Pola C TINJAUAN PUSTAKA

3. El-Nino kepada p yang m suhu pe temperat timur w tidak b permuka pressure ekuator Oscillati 4. El-Nino secara b Southern tentang p di wilaya 5. El-Nino sinonim berlawan dari ba perempu dingin. El-Nino kemunculan maupun akh NOAA, ke 1950-2002 d El-Nino ber rata kejadia berpengaruh salah satun Indonesia, Philipina, A Brazil bagia yang meng termasuk ke Indikato menunjukka dan La-Nina muka lau meningkatny Darwin me jangka pan dengan men dibawah tek bertiup lebi pasat sehin Pasifik bag dengan ban terjadi akum bagian timu lebih besar Kondisi ini Pasifik bag wilayah mar menghamba sehingga ad terjadi penu adalah na palung laut lua mengalami pen ermukaan air ture, SST d wilayah ekuat biasa pada aan laut sea e, SLAP di yang diken ion . adalah nam bergantian den n Oscillation perubahan int ah ekuator Pas adalah nam dengan ENSO nan dengan L ahasa Span uan” yang dis o merupakan nnya tidak hir kejadiann ejadian El-N diketahui bah rkisar antara 2 an antara 3-5 h pada seluru nya kekerin Australia, Amerika Ser an selatan, Ar gakibatkan ke egagalan panen or yang umu an akan terja a adalah terja ut di kaw ya perbedaan lebihi dari n njang. Geja nurunnya tek kanan udara ih kuat dan gga massa a ian barat me ntuan arus e mulasi massa ur dan permu di banding d mengakibatk gian timur d ritim Indonesi at pertumbuh da beberapa urunan jumla ma yang d as di samuder ningkatan ba r laut sea di bagian ten tor, atau pen tekanan a level atm bagian barat al sebagai S ma yang di ngan ENSO n yang men teraksi udara sifik yang lua ma yang me O episode ha La-Nina yang nyol berarti sebut sebagai fenomena ala teratur, bai nya. Berdasark Nino selama hwa interval te 2-7 tahun deng tahun. Fenom uh permukaa ngan yang Afrika, S rikat bagian rgentina dan P erugian yang n. um digunaka adinya gejala adinya perubah wasan Pasifi n antara Ta normal nilai ala El-Nino kanan udara d Darwin. Ang memperlema air panas di engalir ke ara ekuatorial. A air panas d ukaan air lautn dengan kawasa an konveksi t dan subsidens ia. Subsidensi han awan k daerah di In ah curah huj diberikan ra Pasifik aik pada surface ngah dan ningkatan atmosfer mospheric wilayah Southern igunakan El-Nino njelaskan dan laut s. erupakan angat dan g berasal “anak episode am yang ik awal kan data periode erjadinya gan rata- mena ini an bumi, melanda rilangka, tengah, Paraguay g tinggi, an untuk El-Nino han suhu ik atau ahiti dan rata-rata dimulai di Tahiti gin barat ah angin kawasan ah timur Akibatnya i Pasifik nya naik an barat. terjadi di si diatas i ini akan konveksi ndonesia an yang jauh diba 2.4 w terjadi pada 1999. Gambar menunjukka normal yan awan hujan Nino yang m atas wilaya awan hujan timur. Gambar 2 Sumber : Menuru Harjanto 1 suhu permu El-Nino diba 1. kua laut 2. sed berk 3. lem berk 4. san laut

2.5 Pola C

Berda yang dilakuk diperbaharui Klimatologi menggunaka periode 196 menjadi tiga wah normal. saat La-Nin r 2 merupa an Sirkulasi W ng memungk di Indonesia mengakibatka ah Indonesia bergeser ke Ilustrasi terjadi Climate Predic ut Quint et al. 991, bila d ukaan laut, m agi menjadi 4 at, bila suhu t lebih besar d dang, bila ano kisar antara 2 mah, bila anom kisar antara 1 ngat lemah, bil t berkisar anta Curah Hujan asarkan hasil kan oleh Dr. J i oleh B dan an data cu 61-1990, wilay a pola hujan, y Kondisi seb a berlangsung akan ilustras Walker pada kinkan pertu dan pada kon an arus udara serta pertu arah Pasifik inya fenomena E ction Center ; N . 1978 dalam ditinjau dari maka tingkat k kategori, yait anomali suh dari 3 o C omali suhu m -3 o C mali suhu mu -2 o C, dan la anomali suh ara 0-1 o C. n penelitian po J. Boerema 19 Badan Met Geofisika urah hujan yah Indonesi yaitu : baliknya g Boer, si yang kondisi umbuhan ndisi El- turun di umbuhan k bagian ENSO. NOAA m Herry anomali kekuatan tu : hu muka muka laut uka laut hu muka ola hujan 926 dan teorologi dengan bulanan a dibagi 3 1. Pola hujan Monsun, yang wilayahnya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau kemudian dikelompokan dalam Zona Musim ZOM, tipe curah hujan yang bersifat unimodial satu puncak musim hujan, DJF musim hujan, JJA musim kemarau. Gambar 3 Pola hujan monsun 2. Pola hujan Equatorial, yang wilayahnya memiliki distribusi hujan bulanan bimodial dengan dua puncak musim hujan maksimum dan hampir sepanjang tahun masuk dalam kreteria musim hujan. Pola ekuatorial dicirikan oleh tipe curah hujan dengan bentuk bimodial dua puncak hujan yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober atau pada saat terjadi equinoks. Gambar 4 Pola hujan Equatorial 3. Pola hujan Lokal, yang wilayahnya memiliki distribusi hujan bulanan kebalikan dengan pola monsun. Pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodial satu puncak hujan, tetapi bentuknya berlawanan dengan tipe hujan monsun. Gambar 5 Pola hujan lokal Gambar 6 Peta sebaran pola hujan Indonesia. Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG 1990

2.6 Palmer Drought Severity Index PDSI