilayah yang mengalami kekeringan pada tahun ENSO lebih
luas daripada tahun normal. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari penurunan
curah hujan yang sangat tinggi pada bulan- bulan sebelumnya, sehingga mempengaruhi
tingkat kekeringan pada bulan SON.
Hasil perhitungan indeks kekeringan menunjukkan adanya sebaran indeks
kekeringan dengan kisaran yang sangat besar antara nilai terendah dan tertingginya. Kedua
nilai tersebut terjadi pada wilayah stasiun Hasanudin dengan nilai terendah -22.71 pada
bulan Februari 1992 dan tertinggi 18.23 pada bulan Februari 1998, serta rata-rata indeks
kekeringannya sekitar 0.3. Selang nilai yang
17
besar terseb memiliki fl
Berdasarkan distribusi c
pada saat p sedangkan p
curah hujan Kisaran nila
pada Tabel 3
Tabel 3 Inde di Su
Pola Hujan
Lokal Monsun
Equatorial
Nilai i melebar dar
oleh Palme hingga 4.
perbedaan lo hujan antar
Indonesia, Disamping i
yang terjad oleh kejadi
menyebabka maupun ba
untuk wilay sangat nyata
Nina.
Secara tahun El-Ni
6 bulan be wilayah yan
bernilai neg berlanjut p
contoh, tahu dengan skal
stasiun Ha
Gambar
but terjadi kare luktuasi curah
n yang dipe urah hujan b
puncak bisa pada saat pun
n bulanannya ai untuk stas
3.
ks kekeringan ulawesi Selatan
Stasiun
Tanah Kong Bikeru
Hasanudin Malino
Desa Malili Plant Site
indeks keker ripada klasifi
er dengan ki Hal ini te
okasi penelitia ra daerah ka
khususnya d itu, nilai indek
i sebagian be ian El-Nino
an terjadinya asah semakin
yah Indonesi a terkena dam
umum inde ino bernilai n
erturut-turut, ng mengalam
gatif lebih d pada tahun
un 1997 meru la kuat, diman
sanudin mem
r 23 Fluktuas
ena stasiun H h hujan yang
eroleh dari bulanan di st
mencapai 10 ncak musim
bisa mencapa siun lainnya
di enam stasiu n
Indeks Keker Min Max
-8.57 1.25 -6.16 10.07
-22.71 18.23 -0.79 4.73
-0.88 1.23 -4.03 5.07
ringan terseb ikasi yang di
saran nilai a erjadi karena
an dan distribu ajian Palmer
di Sulawesi ks kekeringan
esar juga dip dan La-Nina
a deret hari n panjang, kh
a bagian tim mpak El-Nino
eks kekering egatif antara
bahkan ada mi indeks ke
dari 6 bulan berikutnya.
upakan tahun na pada tahun
miliki indeks
i curah hujan d
Hasanudin g tinggi.
BMKG, tasiun in
000 mm, kemarau
ai 0 mm. disajikan
un terpilih
ringan Rata-
rata
0.04 0.53
0.32 0.39
0.22 0.11
but jauh nyatakan
antara -4 a adanya
usi curah r dengan
Selatan. n ekstrem
pengaruhi a yang
i kering hususnya
mur yang o dan La-
an pada 5 hingga
sebagian ekeringan
n hingga Sebagai
n El-Nino n tersebut
s negatif
an indeks keker
selama lebih bulan Juni
Sementara i yang sama
antara bulan stasiun Bik
hingga Sept suatu wilaya
kekeringan, sering terjad
selama perio Selatan ser
namun deng dan dalam ja
1995 meny lama menun
namun jika bulan saja, m
rawan keker
4.6 Hubun Indeks